Senin, 25 April 2022

BELAJAR PPKn DENGAN REACT

Edisi: Vol. 2 No. 2 Januari - April 2022

Oleh: Nurhamidah, S. Pd.
(Guru PPKN SMP IT ALMAKA Kalideres Jakarta Barat)

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan melalui dialog (guru dan siswa) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pendidikan diperlukan kegiatan, karena dalam pendidikan hukum dilakukan. Lakukan perubahan sikap terhadap pekerjaan. Tidak ada pelatihan bukanlah permainan. Belajar bisa dengan mendengarkan, membuat poin, melihat tabel, menghafal, berpikir, berlatih atau berlatih. Kemampuan memahami konsep yang dicapai siswa tidak terlepas dari masalah pembelajaran sebagai ukuran pengetahuan dari informasi yang disajikan. Namun pada kenyataannya, kemampuan memahami konsep siswa belum termajukan. Rendahnya pemahaman berpikir siswa disebabkan karena kurangnya pengulangan dalam proses pengajaran, serta pengetahuan tentang proses pembelajaran yang tepat. Hal ini bukan berarti guru tidak kreatif, tetapi guru akan mampu membuat siswa merasa nyaman di dalam kelas, dan nyaman saat menerimanya. pengajaran. Penerapan ide merupakan indikasi potensi proses ilmiah.

Peran guru dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah membimbing dan memberikan bimbingan jika siswa membutuhkannya, siswa harus bertanggung jawab penuh terhadap kurikulum, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan aktivitas siswa agar tidak mengganggu kemampuan siswa untuk belajar. Dalam dunia pendidikan diharapkan dapat menjadi salah satu sarana teknologi pendidikan dan memfasilitasi media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan intelektual siswa. Terkait dengan materi pelajaran PPKn yang banyak dijumpai di kehidupan sehari-hari siswa, maka salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman pada materi yang diajarkan adalah dengan menerapkan model pembelajaran REACT.

Model REACT merupakan Model pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual yang ditawarkan oleh Center of Occupational Research and Development (CORD). Model REACT adalah Model pembelajaran kontekstual yang merupakan inti prinsip konstruktivisme. Dalam upaya untuk memungkinkan peserta didik membangun dan menggunakan pengetahuan dalam sains, Crawford mendefinisikan lima strategi, yaitu model pembelajaran kontekstual, yang juga disebut sebagai model REACT ini mencakup hubungan, pengalaman, penerapan, kerjasama dan proses transfering. Kegiatan pembelajaran berdasarkan model REACT ini mendorong peserta didik untuk menganalisis informasi dan mengomentari pengetahuan dalam kemampuan pemahaman masingmasing. 

Model REACT terdiri dari lima tahap yaitu Relating (mengaitkan), Experiencing (mengalami), Applying (menerapkan), Cooperating (bekerjasama), Transferring (mentransfer). Melalui tahap-tahap tersebut, model REACT berpotensi untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan meningkatkan pemahaman peserta didik. Model REACT ini dikembangkan mengacu pada paham konstruktivisme karena pembelajaran dengan menggunakan model ini menuntut peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas yang terus-menerus.  Model ini berfokus pada pembelajaran dan belajar dalam konteks prinsip fundamental dari konstruktivisme. 

Model Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering (REACT) diluncurkan dengan membahas pandangan pendidik pada materi dan contoh yang mereka buat, artinya model REACT adalah output dari pengamatan dan pengalaman pendidik dan bukan masalah yang dirancang secara  teoritis dengan adanya penurunan minat dan sikap peserta didik terhadap sains. Sehinga peneliti dapat memberikan garis besar bahwa model REACT merupakan model kontekstual dengan prinsip konstruksivisme yang membimbing peserta didik untuk terlibat aktif dalam semua kegiatan pembelajaran secara terus menerus. 

REACT merupakan model pembelajaran konteks yang didasarkan pada bagaimana peserta didik belajar untuk mendapatkan pemahaman dan bagaimana tenaga pendidik mengajarkan untuk memberikan pemahaman. Model REACT ini juga sesuai dengan pandangan konstruktivis, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  • Peserta didik terlibat aktif dalam belajarnya. Peserta didik belajar materi IPA secara bermakna dengan bekerja dan berpikir.
  • Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki peserta didik. 
  • Orientasi pembelajaran adalah investigasi danpenemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. 

