Senin, 28 Februari 2022

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI PERMAINAN SOSIO KULTURAL

Edisi: Vol. 2 No. 2 Januari - April 2022

Oleh: Dra. Suwarni
(Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 20 Surakarta - Jawa Tengah)

Sering kita jumpai pernyataan di dunia maya yang berisikan perdebatan perihal gaya mengajar dari guru di masa lalu dan masa kini. Seringkali netizen membandingkan perlakuan guru di masa lalu yang sedikit lebih keras dalam menempatkan disiplin siswa saat belajar di kelas dengan kalimat seperti ini, "pada zamanku kalau aku dihukum guru, nanti orang tuaku juga akan menghukumku di rumah, ternyata sekarang baru sadar bahwa niatan mereka baik. Anak sekarang terlalu lembek". Beda zaman tentu beda perlakuan, bukan? Ya, seharusnya memang begitu. Sebagai seorang guru tentu kita tidak boleh terpaku pada satu cara mengajar siswa. Karena zaman berubah maka kita juga harus menyelaraskan diri dengan kodrat zaman. Bapak Pendidikan Indonesia  Ki Hajar Dewantara (KHD), mempunyai pandangan bahwa kodrat anak adalah bermain dan setiap anak mempunyai kodrat alam dan kodrat zaman yang berbeda.

Peran Guru

Menurut Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pengertian Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Warso (2014) dalam bukunya Proses Pembelajaran & Penilaiannya di SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK mengatakan pada pelaksanaan proses pembelajaran guru mempunyai peran yang sangat penting. Peran/tugas guru dalam proses pembelajaran tersebut meliputi guru sebagai: Sumber belajar; Fasilitator; Pengelola pembelajaran; Demonstrator; Pembimbing; Motivator; dan Penilai.

Dalam filosofi pendidikan oleh KHD dan pengertian guru, maka sejatinya seorang guru harus melakukan proses mengajar dan mendidik. Dua hal tersebut wajib dilakukan oleh guru, tidak bisa hanya dipilih satu saja. Mengajar ialah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. (Muhammad Ali: 1992). Menurut Jean-Jacques Rousseau dalam Closson (1999), mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak tapi dibutuhkan pada masa dewasa.

Game Sosio Kultural

Dalam sebuah pembelajaran yang berpusat pada murid, seorang guru dituntut kreatif untuk membuat pmbelajaran yang menyenangkan sesuai kodrat murid, dalam hal ini, kodrat murid adalah bermain.

Menyelipkan sebuah game sosio kultural menjadi salah satu alternatif dalam memberikan pembelajaran yang berpusat pada murid dan menyenangkan, sesuai dengan kodrat anak yaitu bermain serta selaras dengan kodrat zaman murid.  Dalam sebuah game sosio kultural, murid juga diajak untuk berinteraksi dengan rekan-rekannya di kelas, sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok dalam kesehariannya serta mewujudkan kepemimpinan murid melalui kolaborasi kerja kelompok saat bermain. 

Ketika siswa merasakan senang saat pembelajaran, nalar kritis dan kreatifitas siswa akan terangsang. Mereka pun akan merindukan situasi belajar yang membuat mereka bahagia tanpa perlu dipaksa. Minat belajar mereka tumbuh dengan sendirinya melalui sebuah proses pembelajaran yang menyenangkan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...