Oleh: Sukarti, S. Pd.
(Program Profesi Guru Bimbingan dan Konseling, Universitas PGRI Madiun - Jawa Timur)
Dalam praktik layanan konseling individu sering ditemui konseli yang tidak bisa mengendalikan emosi .Konseli yang sulit mengendalikan emosi marah tersebut terlihat sering membuat keributan di kelas seperti suka mengobrol dengan teman sebangkunya diwaktu pelajaran, tiba-tiba melempari kertas kepada temannya, sering mengalami percekcokan dengan teman sekelasnya maupun berbeda kelas, cenderung bersikap agresif, senang menertawakan kesalahan orang lain, mudah terpancing amarah apabila tersinggung dan berbicara kasar ketika marah dengan temannya, serta tidak mendengarkan nasehat guru.
Praktik layanan ini sangat penting untuk dibagikan karena:
- Sebagai bahan referensi konselor lain untuk membantu siswa mengatasi masalah yang dihadapi.
- Praktik layanan ini bisa memotivasi saya sendiri untuk terus melatih keterampilan konseling dalam membantu mengatasi masalah konseli.
- Pentingnya berbagi pengetahuan untuk memperkaya wawasan tentang pelaksanaan konseling individu.
Adapun peran dan tanggung jawab penulis dalam praktik layanan konseling individu ini adalah sebagai konselor dengan hangat menyambut dan menerima kehadiran konseli, membangun rasa nyaman dan kepercayaan konseli terhadap proses konseling, mengarahkan konseli melakukan eksplorasi masalah, mendampingi selama konseli melakukan personalisasi, bersama dengan konseli melakukan inisiasi dan mendorong konseli secara mandiri untuk mampu melakukan aktifitas pengentasan masalah yang konseli hadapi. Setelah itu bersama dengan konseli mengevaluasi usaha dan target yang telah disepakati bersama.
Pendekatan Behavioral
Dalam penerapan konseling menggunakan pendekatan behavioral teknik pembuatan kontrak prilaku sangat tepat. Dengan pendekatan ini mengubah perilaku konseli menjadi lebih baik yaitu yang pada mulanya kurang semangat menjadi semangat dan keinginan pada konseli untuk menjalani kehidupan menjadi lebih baik. Dibuktikan dengan pengisian pembuatan kontrak prilaku yang diisi oleh konseli sendiri dengan bimbingan konselor.
Tujuan yang direncanakan berhasil ini ditunjukkan dari perilaku konseli saat proses kegiatan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh konselor dalam membantu konseli memecahkan masalah yaitu dengan membangun hubungan yang baik dengan konseli menjelaskan tujuan kegiatan, asas-asas yang akan diterapkan. Kegiatan ini melakukan asesmen penggalian masalah, penentuan teknik saat mengetahui permasalahan konseli, melakukan evaluasi kegiatan, menganalisa kekurangan dan penutup. Hasil dari Teknik kontrak prilaku konseli menyadari bahwa selama ini yang dia lakukan adalah salah dan perlu diperbaiki secara perlahan dengan berbicara dengan nada lebih baik saat berbiacara dengan temannya, mau menerima nasehat walikelas, serta konseli mulai menunjukkan sikap lebih tenang dan lebih sabar.
Berdasarkan kajian literatur dan juga hasil wawancara dengan siswa observasi walikelas dan teman sebaya penyebab utama konseli tidak bisa mengendalikan emosi diantaranya adalah:
- Sering ngopi di warung kopi dekat rumahnya yang mana warung kopi tersebut sebagian besar orang dewasa dengan nada bicara cenderung kotor dan tidak baik.
- Sering nongkrong diparkiran dekat sekolah yang mana warung kopi tersebut ada banyak siswa dari luar sekolah dan banyak anak SMA / SMK yang membawa dampak dan pengaruh buruk pada dirinya.
- Mudah terpancing emosi saat kesenggol dan cenderung agresif.
- Konseli ragu untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain.
- Konseli belum pernah mengikuti layanan konseling individu sebelumnya.
Berdasarkan penyebab dari permasalahan di atas, tantangan yang dihadapi oleh Konselor yaitu:
- Konseli kurang komunikatif.
- Konseli kurang percaya diri.
- Adanya suara yang gaduh saat proses konseling.