Model REACT ini juga sesuai dengan pandangan konstruktivis, materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan peserta didik mengakibatkan pembelajaran akan lebih bermakna dan menyenangkan. Kemudian pembelajaran dengan model REACT membutuhkan peserta didik untuk menjadi aktif dalam pembelajara sehingga konsep peserta didik yang mereka miliki dari proses pembelajaran akan diingat dengan baik. Kurikulum dan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran kontekstual ini harus disusun dalam lima hal penting yaitu Mengaitkan, Mengalami, Menerapkan, Bekerja Sama, dan Mentransfer. Model REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) yaitu melibatkan pengalaman langsung peserta didik melalui penyelidikan, materi yang disajikan berdasarkan pengalaman di kehidupan peserta didik sehingga peserta didik dapat berperan aktif dalam pembelajaran. 

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran REACT dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Relating (mengaitkan)

Relating adalah pembelajaran yang dimulai dengan cara mengakaitkan antar konsep-konsep baru yang sedang dipelajarinya dengan konsep-konsep yang telah dikuasainya. Belajar dalam konteks pengalaman manusia, merupakan jenis pembelajaran kontekstual yang khas terjadi pada anak anak. Proses relating peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dan memberikan penjelasan yang sederhana, dimana penjelasan itu akan mendorong peserta didik mengeluarkan ide idenya. 

2. Experiencing (mengalami)

Experiencing adalah pembelajaran yang membuat peserta didik belajar melalui eksplorasi, pencarian, dan penemuan. Experiencing (mengalami) merupakan pembelajaran yang membuat siswa belajar dengan melakukan kegiatan (learning by doing) melalui eksplorasi, penemuan, pencarian dan aktivitas pemecahan masalah. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika peserta didik dapat melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif. Peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk mengumpulkan data melalui pengukuran, menganalisis data, membuat kesimpulan dan prediksi, serta melakukan refleksi konsep-konsep yang mendasari eksperimen. Experiencing akan memberikan banyak peluang kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas 

3. Applying (menerapkan)

Applying adalah pembelajaran yang membuat peserta didik belajar mengaplikasikan konsep. Applying (menerapkan), artinya suatu tahap pembelajaran bagaimana menempatkan suatu konsep untuk digunakan. Peserta didik mengunakan konsep tersebut ketika mereka bisa menerapkan di kehidupan nyata untuk memcahakan masalah. Penerapan konsep dan informasi didalam konteks yang sering digunakan dalam rancangan pesert didik kedalam imaginasi masa depan (kemungkinan karir) atau kedalam tempat yang tidak biasa.

4. Cooperating (Bekerja sama)

Cooperating adalah pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik agar belajar bersama, saling berbagi, saling merespon, dan berkomunikasi dengan sesama temannya. Saat berdiskusi, peserta didik diharapkan bisa memberikan penjelasan yang lebih lanjut dan mengatur strategi serta taktik dalam mengaplikasikan konsep yang sedang dipelajari dalam applying. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu peserta didik mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata. 

5. Transfering (Mentransfer)

Transfering adalah pembelajaran dalam konteks dari pengetahuan yang ada.Itu digunakan untuk membangun pengetahuan peserta didik sebelumnya. Transferring adalah pembelajaran yang mendorong peserta didik belajar menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya di kelas berdasarkan pada pemahaman. Tenaga pendidik merancang tugas-tugas untuk mencapai sesuatu yang baru danberagam maka minat, motivasi, keterlibatan,dan penguasaan peserta didik terhadap materi yang dapat meningkat. 

Kelebihan dari model pembelajaran ini antara lain adalah:

  • Memperdalam pemahaman peserta didik.
  • Mengembangkan sikap menghargai diri peserta didik dan orang lain.
  • Mengembangkan sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki. 
  • Mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
  • Membentuk sikap mencintai lingkungan.
  • Membuat belajar secara inklusif. 

Penerapan model pembelajaran REACT ini memberikan dampak yang signifikan pada hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Mereka terbiasa menyelesaikan suatu masalah mulai dari mengaitkan, mengalami, menerapkan, bekerja sama dan mentransfer ilmu yang diperoleh. Harapan guru dan sekolah agar mereka memiliki ketrampilan abad 21 (Critical thinking, Collaboration, Creativity dan Communication) tercapai dengan penerapan model pembelajaran REACT.


REFERENSI:

  • Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
  • Silberman, Mel. 2009. Active Learning, Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta Insan Madani. 
  • Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta: Pustaka Belajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...