(Guru Informatika SMAN 8 Surakarta - Jawa Tengah)
Munculnya pelajaran Informatika adalah sebagai respon untuk menghadapi era revolusi Industri 4.0. Kunci pada era industri ini adalah mengintegrasikan teknologi untuk otomatisasi industri, Hal ini mengakibatkan disrubsi dan kapitalisme menuju ke tahapan baru dimana kaum kapitalis akan menghilangkan peran buruh dalam proses produksi, peran tersebut akan digantikan dengan mesin-mesin cerdas dan robot. Mesin akan bekerja otonom karena dibekali dengan kecerdasan buatan (Artificial Intellegance). Dua pesohor teknologi yaitu Bill Gates pendiri Microsoft dan Elon Musk CEO pabrik mobil listrik Tesla memperingatkan bahwa Artificial Intellegance (AI) sangat perlu untuk diwaspadai perkembangannya, karena AI bisa lebih berbahaya dari senjata nuklir.
Respon Pop Culture terhadap AI
Semua profesi terancam, bahkan dokter sekalipun
Kecerdasan buatan sudah biasa kita nikmati dan pada taraf aplikasi sekarang ini masih menguntungkan manusia. Mulai dari kamera pintar, alat dapur hingga kendaraan mobil cerdas. Namun pada tahap eksperimen banyak sekali mengarah ke disrubsi yaitu mengancam hilangnya berbagai profesi yang mapan untuk era sekarang ini.
Dalam dunia nyata pada tahun 1997 seorang pecatur nomor satu dunia Garry Kasparov dikalahkan oleh komputer Deep Blue yang diciptakan oleh para ilmuwan dari IBM. Komputer tersebut menjadi sangat cerdas sehingga mampu mengalahkan seorang grand master catur yang pastinya memiliki berbagai strategi melawan maupun bertahan dalam bercatur. Rahasia kemenangan komputer Deep Blue adalah ditanamnya 30 prosesor dikomputer tersebut sehingga mampu berfikir untuk mengevaluasi 200 juta langkah bercatur dalam waktu satu detiknya.
Ditahun 2018 sebuah komputer bernama BioMind diuji keakuratannya dalam mendiagnosis tumor otak melawan 15 dokter. Komputer tersebut dikembangkan oleh para peneliti kesehatan di Beijing Cina. Hasilnya, komputer dengan kecerdasan buatan tersebut menghasilkan akurasi diagnosik hingga 83% dalam waktu 15 menit, sedangkan para dokter membutuhkan waktu 30 menit dengan tingkat akurasi hanya 68%.
Selain dokter, pekerja seni juga terancam dengan keberadaan kecerdasan buatan, baru-baru ini majalah Cosmopolitan Amerika pada bulan Juni 2022 bereksperimen membuat cover majalahnya dengan bantuan mesin dengan kecerdasan buatan yang mampu memvisualkan suatu gambar digital dari suatu permintaan gambar yang diketik menggunakan bahasa sehari-hari. Mesin tersebut bernama DALL-E 2, dimana mesin tersebut mampu berinteraksi dengan manusia dengan menerima perintah tertulis secara natural selayaknya manusia melakukan chating kemudian mesin akan mempelajarinya sehingga bisa memberikan output yang sesuai dengan apa yang dimintakan. Tanpa memerlukan keterampilan seni grafis digital namun dengan hanya memerintahkan komputer maka sebuah gambar bisa diciptakan. Seni selama ini merupakan karya estetika manusia yang memberikan makna transedental secara spiritual dan intelektual telah bisa diciptakan oleh mesin yang tidak memiliki perasaan namun bisa memganalisa dan berpikir secara algoritma.
Di Indonesia sendiri kedepan juga telah merencanakan mengubah layanan publik yang selama ini dilayani SDM PNS secara bertahap akan digantikan oleh sistem layanan berbasis kecerdasan buatan. Beberapa layanan seperti pembuatan SIM dan Paspor sudah mulai dilakukan. Selain untuk mempermudah layanan kepada masyarakat juga untuk mengurangi jumlah kebutuhan PNS. Layanan berbasis teknologi akan dikolaborasikan dengan sumber daya manusia.
Ai seharusnya untuk kemaslahatan manusia
Ai salah satu merupakan ciri perkembangan pada era industri 4.0, Setiap perubahan era industri pasti mengalami disrubsi, seperti halnya ketika teknologi mesin uap mulai secara masif digunakan menggantikan tenaga otot manusia. Diera industri 4.0 adalah zaman digital dimana mengevalusi efesiensi kinerja mesin-mesin agar bisa bekerja secara otomatis (otonom) mengurangi intervensi manusia.Oleh karena itu Ai juga akan mengurangi kebutuhan sumber daya manusia sebagai modal produksi dan digantikan oleh mesin-mesin cerdas.
Indonesia bukanlah negara kapitalis yang memberikan kebebasan penuh dalam memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya pada ranah privat maupun swata, namun NKRI berasaskan Pancasila yang mengutamakan keadilan secara kemanusian dan sosial. Sementara ini AI di Indonesia memiliki karakter sebagai agen elektronik yaitu otomatisasi pengolahan informasi. Produk hukum yang nampak dalam pengaturan AI baru tertuang pada UU-ITE dan pelaksanaan kebijakannya salahsatunya adalah pendataan PSE (Penyelenggara Sistem Elektornik) yang dikelola oleh Kominfo.
Diharapkan pemerintah bisa mengambil kebijakan penggunaan AI di Indonesia yang mendukung keadilan dan kemakmuran bagi rakyat Indonesia. Langkah baik diawal juga telah diambil pada kurikulum pendidikan yaitu dengan dimunculkanya mata pelajaran Informatika, Pada mata pelajaran Informatika menitik beratkan pada kemampuan berpikir komputasional yaitu metode menyelesaikan masalah dengan konsep ilmu komputer yaitu: dekompusisi (penyederhaan), mengenali pola, abstraksi dan algortima. Gelombang disrubsi AI kedepan pastilah semakin deras, dengan dukungan kebijakan pemerintah semoga menjadikan penggunaan AI menjadi alat kemakmuran bangsa sesuai dengan konsep Sosiety 5.0 (masyarakat 5.0) yang menyelesaikan bebagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan beragam inovasi yang lahir diera revolusi Industri 4.0.
Referensi
- https://inet.detik.com/cyberlife/d-5545426/bill-gates-khawatir-kecerdasan-buatan-berbahaya-di-masa-depan
- https://inet.detik.com/cyberlife/d-5544974/elon-musk-sudah-waspadai-kecerdasan-buatan
- https://tirto.id/kekalahan-dan-kemarahan-garry-kasparov-saat-melawan-deep-blue-fpzf
- https://www.suara.com/tekno/2018/07/04/203000/kecerdasan-buatan-kalahkan-15-dokter-dalam-diagnosis-tumor
- https://www.cosmopolitan.com/lifestyle/a40314356/dall-e-2-artificial-intelligence-cover/
- https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5830813/pns-mau-digantikan-robot-bagaimana-tahapannya
- https://law.ui.ac.id/pengaturan-hukum-artifical-intelligence-indonesia-saat-ini-oleh-zahrashafa-pm-angga-priancha/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar