Selasa, 10 Agustus 2021

TINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA DENGAN MAKE MATCH

Oleh: Hafit Sari Redjeki, S. Pd.
Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 2 Surakarta

Edisi: Vol.1 No.3 Mei - Agustus 2021

Keterampilan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil berlatih secara berulang-ulang untuk melakukan suatu pekerjaan. Selanjutnya, membaca adalah suatu proses atau kegiatan memahami pola- pola bahasa dari gambaran tertulisnya atau menangkap bahasa tulis untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis yang dapat dilakukan secara bersuara maupun tidak.  Sementara itu, aksara Jawa merupakan carakan atau huruf yang mempunyai bentuk, tanda grafis, sistem, dan tatanan penulisan yang digunakan untuk bahasa dan sastra Jawa dalam perkembangan pada kalimat-kalimat sederhana berhuruf Jawa yang menggunakan pasangan dan sandhangan yang sudah sering digunakan.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka diperlukan adanya perbaikan terhadap pembelajaran Bahasa Jawa, khususnya pada materi membaca aksara Jawa.   Sudah seharusnya guru mengembangkan model dan metode pembelajaran yang inovatif guna meningkatkan minat dan motivasi peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Jawa, khususnya materi membaca aksara Jawa. Penerapan model Make a Match pada kegiatan pembelajaran Bahasa Jawa merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa pada peserta didik SMP.

Model pembelajaran Make a Match merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatif, yakni bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Model make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada peserta didik. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu peserta didik disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Model pembelajaran Make a Match adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menuntut peserta didik untuk mencari pasangan kartu soal dan jawaban yang telah dibuat oleh guru dengan batas waktu yang telah ditentukan agar tercipta kerjasama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Selain itu, model pembelajaran Make a Match membutuhkan ketelitian, kecermatan, ketepatan, dan kecepatan peserta didik dalam memasangkan/mencocokkan kartu yang dipegang sambil belajar mengenai suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan

Model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan peserta didik lain, di mana pembelajaran di kelas dapat diciptakan sebagai permainan dan ada kompetisi antar kelompok untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui secara jelas bahwa penerapan model Make a Match melibatkan interaksi antarpeserta didik untuk saling bekerja sama. Pembelajaran dikemas dalam bentuk permainan, sehingga lebih menarik dan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Penerapan model Make a Match akan membuat peserta didik menjadi lebih aktif karena pembelajaran melibatkan keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

Langkah-langkah pelaksanaan model Make a Match, adalah: 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; 2) Setiap peserta didik mendapatkan sebuah kartu yang berisi soal atau jawaban; 3) Setiap peserta didik memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang ia pegang; 4) Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yang sesuai/cocok dengan kartu yang sedang ia pegang; 5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin; 6) Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama; 7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya; 8) Peserta didik juga bisa bergabung dengan 2 atau  3  peserta didik  lainnya  yang  memegang  kartu  yang  cocok;  dan  9)  Guru bersama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Seperti halnya model pembelajaran yang lain, model pembelajaran ini memiliki kelebojam dam kekurangan. Kelebihan dari model pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut: 1) Membuat peserta didik tidak jenuh dalam menerima pelajaran; 2) Memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran; 3) Mengajak peserta didik belajar sambil bermain dengan kartu atau mencocokan pasangan; 4) Membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran; 5) Efektif dan efisien. Sedangkan kekurangan model Make a Match adalah: 1) Jika model ini tidak dipersiapkan dengan baik, maka akan banyak waktu yang terbuang; 2) Pada awal penerapan model, banyak peserta didik yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya; 3) Jika guru tidak mengarahkan peserta didik dengan baik, akan banyak peserta didik yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan; 4) Guru harus berhati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada peserta didik yang tidak mendapat pasangan karena mereka bisa malu; dan 5) Menggunakan model ini secara terus-menerus akan menimbulkan kebosanan.

Ada beberapa cara untuk mengatasi kekurangan-kekurangan model pembelajaran Make a Match tersebut, antara lain adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran sehari sebelum pelaksanaan agar waktu tidak banyak terbuang; 2) Guru memberi bimbingan dan instruksi yang jelas terkait pelaksanaan pembelajaran; 3) Guru memberikan pengarahan agar peserta didik tidak malu ketika berpasangan dengan lawan jenis karena pasangan tersebut hanya untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran; 4) Guru secara tegas memberi arahan kepada peserta didik lain untuk yang mereka pegang. Ketika waktu yang diberikan habis, maka peserta didik harus berhenti mencari pasangan kartu soal-jawaban. Selanjutnya, masing-masing pasangan dipanggil ke depan kelas oleh guru untuk mempresentasikan jawaban. Guru mengkonfirmasi pasangan kartu soal dan kartu jawaban, benar atau tidak. Apabila pasangan kartu soal dan jawaban cocok atau benar, maka pasangan peserta didik akan mendapatkan poin, begitu seterusnya. Jika waktu masih tersisa, permainan tersebut diulang, akan tetapi kartu soal dan jawaban dikocok kembali, sehingga peserta didik mendapat kesempatan untuk memperoleh kartu yang berbeda.

Penerapan model pembelajaran Make a Match akan menjadi dorongan/perhatian bagi peserta didik dan  akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Hal ini dikarenakan dalam ketertarikan yang mengandung respon positif akan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih aktif menyikapi pembelajaran. Pada akhirnya peserta didik termotavasi/tertarik untuk mempelajari pembelajaran. Di era pandemic sekarang ini, pelaksanaan model pembelajaran ini pun apat dilakukan dengan media Google Meet. 


19 komentar:

  1. Menginspirasi bagi kita untuk variasi model pembelajaran di kelas ..matur nuwun bisa berbagi pengetahuan...πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
  2. Mantabbbb .. semakin menambah refensi dalam pelajaran menulis aksara jawa..

    BalasHapus
  3. Menarik sekali metode yang digunakan, sangat menginspirasi. Saat pandemi bisa dicoba menggunakan flascard, mungkin bila pandemi berakhir flascard tetap bisa digunakan supaya paperless.
    Semangat Ibu Hafit, sangat menginspirasi tulisanya

    BalasHapus
  4. Terimakasih sudah menambah variasi metode mengajar dalam mendampingi krucil saya

    BalasHapus
  5. Mantab Bu Novi bisa menambah wawasan bagi guru yg lain

    BalasHapus
  6. Selamat berkarya dan berprestasi untu Bu Hafids

    BalasHapus
  7. Sangat menarik dan menginspirasi. Semangat dan Sukses Bu Hafid

    BalasHapus
  8. Sangat menginspirasi dan memberi wawasan terutama untuk sesama guru. Semangat berinovasi dengan berbagai metode pembelajaran yang bermanfaat untuk sesama guru dan murit. Maju terus Bu Hafid.

    BalasHapus
  9. Joss tenan... Bisa menambah wawasan model pembelajaran dikealas dan menambah referensi belajar aksoro jowo...

    BalasHapus
  10. Pembelajaran materi apapun perlu inovasi pendekatan dan metode, lebih-lebih pembelajaran paradikma baru, upaya untuk keterlibatan penuh peserta didik harus diutamakan. Selamat dan Sukses Utk ibu Hafit. Terus kembangkan metode2 baru yg relevan dengan kondisi peserta didik di era sekarang

    BalasHapus
  11. Jadi lebih memahami bahasa jawa...walau saya tdk pernah sama sekali belajar bhs jawa

    BalasHapus
  12. Sip..Mb Hafid,sangat menginspirasi utamanya dalam variasi pembelajaran menulis aksara Jawa.

    BalasHapus
  13. Berpikir kritis sangat dibutuhkan pada masa kini terlebih menyongsong masa depan. Tetap semangat ya Bu Havid.

    BalasHapus
  14. Terimakasih, sangat menginspirasi����

    BalasHapus
  15. Terimakasih, sangat menginspirasiπŸ‘πŸ™

    BalasHapus
  16. Sangat menarik...semangat terus

    BalasHapus
  17. Bu Havid memang top. Teruslah berkarya.

    BalasHapus

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...