Selasa, 19 April 2022

IMPLEMENTASI MODEL JIGSAW PADA PEMBELAJARAN PPKn

Edisi: Vol. 2 No. 2 Januari - April 2022

Oleh: Endang Sulistiyaningrum, S. H.
(Guru PPKn SMK Negeri 1 Sukoharjo - Jawa Tengah)

Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Hal ini sesuai dengan profil pelajar Pancasila yaitu pelajar yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai keyakinannya, memiliki sikap kebhinekaan global, mampu bergotong royong, kreatif, mandiri dan mampu berpikir kritis. 

Kegiatan pembelajaran sudah harus berubah arah, sebelumnya guru masih berperan terlalu dominan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran (teacher centered). Akibatnya peserta didik menjadi pasif, kurang bersungguh-sungguh bahkan tidak mengabaikan guru selama kegiatan pembelajaran. Dengan kegiatan pembelajaran yang seperti itu menyebabkan rendahnya hasil belajar yang dicapai peserta didik. Pada kurikulum merdeka, guru berperan sebagai fasilitator dan semua kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered). Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan menumbuhkembangkan profil pelajar Pancasila adalah model pembelajaran Jigsaw. Dengan menggunakan model pembelajaran ini, peserta didik berdiskusi untuk mempelajari materi PPKn sehingga menjadikan mereka menjadi senang, aktif dan kreatif.

Mel Siberman  (2007) menjelaskan bahwa model pembelajaran Jigsaw merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas memiliki kesamaan dengan tehnik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (group to group exchange) dengan suatu perbedaaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau “dipotong” dan di saat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap kali peserta didik  mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik  lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang bertalian atau keahlian. 

Model pembelajaran Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar (kelompok ahli) dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Pada pelaksanaannya Jigsaw juga dituntut pembagian peserta didik ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 6 orang secara heterogen. Dengan heterogen tersebut diharapkan masing-masing peserta didik dapat saling  melengkapi. Maksudnya, tidak bisa  dipastikan peserta didik tertentu bisa menguasai dengan benar materi yang menjadi tanggung jawab peserta didik tersebut, harus dipastikan dalam setiap kelompok diwakili setidaknya satu peserta didik yang masuk kategori peserta didik berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, peserta didik bisa membentuk kelompok para ahli. Peserta berkumpul dengan peserta didik  lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka bekerja sama memecahkan materi yang menjadi bagiannya. Kemudian, masing-masing peserta didik  kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada angggota kelompok lain. 

Keberhasilan penerapan model pembelajaran Jigsaw ini adalah adanya saling ketergantungan antar peserta didik terhadap anggota tim yang menyampaikan informasi dari kelompok ahli. Para peserta didik harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif serta saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi guna memecahkan masalah atau tugas yang diberikan guru. Kelebihan dari model pembelajaran Jigsaw ini antara lain adalah peserta didik dapat:

  • Belajar bagaimana bekerjasama dalam kelompok dan membantu yang lemah dalam menyelesaikan masalah.
  • Menerapkan bimbingan sesama teman dan memperbaiki kehadiran.
  • Menumbuhkembangkan rasa harga dan mengurangi sikap apatis.
  • Menerima perbedaan antar individu. 
  • Memahami materi lebih mendalam dan meningkatkan motivasi belajar.
  • Menjadi ahli dalam kelompok dan saling bergantung satu sama lain.
  • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lai.n

Para peserta didik yang bekerja sama menggunakan Jigsaw lebih mampu melihat perspektif orang lain (kebhinekaan) dibandingkan dengan para peserta didik dalam kelas kontrol. Sehingga dengan demikian sangat penting untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif sebagai contoh dengan model pembelajaran Jigsaw ini dalam menciptakan perilaku prososial yang semakin dibutuhkan di dalam masyarakat dimana kemampuan bergaul dengan  orang lain menjadi semakin krusial.

Strategi model pembelajaran Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran PPKn dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Bahan pelajaran yang akan diberikan dibagi menjadi menjadi beberapa bagian sesuai materi.
  2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skema peserta didik agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, guru perlu menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberikan hari itu.
  3. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok asal secara heterogen.
  4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) bagian pertama bahan diberikan kepada peserta didik yang pertama, sedangkan peserta didik yang kedua menerima bagian yang kedua. Peserta didik yang ketiga menerima bagian yang ketiga, dan seterusnya.
  5. Kemudian peserta didik disuruh membaca bagian mereka masing-masing dan berdiskusi pada kelompok ahli sesuai materi yang menjadi bagiannya.
  6. Setelah selesai berdiskusi di kelompok ahli, peserta didik kembali ke kelompok asal dan saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, peserta didik bisa saling berinteraksi antara satu dengan yang lain di kelompok asalnya.
  7. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara kelompok atau dengan seluruh kelas.
  8. Guru mengadakan evaluasi individu untuk mengetahui capaian kompetensi yang dipahami peserta didik.

Hasil akhir yang diharapkan dengan penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran PPKn adalah peningkatan hasil belajar peserta didik. Peningkatan hasil belajar ini sejalan dengan peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Model pembelajaran ini menjadikan peserta didik lebih komunikatif dan berani dalam mengemukakan ide maupun pendapatnya di dalam kelompok. Selain itu, pembentukan kelompok secara heterogen dapat melatih peserta didik bersikap saling menghormati dan toleransi terhadap keragaman misalnya perbedaan latar belakang peserta didik, agama, suku, budaya, dan sebagainya. Peserta didik akan tetap bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok dan tidak memandang adanya perbedaan.


REFERENSI

  • Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.  Jakarta: Gramedia.
  • Silberman,  Melvin. 2007. Active  Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...