Edisi: Vol. 3 No. 1 September - Desember 2022
(Guru Matematika SMPN 2 Banyudono Boyolali - Jawa Tengah)
Pelajaran matematika oleh sebagian peserta didik dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit dipahami. Meskipun mereka sudah mengerahkan segenap kemampuan dan perhatian selama mengikuti kegiatan pembelajaran, tetap saja sulit untuk memahami materinya. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya dan salah yang paling berpengaruh adalah gaya guru mengajarkan materi. Karakteristik materi yang berbeda, gaya belajar peserta didik yang bermacam dan kemampuan menyerap materi ketika diberi cara penyampaian yang sama niscaya tidak akan efektif. Guru perlu memperhatikan perbedaan di atas dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang mampu mengekplorasi kemampuan dan mengembangkan kretivitas belajar peserta didik.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk solusi alternatif meningkatkan hasil belajar matematika di SMP Negeri 2 Banyudono adalah model Creative Problem Solving (CPS). Model pembelajaran yang ini pemusatannya tertuju pada keterampilan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasian gagasan-gagasan kreatif. Siswa tidak hanya diajarkan cara menghafal tanpa berpikir, namun dituntut untuk memilih dan mengembangkan suatu. Melalui model pembelajaran creative problem solving, siswa dapat memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya. Munculnya solusi kreatif sebagai upaya pemecahan masalah akan menumbuhkan kepercayaan diri, keberanian menyampaikan pendapat, berpikir devergen, dan fleksibel dalam upaya pemecahan masalah.
Menurut Shoimin (2014), creative problem solving adalah model pembelajaran yang pemusatannya pada pengajaran dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Ketika dihadapkan dengan suatu pernyataan, siswa dapat melakukan keterampilan dalam memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa berpikir, keterampilan memecahkan masalah dapat memperluas proses berpikir. Model ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Creative problem solving dibangun atas tiga macam komponen, yaitu; ketekunan, masalah dan tantangan. Komponen tersebut dapat diimplementasikan secara sistematik dengan berbagai komponen pembelajaran. Model pembelajaran creative problem solving berusaha mengembangkan pemikiran divergen, berusaha mencapai berbagai alternatif dalam memecahkan suatu masalah. Model pembelajaran creative problem solving memiliki tiga karakteristik yang menjadi prosedur dalam proses pembelajarannya, yaitu sebagai berikut:
- Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah, mengumpulkan, dan meneliti data dan informasi yang bersangkutan.
- Menentukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan memodifikasi gagasan tentang strategi pemecahan masalah.
- Menemukan solusi, yaitu proses evaluasi sebagai puncak pemecahan masalah.
Dari uraian di atas model pembelajaran creative problem solving melatih siswa untuk berpikir divergen dalam memecahkan masalah dengan berbagai cara, mampu memberikan berbagai alternatif pemecahan atas sebuah masalah dan kemampuan mengemukakan berbagai gagasan baru, dengan cara-cara baru yang jarang dilakukan oleh orang lain. Peran pendidik lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator belajar bagi peserta didik.
Lebih lanjut Shoimin (2014) menjelaskan bahwa melalui model pembelajaran creative problem solving siswa diharapkan mampu:
- Menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah dalam creative problem solving.
- Menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pembelajaran.
- Mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada.
- Memilih suatu pilihan solusi yang optimal.
- Mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah.
- Mengartikulasikan bagaimana creative problem solving dapat digunakan dalam berbagai bidang/situasi.
Untuk mengefektifkan kegiatan pembelajran model creative problem solving, Huda (2013) menjelaskan sintak atau tahapan proses model ini dengan OFPISA. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Objective Finding
Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Siswa mendiskusikan situasi permasalahan yang diajukan guru dan membrainstroming sejumlah tujuan atau sasaran yang bisa digunakan untuk kerja kreatif mereka. Sepanjang proses ini siswa diharapkan bisa membuat suatu konsensus tentang sasaran yang hendak dicapai kelompoknya.
2. Fact Finding
Siswa membrainstroming semua fakta yang mungkin berkaitan dengan sasaran tersebut. Guru mendaftar setiap perspektif yang dihasilkan oleh siswa. Guru memberi waktu kepada siswa untuk berefleksi tentang fakta-fakta apa saja yang menurut mereka paling relevan dengan sasaran dan solusi permasalahan.
3. Problem Finding
Salah satu aspek terpenting dari kreativitas adalah mendefinisikan kembali perihal permasalahan agar siswa bisa lebih dekat dengan masalah sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi yang lebih jelas. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah membrainstroming beragam cara yang mungkin dilakukan untuk semakin memperjelas sebuah masalah.
4. Idea Finding
Pada langkah ini, gagasan-gagasan siswa didaftar agar siswa bisa melihat kemungkinan menjadi solusi atas situasi permasalahan. Ini merupakan langkah brainstorming yang sangat penting. Setiap usaha siswa harus diapresiasi sedemikian rupa dengan penulisan setiap gagasan, tidak peduli seberapa relevan gagasan tersebut akan menjadi solusi. Setelah gagasan-gagasan terkumpul, cobalah meluangkan beberapa saat untuk menyortir mana gagasan yang potensial dan yang tidak potensial sebagai solusi. Tekniknya adalah evaluasi cepat atas gagasan-gagasan tersebut untuk menghasilkan hasil sortir gagasan yang sekiranya bisa menjadi pertimbangan solusi lebih lanjut.
5. Solution Finding
Pada tahap ini, gagasan-gagasan yang memiliki potensi terbesar dievaluasi bersama. Salah satu caranya adalah dengan membrainstroming kriteria-kriteria yang dapat menentukan seperti apa solusi yang terbaik itu seharusnya. Kriteria ini dievaluasi hingga ia menghasilkan penilaian yang final atas gagasan yang pantas menjadi solusi atas situasi permasalahan.
6. Acceptance Finding
Pada tahap ini, siswa mulai mempertimbangkan isu-isu nyata dengan cara berpikir yang sudah mulai berubah. Siswa diharapkan sudah memiliki cara baru untuk menyelesaikan berbagai masalah secara kreatif. Gagasan-gagasan mereka diharapkan sudah bisa digunakan tidak hanya untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga untuk mencapai kesuksesan.
Pemilihan model creative problem solving pada kegiatan pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Banyudono karena model ini dapat:
- Melatih berpikir dan bertindak kreatif.
- Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
- Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang hadapi dengan tepat.
- Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
- Mengidentifikasikan dan melakukan penyelidikan.
- Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
- Memilih fakta aktual sebagai dasar dan landasan untuk membahas pembelajaran.
- Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing keterbukaan, dan sosialisasi.
- Menumbuhkan rasa kebersamaan siswa melalui diskusi akhir dari pemecahan masalah.
Setelah diterapkannya model pembelajaran creative problem solving, prestasi belajar matematikan dapat meningkat. Profil pelajar Pancasila pun dapat bertumbuhkembang seiring dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Siswa akan terbiasa berpikir kreatif, memiliki nalar kritis, mandiri dan dapat bergotong royong dalam dalam kelompok yang heterogen untuk mengerjakan tugas dari guru.
REFERENSI:
- Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZ Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar