Senin, 19 September 2022

DISCO PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMP NEGERI 2 BANYUDONO BOYOLALI

Edisi: Vol. 3 No. 1 September - Desember 2022

Oleh: Harmiyatun, S.Pd.
(Guru Bahasa Inggris SMP N 2 Banyudono Boyolali - Jawa Tengah)

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari kelas VII sampai kelas IX dan digunakan untuk dasar melanjutkan ke SMA atau SMK adalah mata pelajaran Bahasa Inggris. Dari hasil pengamatan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas tersebut, sebagian peserta didik terlihat tidak terlalu tertarik mengikuti pelajaran ini karena menganggap materi remeh materi pelajaran ini. Sebagian lagi kurang bersemangat karena model pembelajaran yang digunakan guru, menurut sebagian dari mereka masih kurang cocok dengan karakteristik materi dan gaya belajar. Guru sebenarnya sudah berusaha menggunakan model pembelajaran kooperatif tapi masih mendominasi jalannya kegiatan pembelajaran, banyak ceramah dan tidak berusaha melibatkan peserta didik secara efektif. 

Suasana kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdaskan peserta didik itu salah satunya dapat tercipta melalui pembelajaran model Discovery Learning. Model pembelajaran kooperatif Discovery Learning diklasifikasikan sebagai model investigasi kelompok karena tugas-tugas yang diberikan sangat beragam, mendorong peserta didik untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi dari beragam sumber, komunikasinya bersifat bilateral dan multilateral, serta penghargaan yang diberikan sangat implisit. Dalam model Discovery Learning, peserta didik memiliki pilihan penuh untuk merencanakan mulai dari merumuskan masalah sampai menguji hipotesis yang diambil bersama. Peserta didik dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan masing-masing kelompok diberi tugas tentang suatu masalah yang telah disepakati bersama.

Strategi pembelajaran discovery sering juga dinamakan heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Pembelajaran discovery menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik dalam strategi pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing peserta didik untuk belajar.

Menurut Jerome Bruner, discovery learning adalah metode belajar yang mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. (Hosnan, 2014).  Pembelajaran discovery (penemuan) peserta didik didorong untuk belajar aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong peserta didik untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Hanafiah dan Cucu Suhana (2009) berpendapat bahwa discovery learning adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning merupakan suatu model pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar peserta didik aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dan setia dalam ingatan serta tidak akan mudah dilupakan oleh peserta didik.

Prinsip-prinsip penggunaan model pembelajaran discovery learning menurut Abdul Majid (2015) adalah:

  1. Berorientasi pada pengembangan intelektual
  2. Prinsip interaksi
  3. Prinsip bertanya
  4. Prinsip belajar untuk berpikir
  5. Prinsip keterbukaan

Penerapan model discovery learning pada pembelajaran bahasa Inggris, didasarkan pada pendapat Abdul Majid (2015) yang menyatakan:

  • Strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
  • Strategi ini memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
  • Strategi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman.
  • Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar.

Adapun langkah-langkah penerapan model discovery learning yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Banyudono adalah:

  1. Pemberian rangsangan (stimulation). Guru memberikan apersepsi tentang materi yang disampaikan ke peserta didik agar mereka memiliki gambaran tentang tujuan mempelajari materi tersebut.
  2. Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement). Setelah peserta didik menerima apersepsi dan materi dari guru, dilakukan indentifikasi masalah yang berkaitan dengan materi. 
  3. Pengumpulan data (data collection). Peserta didik dikelompokkan secara heterogen untuk melakukan pengumpulan data berkaitan dengan pemecahan masalah yang diberikan guru.
  4. Pengolahan data (data processing) Peserta didik dan kelompoknya mengemukakan hipotesis dari masalah yang diberikan guru dan mengolah data yang dikumpulkan bersama menjadi suatu informasi.
  5. Pembuktian (verification). Peserta didik dan kelompoknya mempresentasikan hasil uji hipotesis melalui diskusi kelompok berdasarkan data yang telah diolahnya untuk mengetahui kebenarannya. 
  6. Menarik simpulan/generalisasi (generalization). Peserta didik bersama guru menarik simpulan dari pelaksanaan presentasi yang telah dilakukan untuk memperdalam pengetahuan mereka pada materi yang diajarkan.

Pada penerapannya, model pembelajaran Discovery Learning ini memiliki kelemahan, di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Jika guru kurang spesifik merumuskan teka-teki atau pertanyaan kepada peserta didik dengan baik untuk memecahkan permasalahan secara sistematis, maka peserta didik akan bingung dan tidak terarah.
  2. Sering kali guru mengalami kesulitan dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.
  3. Dalam implementasinya model pembelajaran ini memerlukan waktu yang lama, sehingga guru sering kesulitan menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
  4. Pada sistem pembelajaran klasikal dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak, penggunaan model pembelajaran ini sulit untuk dikembangkan dengan baik.
  5. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik dalam menguasai materi, maka pembelajaran ini sulit diimplementasikan.

Solusi yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kendala tersebut di atas dapat antara lain adalah:

  1. Guru harus pintar mengatur waktu yang tepat untuk menggunakan model pembelajaran ini.
  2. Sebaiknya guru memilih materi dan waktu di saat akan merefleksikan materi pelajaran secara keseluruhan (menjelang UTS atau PAS) agar terasa manfaatnya bagi peserta didik. 
  3. Pembagian peserta didik pada kelompok perlu diperhatikan kemampuan awal peserta didik agar benar-benar heterogen dan merata kemampuan akademiknya antar kelompok. 
  4. Guru perlu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menumbuhkan minat peserta didik dengan sedikit bercanda, bertanya kabar mereka atau ice breaking untuk menyiapkan konsentrasi peserta didik dan merubah sikap mereka pada pelajaran Bahasa Inggris.

Setelah diterapkannya model Discovery Learning ada perubahan yang signifikan pada kegiatan pembelajaran bahasa Inggris. Peserta didik terlihat lebih kreatif, mampu berpikir kritis dan dapat melatih kerjasama dengan teman sekelompok. Prestasi belajar peserta didik pun semakin meningkat, seiring dengan kondisi pembelajaran yang semakin kondusif dan efektif.


REFERENSI

  • Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009.  Konsep Strategi pembelajaran.  Bandung: Refika Aditama.
  • Hosnan. M. 2014.  Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, cet-2. Bogor: Ghalia Indonesia.
  • Majid. Abdul. 2015. Strategi Pembelajara Cet-4. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.




2 komentar:

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...