- Adanya rasa canggung saat berhadapan dengan kamera.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan :
- Melibatkan konseli dalam konseling dengan pertanyaan terbuka agar lebih terjalin komunikatif.
- Meningkatkan kepercayaan konseli dengan menekankan azas konseling yatitu azas sukarela,terbuka dan rahasia.
- Melibatkan rekan sejawat lainnya agar lebih kondusif,tenang dan nyaman dan mendukung pelaksanaan proses konseling.
- Mencari tempat lain yang kondusif yang jauh dari keramaian di jam pelajaran.
- Membina hubungan yang baik dengan konseli.
- Menciptakan suasana konseling individu yang nyaman sehingga konseli mampu untuk mengembangkan kontrak perilaku pengendalian diri.
Berdasarkan tantangan tersebut di atas bisa disimpulkan bahwa tantangan yang dihadapi melibatkan peran konselor dalam hal kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional, sementara dari sisi peserta didik adalah keterbukaan dan kemandirian konseli dalam menentukan langkah mengatasi masalah yang dihadapi.
Siapa saja yang terlibat:
- Kepala sekolah yang memberikan izin melaksanakan PPL
- Penulis sebagai Konselor
- Siswa sebagai konseli
- Dosen dan guru pamong sebagai pembimbing dalam proses melaksanakan pembelajaran PPL
Strategi yang digunakan:
- Konselor bersama konseli membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
- Konselor menanyakan pemahaman baru, menanyakan perasaan, dan tindakan yang akan dilakukan konseli setelah mengikuti layanan.
- Observasi terhadap perubahan tingkah laku konseli secara kelanjutan Bersama wali kelas dan orangtua.
- Menutup kegiatan dengan berdoa.
Prosesnya Pra layanan:
- Menyiapkan RPLBK dan LKPD
- Mengatur jadwal dengan konseli
Tahap Attending:
- Menyambut konseli
- Konselor mengucapkan salam dan menanyakan kabar konseli
- Konselor mengarahkan konseli untuk melakukan konseling individu
- Konselor mendiskusikan tujuan pelaksanaan konseling individu
- Menyampaikan peran konselor dan peran konseli
- Menjelaskan secara singkat kode etik dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan
- Konselor memastikan kesiapan konseli untuk memulai konseling dan mengajak konseli berdoa sebelum memulai kegiatan
Tahap Eksplorasi masalah:
- Konselor mengajak konseli untuk menceritakan masalah yang telah dialaminya
- Konselor mendalami masalah dan mendengarkan argumentasi agar konseli dapat mengeksplorasi masalah konseli
- Konselor memberikan pertanyaan apakah yang diinginkan pada proses konseling ?
- Konselor menggali potensi yang dimiliki siswa mencari tingkah laku positif yang ada pada saat ini
- Konselor membantu konseli menganalisis pikiran negatif melalui teknik ABCD.
- Konselor menanyakan kepada konseli apa manfaat dari sikap dan perilakunya saat ini; Apakah ini yang terbaik? Apa manfaat yang didapatkan dari perilaku tersebut.
- Jika konseli sudah mengungkapkan keinginan dan mengambil keputusan yang baik terhadap pikiran yang keliru.
- Konselor memberikan penguatan apakah konseli yakin akan mampu mengelola pikiran negatifnya.
Tahap Acting:
- Konselor bersama konseli mengatur rencana monitoring perilaku berdasarkan pikiran irrasional dan tingkat kebahagiaan konseli
- Konselor memfasilitasi konseli melakukan teknik kursi kosong untuk melatih konseli menyampaikan perasaan kepada orangtuanya.
- Konselor Mengevaluasi latihan asertif yang dilakukan konseli (Melakukan pengulangan sesuai kebutuhan)
Tahap penutup:
- Konselor mengarahkan konseli mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.
- Konselor mengarahkan konseli menyimpulkan hasil kegiatan, mengemukakan perasaan dan harapan selanjutnya.
- Konselor mengucapkan terima kasih kepada konseli.
Sumber daya yang dimiliki atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini
- Kemampuan konselor membangun hubungan yang baik agar konseli mau terbuka tentang masalah.
- Dosen pembimbing dan guru pamong yang membantu mengarahkan pengembangan diri konselor dalam membantu konseli.
Kesimpulan
Dampak dari aksi dan langkah-langkah yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang sangat positif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini:
Refleksi proses:
- Konseli datang secara suka rela
- Konseli secara terbuka menceritakan masalahnya selama eksplorasi masalah.
- Konseli aktif selama proses konseling
- Konseli mengikuti jadwal layanan yang disepakati
- Konseli secara mandiri merancang aktifitas yang akan dimonitoring setelah jeda konseling.
Refleksi hasil:
- Konseli memahami kelemahan yang dimiliki dalam masalah yang dihadapi.
- Konseli mampu merencanakan tindak lanjut dari masalahnya.
- Tingkat kebahagiaan konseli meningkat terbukti dari lembar monitoring kemajuan konseli.
Walaupun demikian juga terdapat hal tidak terduga dalam pelaksanaan konseling individu yaitu:
- Adanya suara yang gaduh saat proses konseling.
- Konseli canggung saat ada kamera
Untuk menindak lanjutinya bisa diberikan solusi yaitu dengan melibatkan rekan sejawat lainnya agar lebih kondusif, tenang dan nyaman dan mendukung pelaksanaan proses konseling serta membina hubungan yang baik dengan konseli.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan yaitu:
- Didukung kepala sekolah dalam pelaksanaan konseling individu.
- Konseli secara sukarela mengikuti kegiatan layanan
- Konselor mengutamakan arti penting eksplorasi masalah dibandingkan dengan rencana RPLBK yang terlebih dahulu disusun.
Faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan:
- Suara konseli dalam rekaman tidak terlalu jelas karena kurangnya perangkat audio tambahan dan tidak melibatkan kameramen lain dengan tujuan menjaga kenyamanan konseli.
- Terdapat tahap yang tidak terekam dan harus diulangi karena Kamera kehabisan daya baterai.
Pembelajaran dari keseluruhan dari proses tersebut.
- Pentingnya membangun attending yang maksimal sehingga konseli secara sukarela terbuka menyampaikan masalahnya.
- eknik yang direncanakan di awal bisa saja berubah tergantung kemampuan konselor menggali akar permasalahan selama eksplorasi masalah.
- Seorang konselor tidak boleh terpaku hanya pada satu teknik layanan karena selama proses konseling akan ada kemungkinan tidak terduga yang mungkin terjadi.
- Untuk memberikan pelayanan yang baik Konselor harus menguasai tehnik, strategi dan metode yang akan digunakan.
- Menangani siswa yang bermasalah berusaha tidak menasehati tetapi konselor mendampingi dengan menggunakan tehnik yang tepat terkait masalah yang dihadapi konseli. Memberikan dorongan dan motivasi serta memandirikan konseli dari segala bidang belajar,pribadi, karir dan sosial.
Daftar Referensi
- Albin, Rochelle Semmel. 2010. EMOSI Bagaimana Mengenal, Menerima dan Mengarahkannya. Yogyakarta : Kanisius.
- Ali dan Asrori. (2012). Psikologi Remaja.Jakarta : PT. Bumi Aksara.
- Asrori. (2005). Perkembangan Peserta Didik.
- Syamsu Yusuf, psikologi perkembangan anak dan remaja,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2016),hal.114. 4 Ibid.,115
- Nurul Azmi,“Potensi Emosi Remaja Dan Pengembangannya”, Jurnal Pendidikan Sosial, 1(Juni,2015),38.
- Neila Ramdhani,“Emosi Moral dan Empati pada Pelaku Perundungan-siber”,Jurnal Psikologi,1(2016),69
- J.W Santrock, adolescence Perkembangan Remaja (Jakarta : Erlangga,2003 ), 376.. 9 Nurul Azmi,“Potensi Emosi Remaja Dan Pengembangannya”, Jurnal Pendidikan Sosial, 1(Juni,2015),43.
Pranala Luar
- Website Universitas PGRI Madiun (url : https://unipma.ac.id)
- Website Pendidikan Profesi Guru Universitas PGRI Madiun (url : https://ppg.unipma.ac.id)
- Website Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Madiun (url : https://fkip.unipma.ac.id)
- Website Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas PGRI Madiun (url : https://pmb.unipma.ac.id)
- Sistem Informasi Manajemen Universitas PGRI Madiun (url : https://sim.unipma.ac.id)
- Laman Akreditasi Universitas PGRI Madiun (url : https://akreditasi.unipma.ac.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar