(Guru Seni Rupa SMKN 3 Surakarta - Jawa Tengah)
Guru merupakan faktor utama penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran. Guru harus aktif, kreatif, dan inovatif menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan dapat meningkatkan minat peserta didik. Guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan maksimal sehingga hasil belajar peserta didik pun meningkat. Akan tetapi, guru pasti akan menemukan kendala pada proses pembelajaran. Kendala yang dihadapi guru pun akan menjadi tantangan guru mencari solusi yang relevan dengan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu melakukan pementaan karekteristik peserta didik sebelum memulai pembelajaran. Dengan begitu, peserta didik mendapatkan pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan minatnya. Pembelajaran berorientasi pada peserta didik pun akan tercapai.
Kendala Pembelajaran Seni Rupa
Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran tidak dapat dipungkiri dari guru, peserta didik, dan sarana prasana sekolah. Tak heran, Guru mengalami kesulitan untuk memotivasi siswa terhadap minat dalam mengikuti materi pelajaran pameran seni rupa. Hal ini karena guru belum sepenuh hati berorientasi kepada peserta didik. Guru masih terbelenggu dengan gaya belajar konvensional bahkan minimnya media, strategi, metode pembelajaran yang dapat melejitkan potensi pesefrta didik. Guru juga kurang aktif, kreatif, dan inovatif dalam memberikan pembelajaran sehingga peserta didik tidak tertarik pada pelajaran seni rupa.
Hasil pengamatan pun membuktikan kendala ini disebabkan peserta didik masih menganggap pelajaran seni rupa bukan mata pelajaran wajib dan penting. Apalagi untuk sekolah kejuruan, peserta didik lebih mengutamakan mata pelajaran produktif. Hal ini berdampak peserta didik sering kali mengabaikan pelajaran seni rupa. Kendala ini menjadikan peserta didik kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki. Secara otomatis, hasil belajar seni rupa pun menurun. Guru perlu melakukan inovasi dan terobosan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Peluang Pembelajaran Seni Rupa
Sebagai guru, tidak hanya mengajar sebatas mentransfer ilmu kepada peserta didik, tetapi perlu adanya persiapan dalam mengajar agar hasil belajar peserta didik meningkat. Misalnya, dalam proses belajar mengajar menggunakan metode dan media pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan materi dan karakteristik peserta didik.(Palittin dkk, 2019:101)
Rendahnya motivasi peserta didik dalam materi pameran seni rupa adalah guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Guru masih menjadi teacher centre sehingga peserta didik belum terlibat secara maksimal selama proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik masih berperan sebagai pendengar saja sehingga berdampak pasif dalam pembelajaran. Padahal di kurikulum merdeka ini, pembelajaran lebih berorientasi pada peserta didik, sedangkan guru hanya bertugas menuntun peserta didik sesuai kodrat mereka masing masing.
Sebagai langkah awal, guru dapat melakukan pemetaan melalui tes diagnostic pengetahuan dan nonpengetahuan seputar minat dan karakteristik sebagai bekal awal dalam pembelajaran yanga akan berlangsung. Hal ini dapat memberikan pembelajaran yang terukur sesuai minat dan karakteristik peserta didik. Tentunya ini menjadi peluang besar untuk melejitkan potensi peserta didik memahami pembelajaran seni rupa. Selain itu, dapat meningkatkan minat dan semangat peserta didik mengeskplorasi diri sesuai kebutuhan dan karakterisktiknya. Bahkan, proses pembelajaran berfungsi sebagai media pembentuk karakter peserta didik, seperti kegiatan pembelajaran seni rupa pada materi pameran seni rupa. Keterlibatan peserta didik pada kegiatan pameran akan membentuk karakter peserta didik dimana peserta didik belajar kreatif dalam membuat konsep pameran, dapat menyiapkan media pelaksanaan pameran, belajar bekerja sama, berorganisasi, bergotong royong, percaya diri dan disiplin.
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Model pembelajaran Problem Based Learning dapat menjadi solusi alternatif dalam pembelajaran berbasis peserta didik. Model pembelajaran ini mampu mengakomodasi informasi, dan mampu menuntun peserta didik dalam kemampuan pemecahan dengan latihan khusus. Selain itu, Sardiman(1988) memaparkan PBL ini mampu mempertinggi daya ingat dengan berlatih untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang ada. Senada dengan pendapat di atas, Ciriani (2021 : 171) mejelaskan model ini menuntut kegiatan intelektual metode belajar sendiri, memproses pikirannya untuk menjadi sesuatu yang bermakna. Peserta didik diupayakan untuk lebih produktif, mampu membuat analisa membiasakan mereka berpikir kritis, dapat mempresentasikan materi yang telah dipelajari.
Penyampaian materi pameran karya seni rupa ini nanti menggunakan pendekatan Saintifik. Cakupan dalam pembelajaran saintifik yaitu meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Dengan pendekatan saintifik diharapkan terjadinya suatu peningkatan tentang keseimbangan antara soft skils dan hard skils. Kompetensi sikap diperoleh oleh peserta didik melalui kegiatan menerima, menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh oleh peserta didik melalui kegiatan mengingat mencipta, menganalisis, menerapkan, memahami, mengevaluasi. Sementara itu, Hakim (2019 : 6-7) memaparkan keterampilan bisa diperoleh oleh peserta didik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mencipta, dan menyajikan.
Problem Based Learning berbasis tekhnologi dalam pembelajaran Seni Rupa
Dampak pandemi yang terjadi beberapa waktu lalu mengubah cara belajar peserta didik lebih dekat dengan teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga dari kondisi tersebut membuat sebuat pemikiran dalam pemberian pembelajaran PBL ini lebih banyak memanfaatan teknologi sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan minat belajar peserta didik pada pemberian materi mengenai pameran seni rupa. Di samping itu, melalui pembelajaran berbasis teknologi dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena dengan berbasis teknologi peserta didik tidak hanya melihat gambar dua dimensi saja melainkan dapat melihat visual, mendengar audio dan video seperti keadaan asli. Dengan memanfaatkan teknologi ini juga secara otomatis akan membuat guru dan peserta didik lebih melek teknologi. Guru akan bertambah wawasan dan lebih terampil dalam peggunaan teknologi, sedangkan peserta didik pastinya akan lebih faham dan mudah mengerti dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.
Kelebihan penggunaan model Problem Based Learning adalah sebagai berikut: Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa; mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis; mendorong siswa untuk belajar secara aktif; mendorong terciptanya pembelajaran kolaboratif; menjadikan pembelajaran bermakna sehingga mendorong siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri; membangkitkan semangat belajar peserta didik karena media yang digunakan guru lebih menarik; lebih praktis, dan memiliki daya tahan yang lama dalam pemakaiannya.
Kelemahan penggunaan model Problem Based Learning adalah sebagai berikut: waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi pembelajaran lebih lama; bagi peserta didik yang belum terbiasa menganalisis suatu permasalahan, biasanya enggan untuk mengerjakannya; memerlukam ketrampilan khusus karena penggunaan aplikasi; Pembelajaran akan terhambat jika terjadi masalah jaringan.
Langkah yang dilakukan guru dalam menggunakan metode pembelajaran ini sebagai berikut:
- Guru melakukan orientasi pada masalah dengan memaparkan garis besar masalah dan materi tentang jenis, dan tujuan pameran karya seni dengan menayangkan slide dari canva.
- Guru mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dengan mengarahkan peserta didik untuk membuat kelompok 4-6 peserta didik dalam setiap kelompok. Guru memberikan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami, guru juga memfasilitasi peserta didik dengan diberikan stimulus tentang jenis, dan tujuan pameran pameran karya seni. Kemudian guru dan peserta didik mengamati tayangan video pameran selanjutnya berdiskusi tentang tayangan yang sudah diamati secara aktif.
- Guru membimbing penyelidikan individu maupun kelompok dengan mengarahkan peserta didik untuk berdiskusi dengan memberikan lembar kerja peserta didik yang berisi soal- soal tentang materi jenis pameran dan tujuan pameran karya seni dan menyampaikan petunjuk cara mengerjakan lembar kerja. Peserta didik mengamati video pameran karya seni sebagai objek permasalahan dalam lembar kerja, peserta didik menganalisis jenis pameran dan tujuan pameran karya seni secara mandiri di lembar kerja, kemudian peserta didik membandingkan jenis pameran berdasarkan tujuan, pameran karya seni secara berkelompok. Guru memberikan pendampingan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran.
- Guru meminta peserta didik untuk mengembangkan dan menyajikan hasil pengamatan video peserta didik membandingkan pelaksanaan pameran karya seni berdasarkan jenis pameran, guru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil analisis dalam membandingkan pameran karya seni berdasarkan jenis pameran di depan kelas. Guru memberikan pendampingan pada saat peserta didik dalam mempresentasikan hasil analisis di depan kelas secara perkelompok.
- Guru melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah setelah peserta didik memberikan tanggapan, saran dan komentar tentang hasil analisis dan hasil eksplorasi mengenai jenis pameran karya seni dari peserta didik yang sedang menyajikan hasil analisisnya, kemudian guru melakukan evaluasi pembelajaran sesuai dengan lembar penilaian. Kemudian guru mengarahkan peserta didik untuk memberikan kesimpulan pelajaran tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning akan memancing anak untuk menjadi lebih aktif dengan didukung dengan memanfaatkan teklogi dalam menayangkan video pembelajaran sehingga lebih menyenangkan akan menjadi solusi dalam memperbaiki rendahnya motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran pameran karya seni rupa.
Referensi:
- Ciriani, M. (2021). Peningkatan Prestasi Belajar Seni Budaya Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning. Indonesian Journal of Educational Development, 2(1).
- Hakim, M. (2019). Pembelajaran Saintifik Berbasis Pengembangan Karakter. Nazhruna Jurnal Pendidikan islam 2 (1).
- Palittin dkk. (2019). “Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Siswa.” Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar