Jumat, 13 Oktober 2023

Sayangi Bumi, Bijak Memilih Bahan Fashion

Oleh: Ardelia Rahma Dea, 
NPM :23431005
Dosen Pengampu: Ibu Setyasih Harini S, IP., M. Si. 

(Mahasiswa Hubungan Internasional UNISRI Surakarta - Jawa Tengah)

Edisi: Vol. 4 No. 1 September - Desember 2023

Kebutuhan sandang telah lama menjadi kebutuhan dasar bagi manusia. Kebutuhan sandang pada dasarnya diperlukan manusia sebagai pelindung tubuh dari berbagai macam cuaca. Namun seiring perkembangan zaman, kebutuhan sandang manusia tidak hanya sebatas sebagai pelindung tubuh tetapi juga sebagai identitas sosial dan sarana mengekspresikan diri. Oleh karena itu pembelian produk sandang tidak lagi dilakukan berdasarkan kebutuhan namun pada keinginan manusia untuk menunjukkan eksistensinya.

Secara tidak sadar, sebenarnya kita telah masuk dalam perangkap siklus industri fast fashion. Secara awam, industri fast fashion merupakan pembuatan produk pakaian yang dijual dengan harga yang relatif murah dan modelnya yang selalu berubah dalam waktu yang cepat. Hal tersebut akan menarik minat konsumen untuk terus membeli produk fast fashion demi mengikuti trend yang ada saat ini. Harganya yang murah mendorong konsumen untuk membeli banyak produk pakaian yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. 

Tidak banyak masyarakat yang mengetahui bahwa terdapat banyak dampak buruk yang ditimbulkan dari industri fast fashion. Dua hal fundamental yang harus diketahui khalayak adalah kenyataan bahwa industri fast fashion membawa dampak buruk terhadap lingkungan dan juga membawa masalah kesejahteraan buruh di negara- negara berkembang tempat produksi fast fashion seperti Indonesia, China dan Vietnam. Belum lagi proses produksi tiada henti dan pabrik yang beroperasi terus- menerus sepanjang tahun berpotensi menimbulkan pencemaran air dan polusi udara di lingkungan sekitar pabrik.

Dalam proses produksinya yang cepat, Perusahaan fast fashion tidak mungkin menggunakan bahan baku natural dan cenderung banyak menggunakan bahan artifisial atau sintetis untuk memproduksi pakaiannya. Bahan sintetis seperti polyester dan nylon banyak dijadikan pakaian jadi dari berbagai brand. Kedua bahan tersebut mengandung serat plastik. Dalam proses pencucian pakaian berbahan polyester dan nylon ini akan menyebabkan larutnya microfiber berbahan plastik yang terbawa air bekas cuci. Tidak menutup kemungkinan bahwa air tersebut akan bermuara ke laut dan meningkatkan kadar plastik pada air laut.

Lebih lanjut, keberadaan partikel plastik yang terkandung dalam air laut akan merusak ekosistem. Bila partikel plastic tersebut dimakan oleh plankton, kemudian akan terbawa ke dalam rantai makanan. Ikan- ikan laut yang terpapar partikel plastik akan dikonsumsi oleh manusia. Hal tersebut pada akhirnya juga akan menyebabkan terjadinya peningkatan permasalahan kesehatan pada manusia.

Melihat dampak negatif yang tejadi pada keseluruhan aspek kehidupan manusia tidak lantas membuat produk fast fashion ditinggalkan peminatnya. Hal ini disebabkan kaerna produk fast fashion ditawarkan dengan harga murah dengan pilihan model beragam dan up to date, dengan demikian akan menarik konsumen dari kalangan menengah. Melihat peningkatan permintaan yang ada di pasar, membuat produsen akan terus berupaya memenuhi permintaan pasar dengan mempercepat produksi dan inovasi. Melihat dinamika supply and demand yang ada di pasar menjadikan produk fast fashion akan tetap bertahan bahkan berkembang dengan cepat.

Untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah kita bahas, idealnya masyarakat harus kembali pada gaya hidup sustainable fashion yakni produk pakaian yang menggunakan bahan berkualitas tinggi yang bisa diturunkan ke generasi begikutnya dengan modelnya yang timeless. Namun harga yang ditawarkan produk sustainable fashion memang lebih mahal mengingat tingginya kualitas yang akan diperoleh. Melihat kenyataan yang terjadi di pasar, rasanya akan sulit mengembalikan gaya hidup sustainable fashion. Dibutuhkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat agar lebih bijak dalam membeli kebutuhan sadang, setidaknya untuk mengurangi penmbelian produk fast fashion.

Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi konsumsi produk fast fashion. Pertama, membeli pakaian sesuai dengan kebutuhan dengan memastikan bahwa produk yang dibeli akan sering dipakai untuk memenuhi ketentuan pekerjaan atau komunitas tertentu. Kedua, membuat capsule closet yang terdiri dari pakaian dengan jumlah terbatas yang dapat dipadu padankan satu dengan yang lainnya. Untuk memulainya kita harus mengenali bentuk dan warna bahan pakaian yang sesuai dengan tubuh kita. Ketiga, pakaian yang rusak tidak langsung dibuang, melainkan diperbaiki atau dirombak menjadi barang yang dapat digunakan kembali. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Implementasi Pembiasaan Literasi Di SMP Negeri 13 Surakarta Untuk Meningkatkan Kualitas Masyarakat Pembelajar

Oleh: Fadlilah Nurul Fajri Handayani, S. Pd. (Mahasiswa PPG Prajabatan Bahasa Indonesia Gelombang 1 Tahun 2023 Universitas Sebelas Maret) Ed...