Rabu, 06 April 2022

CARA BELAJAR DALAM KURIKULUM PARADIGMA BARU

Edisi: Vol. 2 No. 2 Januari - April 2022

Oleh : Maryati, S. Pd. SD
(Guru SDN Mangkubumen Lor No.15 Surakarta - Jawa Tengah)

“Guru Indonesia yang tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus tersulit. Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan. Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas. Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan. Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup petualangan. Anda frustasi karena Anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghapal. Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi.  Anda ingin setiap murid terinsfirasi, tetapi Anda tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi.” -(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/11/pidato-mendikbud).

Guru leluasa merancang pembelajaran dan asesmen disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta 

Berdasar cuplikan pidato kemendikbud diatas tentunya kita sebagai praktisi pendidik harus membarengi dengan bermacam-macam pola konsep paradigma baru. Tidak semudah membalikkan telapak tangan namun mau tidak mau suka tidak suka harus kita laksanakan hal ini untuk menyesuaikan perkembangan jaman.Bukan tidak mungkin hal ini akan banyak persoalan yang harus dihadapi ,salah satunya konsep cara belajar.

Ada empat ranah yang harus kita pahami bersama yaitu Guru, siswa, proses pembelajaran dan pelajar Pancasila. Guru leluasa merancang pembelajaran dan asesmen disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta untuk mendukung terbentuknya kesejahteraan (well being) peserta didik.

Peserta didik diberikan penanaman karakter, pengetahuan, dan kompetensi sebagai bekal hidup di masyarakat dan sukses/sejahtera dalam hal yang berarti untuk mereka. Selain itu, dengan peserta didik belajar sesuatu yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pencapaian mereka, maka tidak akan mudah merasa cemas karena mereka tahu mereka bisa memenuhi tuntutan pembelajaran dari guru. merasa aman dan nyaman belajar di sekolah. Kesejahteraan psikologis yang baik berbanding lurus dengan keberhasilan akademik peserta didik dan semangat mereka untuk bersekolah.

Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakter dan perkembangan mereka.

Menghargai dan menghormati hak peserta didik untuk belajar

Setiap peserta didik memiliki hak untuk belajar dan mendapatkan pengajaran yang layak  baik anak yang masih kurang baik hasil belajarnya maupun anak yang cerdas dan berbakat memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu di sekolah. Dengan menyusun pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik, kita menghargai, menghormati, dan memenuhi hak mereka untuk belajar.

Belajar dengan menyenangkan dan bermakna

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang dipahami utuh oleh peserta didik memahami keterhubungan antar tiap potongan pengetahuan ke dalam keseluruhan konsep yang utuh dan dapatmenghubungkannya dengan kehidupannya sehingga akan terus bermanfaat bagi mereka.

Menyertakan kegiatan bermain dalam pembelajaran (gamification) adalah salah satu cara    meningkatkan motivasi belajar peserta didik, membuat pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan bagi mereka, dan meningkatkan pencapaian akademik mereka.

Inklusif

Mempertimbangkan tingkat perkembangan dan kebutuhan setiap peserta didik berarti tidak   ada satu pun anak yang tertinggal. Baik mereka yang masih kurang hasil belajarnya, maupun mereka yang cerdas sama-sama mendapatkan manfaat pedagogis dari proses pembelajaran di kelas. Baik mereka yang aktif di kelas maupun mereka yang pasif sama-sama mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan berekspresi di kelas. Begitu pula dengan peserta didik yang berkebutuhan khusus. Singkatnya, semua anak dari latar belakang apapun mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan meningkatkan kemampuan akademik mereka. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas belajar peserta didik dan kapasitas mereka untuk menjadi pemelajar sepanjang hayat.

Menanamkan growth-mindset

Peserta didik yang memiliki growth mindset yang kuat akan terus berupaya untuk bisa menguasai apa yang sedang dipelajari, bukan sekedar mendapatkan nilai yang baik.Dengan growth mindset yang kuat, peserta didik akan mengatribusikan kegagalan mereka pada kurangnya upaya mereka, bukan pada kurangnya bakat mereka. Selain itu, growth mindset berbanding lurus dengan motivasi belajar. Semakin kuat growth mindset mereka, semakin tinggi motivasi mereka untuk terus belajar, dan semakin tangguh mereka saat mereka menghadapi berbagai tantangan akademik.

Mendorong kemampuan pelajar mengelola pembelajarannya secara mandiri (selfregulated)

Guru menerapkan berbagai strategi pengajaran yang bisa melibatkan semua siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang harus diterapkan oleh guru adalah mendorong peserta didiknya untuk terus menemukan cara untuk belajar mereka sendiri agar bisa mengelola pemelajaran mereka secara mandiri (selfregulated learning). Dalam konsep belajar mandiri, peserta didik bertanggung jawab untuk mengelola upaya, pendekatan dan strategi belajarnya agar bisa mencapai tujuan mereka.

Adanya self dan peer assessment

Guru perlu memberitahu sejak awal apa yang diharapkan dari para peserta didik beserta     pencapaian belajar seperti apa yang diharapkan ketika mereka mempelajari suatu bahan pelajaran. Pencapaian belajar murid diukur melalui asesmen. Guru perlu sejak awal memberitahu peserta didik asesmen seperti apa yang akan dilakukan dan kriteria apa yang dipakai. Dengan melakukan ini, guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengatur strategi pemelajaran mereka agar bisa mendapatkan capaian pembelajaran yang mereka harapkan. Kemampuan mengelola pemelajaran secara mandiri seperti ini adalah satu cara membentuk peserta didik menjadi pemelajar sepanjang hayat dan merupakan tujuan utama bagi semua orang, baik guru maupun peserta didik.

Peserta didik merasakan ownership (kepemilikan) terhadap proses belajar, dan guru sebagai pendorong dan fasilitator 

Peserta didik merasakan manfaat yang besar ketika guru bertindak sebagai fasilitator yang membuat proses pembelajaran menjadi mudah. Sebagai fasilitator, guru hadir untuk menyediakan sumber belajar, memantau perkembangan peserta didik, mendorong mereka untuk menyelesaikan permasalahan terkait pelajaran, dan memberikan dukungan dan saran ketika diperlukan. Guru juga menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas, di mana peserta

didik saling bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan. Guru menekankan bahwa    sesama teman bahkan siapa saja bisa menjadi guru bagi kita dan di mana saja adalah kelas. Dengan kata lain, peserta didik didorong untuk memandang siapa saja di mana pun sebagai seseorang yang mampu memberikan pelajaran hidup kepada mereka.

Kegiatan belajar mendukung perkembangan kognitif dan karakter peserta didik secara berkelanjutan dan holistik.

Keseimbangan antara kognitif dan non-kognitif, kompetensi dan karakter Pembelajaran yang baik tidak terus menerus berfokus pada perkembangan kognitif peserta didik. Dengan menjadi fasilitator dan memberikan bimbingan kepada peserta didik, guru jugamenumbuhkembangkan kemampuan non kognitif mereka seperti motivasi dan afeksi. Menerapkan nilai-nilai yang sesuai untuk mengembangkan karakter dan kompetensi yang terkandung dalam Profil Pelajar Pancasila. Pembelajaran juga mempertimbangkan perkembangan karakter dan kompetensi peserta didik seperti yang termaktub dalam Profil Pelajar Pancasila. Karakter dan kompetensi tersebut adalah (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) berkebhinekaan global, (3) bergotong-royong, (4)mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif.

Sequence pembelajaran yang logis dan relevan dengan tingkat kesulitan yang sesuai untuk peserta didik Bahan pelajaran beserta kegiatan-kegiatan pembelajaran tidak ada yang terlalu gampang dan tidak ada yang terlalu susah untuk peserta didik.  Proses di mana guru memberikan keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik (tut wuri handayani)  Guru menjadi teladan bagi peserta didik (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan mereka (ing madyo mangun karso), memberikan dukungan kepada mereka agar mereka bisa mengembangkan kreativitas mereka (tut wuri handayani). Menstimulasi kemampuan berpikir tahap tinggi. 

Pembelajaran yang relevan

Pembelajaran yang relevan yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks kehidupan, menghargai budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra. Berpusat pada anak, di mana kehidupan dan latar belakang keluarga peserta didik menjadi pertimbangan guru dalam merancang pembelajaran dan asesmen yang menguatkan identitas anak sebagai bagian dari lingkungannya.Keselarasan antara pembelajaran yang berlangsung di sekolah, rumah, dan di lingkungan masyarakat. Mengembangkan kemampuan untuk hidup bermasyarakat dan Peka, menghargai, dan responsif terhadap perbedaan setiap individu peserta didik dan latar belakang sosial ekonomi budaya mereka. Lingkungan belajar dengan iklim yang positif untuk semua peserta didik, sehingga setiapindividu merasa aman untuk berada di lingkungan belajar. Pembelajaran yang lepas dari diskriminasi SARA, tidak meninggalkan pelajar manapun serta memberikan pengembangan ruang untuk identitas, kemampuan, minat, bakat, serta kebutuhan pelajar.

Pembelajaran mencerminkan dan merespon keragaman budaya Indonesia dan menjadikannya sebagai kekuatan untuk merefleksikan pengalaman kebhinekaan serta menghargai nilai dan budaya bangsa. Proses belajar yang sinergi antara sekolah dan di rumah, termasuk penerapan bentuk disiplin positif yang konsisten, dilandasi kesadaran bersama bahwa keberhasilan pendidikan tidak cukup mengandalkan peran sekolah atau keluarga saja, tetapi perlu keduanya. Terbangunnya saling percaya antara pihak guru dan orang tua bahwa kedua pihak berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan peserta didik dapat belajar dengan optimal,

Orangtua dilibatkan dalam proses belajar, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan belajar peserta didik. Sebagai mitra, posisi orangtua dan masyarakat dalam pendidikan anak relatif setara dengan guru. Dengan kata lain, orangtua dan masyarakat dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusan terkait pembelajaran dan asesmen. Kepala Sekolah dan guru peka pada latar belakang sosial ekonomi orangtua/wali, sehingga pelibatan orang tua disesuaikan kemampuan mereka. Pihak sekolah bersedia untuk membantu orangtua yang membutuhkan dukungan dalam mendampingi anak belajar.

Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan

Pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mengeksplorasi isu dan kebutuhan masa depan (kebutuhan dirinya, lingkungannya, dan dunia yang lebih baik). Prinsip pembelajaran ini menerapkan pendekatan yang bertujuan memperlengkapi peserta didik, sekolah, dan masyarakat dengan nilai-nila dan motivasi untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga keberlangsungan kehidupan baik sekarang maupun sampai masa depan. Pembelajaran berlandaskan prinsip ini memperkenalkan kepada peserta didik isu-isu yang mengancam pembangunan dan masa depan yang berkelanjutan seperti pemborosan energi, polusi, pelanggaran hakhak asasi manusia, dan sebagainya. Membangun wawasan tentang pembangunan berkelanjutan di mana peserta didik peka akan masalahmasalah global dan belajar untuk membudayakan gaya hidup yang berkelanjutan (sustainable lifestyle) Guru kemudian membangun wawasan peserta didik tentang isu-isu ini dalam tingkat global dan menumbuhkembangkan rasa peka mereka terhadap masalah-masalah ini dan kesadaran akan kebutuhan diri sendiri, lingkungan, dan dunia yang lebih baik. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan asesmen Mendorong atau memotivasi peserta didik untuk terus terinspirasi dan memiliki aspirasi memajukan kehidupan lingkungan sekitarnya, masyarakat, bangsa, dan dunia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Implementasi Pembiasaan Literasi Di SMP Negeri 13 Surakarta Untuk Meningkatkan Kualitas Masyarakat Pembelajar

Oleh: Fadlilah Nurul Fajri Handayani, S. Pd. (Mahasiswa PPG Prajabatan Bahasa Indonesia Gelombang 1 Tahun 2023 Universitas Sebelas Maret) Ed...