Kamis, 06 Oktober 2022

MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL MENYAMBUT IKM

Edisi: Vol. 3 No. 1 September - Desember 2022

Oleh : Dra. Siti Aisah Henny, M. Pd. 
(Guru Bahasa Indonesia SMAN 3 Pekalongan - Jawa Tengah)

Pembelajaran abad 21 dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) merupakan pembelajaran yang harus mempersiapkan generasi abad 21 dengan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK atau ICT) yang baik. Perkembangan Teknologi tersebut mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pada proses pembelajaran.

Media yang bisa digunakan dalam mengasah keterampilan abad-21 ini ada banyak, contohnya tablet, komputer, handphone atau ponsel, laptop dan lain-lain. Media yang dominan digunakan abad-21 ini sangat berkaitan dengan teknologi informasi. Media pembelajaran dimaksud seperti media audio, media visual, media audio visual, dan multimedia.

Model pembelajaran abad 21 yang dipandang potensial untuk mengintegrasikan teknologi dan luwes diterapkan pada berbagai tingkatan usia, jenjang pendidikan dan bidang studi, guru dapat menyesuaikan dengan kondisi sekolah. Model-model pembelajaran dimaksud antara lain;

  • Discovery learning, belajar melalui penelusuran, penelitian, penemuan, dan pembuktian; 
  • Pembelajaran berbasis proyek, proyek memiliki target tertentu dalam bentuk produk dan peserta didik merencanakan cara untuk mencapai target dengan dipandu oleh pertanyaan menantang; 
  • Belajar berdasarkan pengalaman sendiri (Self Directed Learning/SDL),SDL merupakan proses di mana insiatif belajar dengan/atau tanpa bantuan pihak lain;
  • Pembelajaran kontekstual, guru mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata; 
  • Bermain peran dan simulasi, Peserta didik diajak untuk bermain peran dan menirukan adegan, gerak/model/pola/prosedur tertentu; 
  • Pembelajaran kooperatif, Peserta didik berkelompok kecil dengan tugas yang sama saling bekerjasama dan membantu untuk mencapai tujuan Bersama; 
  • Pembelajaran kolaboratif, merupakan belajar dalam tim dengan tugas yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama; 
  • Diskusi kelompok kecil, diskusi kelompok kecil diorientasikan untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman serta untuk melatih komunikasi kelompok kecil. 
Media dan model pembelajaran abad 21 tersebut juga dipersiapkan untuk pembelajaran berdiferensiasi. Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Ada tiga tahap yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu: 
  1. Perencanaan, (a) menyiapkan materi, (b) mendiagnosa kesiapan siswa, (c) mendesain pengalaman belajar yang bervariasi, (d) guru membuat skenario pembelajaran
  2. Pelaksanaan, (a)  guru berperan sebagai fasilitator (b)  siswa aktif dalam komunitas belajar di kelas melalui tutor sebaya, belajar mandiri, dan belajar sesuai minat pilihan cara belajar (c) kelas berdiferensiasi memiliki banyak jenis aktivitas belajar dan ragam situasi pengelompokan.
  3. Penilaian, Berdiferensiasi bersifat tanpa henti dan merupakan bagian yang terpadu dengan pembelajaran (penilaian proses)

Agar pembelajaran abad 21 dapat berjalan lancar tanpa kendala diperlukan rumusan pola pembelajaran seiring dengan implementasi Kurikulum Merdeka. Di samping itu, diperlukan desain dan pengembangan media pembelajaran abad 21.

Desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan , penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro maupun mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.

Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana maupun prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran abad 21 antara lain: 

  • Project base learning, strategi pembelajaran yang menonjol dalam pembelajaran konstruktivistik adalah strategi belajar kolaboratif, mengutamakan aktivitas siswa daripada aktivitas pengajarnya; 
  • Project oriented learning, melibatkan pembelajar dalam suatu proyek berupa sebuah produk;
  • Problem based learning, dalam problem based learning pembelajar lebih didorong yang memerlukan perumusan masalah, pengumpulan data, dan analisis data (berhubungan dengan diagnostik pasien), sedangkan dalam project based learning pembelajar lebih didorong pada kegiatan mendesain merumuskan pekerjaan, merancang, mengkalkulasi, melaksanakan pekerjaan, dan mengevaluasi hasil yang diharapkan; 
  • Driil and practice, peserta didik melaksanakan latihan untuk menyegarkan atau meningkatkan kapasitas isi pengetahuan dan keterampilan. Strategi penggunaan drill dan practice ini mengasumsikan bahwa siswa telah menerima beberapa instruksi tentang konsep, prinsip, atau prosedur tertentu dari guru sebelumnya; 
  • Cooperative learning, model pembelajaran berkelompok dengan jumlah tertentu dan bertujuan untuk saling memotivasi di antara sesame anggota kelompok agar mendapatkan hasil belajar secara maksimal.

Seiring berkembangnya teknologi, tren pembelajaran juga mengalami kemajuan yang pesat. Mulai dari sistem yang berubah hybrid hingga pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif. Berkat teknologi, kondisi pembelajaran di era pandemi bisa beradaptasi dengan sistem online. Ada  lima (5) Tren Pembelajaran di masa depan

  1.  Kolaborasi. Ketika belajar, seseorang perlu melengkapinya dengan orang lain agar semakin banyak sudut pandang. Dengan kata lain, dibutuhkan kolaborasi agar bisa menemukan solusi persoalan yang beragam. Di masa depan, pembelajaran tentang kolaborasi sangat diperlukan ketimbang saling menggurui. Hal itu dikarenakan dalam kehidupan nyata dibutuhkan kolaborasi untuk saling mendorong kesadaran belajar bersama.         
  2.  Inspirasi belajar dari usia muda. Tidak heran jika pendidikan masa depan akan dimulai dari usia yang semakin muda. Hal ini karena, anak-anak kecil saat ini semakin mudah mengadopsi dan menyimpan informasi serta mengembangkan minat mereka.        
  3. Pembelajaran online yang berkembang pesat. Pendidikan berbasis online atau e-learning menjadi tren baru dalam dunia pendidikan selama pandemi. Pembelajaran online pada awalnya dilakukan untuk belajar mandiri, namun saat ini telah berkembang pesat. Perkembangan tersebut diperkaya sumber belajar yang luas, video menarik dan kurikulum yang melengkapi buku teks yang  digunakan siswa di sekolah.        
  4. Menggunakan VR untuk belajar. Berkembangnya teknologi juga memungkinkan perangkat belajar siswa di masa depan berubah. Bukan tak mungkin di masa depan siswa akan menggunakan peralatan teknologi yang canggih seperti Virtual Reality (VR). VR akan menjadi hal yang menarik bagi siswa dan bisa membuat pembelajaran menjadi konkret, tidak lagi abstrak.VR memungkinkan siswa dapat belajar dalam lingkungan yang sepenuhnya digital. Selain itu, VR juga memungkinkan guru untuk membawa mereka dalam petualangan pembelajaran yang hebat tanpa harus meninggalkan kelas.
  5. Pembelajaran dengan Teknologi AI, tidak hanya VR, Teknologi Artificial Intelligence (AI) jika bisa menjadi tren pembelajaran di masa depan. AI bisa mengubah cara guru mengajar, memetakan kebutuhan dan menganalisisnya. Tentunya hal ini akan mengoptimalkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang lebih baik.           

Di sisi lain perlu juga dipertimbangkan karakteristik media pembelajaran, peserta didik, termasuk guru harus memiliki karakter yang mampu mentrasnformasikan diri dalam era pedagogik siber atau era digital pada saat ini. Guru harus mampu mengikuti teknologi dan menyesuaikan dengan karakter peserta didik yang berbeda dengan dahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...