Edisi: Vol. 3 No. 3 Mei - Agustus 2023
Moral menjadi hal penting dan diperlukan dalam bermasyarakat. Manusia yang bermoral akan mudah diterima di lingkungan sekitar. Bertens (2003: 57) menegaskan bahwa moral verbal dan non verbal dapat digunakan dalam bermasyarakat sehingga bisa berinteraksi dengan baik. Sikap moralitas verbal dan nonverbal memang tak lepas dalam hubungan sosial. Kedua sikap ini dapat digunakan dalam interaksi sehingga hubungannya semakin akrab, solid, dan sosial. Munculnya moralitas karena kesadaran manusia akan hidup selalu berdampingan dengan sesama. Manusia memiliki perilaku moral baik dan buruk dalam verbal dan nonverbal yang muncul akibat kesadaran diri maupun lingkungannya. Di lingkungan sekolah misalnya, budaya positif berfungsi untuk pembiasaan rutin yang dilakukan upaya menyadarkan diri sendiri atau orang lain. Pembiasaan budaya positif yang ditanamkan kepada warga sekolah bukan hanya berdampak pada diri pribadi namun akan berpengaruh pada roda kehidupan di sekolah. Contohnya dengan berkata baik, sopan dan santun.
Everet (2018:56) menegaskan pembentukan karakter moralitas siswa dalam berkomunikasi dan bergaul dapat dimulai dengan pembiasaan berkata baik dan sopan. Pembiasaan dapat dilakukan mulai dari lingkungan rumah, sekolah, dan Masyarakat. Seperti contoh penerapan kata tolong, maaf, dan terima kasih. Tiga kata ajaib ini terkesan sepele tetapi memiliki dampak luar biasa jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Survei membuktikan saat ini sikap sopan santun dan menghargai antarmanusia berkurang. Perlu adanya pembiasaan kata ajaib untuk upaya meningkatkan moralitas manusia dengan cara mengenalkan kepada siswa kata maaf, tolong, dan terima kasih bertutur kata. Selain itu, melakukan pembiasaan budaya positif inimemang tidak bisa hanya teori saja perlu adanya dukungan dan kolaborasi warga sekolah untuk mewujudkannya misalnya melakukan sosialisasi, sampai penerapannya. Tujuan dari budaya positif ini adalah kesadaran siswa mengucapkan kata ajaib ini sesuai dengan kondisi komunikasi. Contoh kata “maaf” dapat digunakan apabila siswa melakukan kesalahan atau kekhilafan. Meskipun kata maaf ini paling sulit diucapkan karena rasa gengsi untuk mengakui kesalahan. Padahal kata maaf ini wujud rasa bertanggung jawab atas kesalahan atau kehilafan yang dilakukan. Dilanjutkan kata ajaib “tolong” jika kita menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang dilandasi atas penghargaan terhadap orang tesebut. Tanpa kita sadari kita selalui mengabaikan hal baik yang orang lain lakukan. Realitanya kita masih merasa berat memberikan penghargaan atas yang telah dilakukan. Kata terima kasih mampu membuat kita lebih menghargai orang lain.
Perlu pembiasaan kata maaf, tolong, dan terima kasih di lingkungan sekolah dengan cara membuat kesepakatan di kelas. Dengan terbiasanya siswa mengucapkan 3 kata ajaib tersebut dalam berkomunikasi maka kesadaran siswa untuk berbicara dengan sopan akan terwujud. Tidak hanya itu dapat membentuk karakter siswa berahlak mulia sesuai dengan karakter pelajar Pancasila.
Referensi
- Bertens, H. (2023). Keprihatinan moral. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
- Everet, W.G (2018). Moral Value: A Study of the Principle pf Conduct. Journal J Youth Adolsc Vol 29 (1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar