Jumat, 20 Oktober 2023

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DI KELAS 12 MIPA 3 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2023/2024

oleh: Ristanti Yustin, S. Pd., M. Pd.
(Guru Biologi SMA NEGERI 1 Boyolali - Jawa Tengah)

Edisi: Vol. 4 No. 1 September - Desember 2023

Pengembangan sumber daya manusia menjadi tugas dan tanggung jawab pendidikan dalam menuntun potensi-potensi individu dengan memfasilitasi kebutuhannya sehingga mampu memahami apa yang dipelajari. Sumber daya manusia  pada peserta didik yang beragam pada kondisi sekarang membuat guru berupaya memaksimalkan kondisi yang ada untuk melayaninya dengan  sebaik-baiknya. Seringkali guru seolah-olah mengajar satu orang peserta didik dalam satu kelas, sedangkan dalam satu kelas tersebut diperkirakan lebih kurang tiga puluhan siswa yang mempunyai keunikan, kemampuan dan keberagaman pengalaman belajar, sehingga tidak jarang siswa merasa jenuh dan akhirnya menjadikan motivasi belajar siswa berkurang. Sebagai contoh pada saat pembelajaran  beberapa siswa kurang tertarik materi yang disampaikan, melamun, bercanda dengan temannya dan lain sebagainya sehingga pembelajarannya tidak tuntas.

Pembelajaran Berdiferensiasi

Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sebaiknya guru memetakan kompetensi siswa dengan mengenal siswanya secara  individual untuk dapat menerapkan strategi belajar yang cocok bagi proses perkembangan belajar mereka.Terdapat 3 faktor kondisi riil siswa saat ini yaitu: (1) pengetahuan awal mengenai materi yang akan dipelajari, (2) keterampilan dan (3) ketertarikan pada materi. Setelah memahami kebutuhan awal siswa yang merupakan dasar untuk tugas selanjutnya bisa menentukan tugas individu atau kelompok dengan durasi waktu yang sesuai.  Salah satu aspek penting dalam kurikulum merdeka adalah pembelajaran berdiferensiasi, yang mengakui perbedaan individual siswa dan memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka. Dengan demikian, maka diperlukan pemahaman secara menyeluruh mengenai pembelajaran berdiferensiasi guna memaksimalkan potensi belajar siswa. 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa tersebut.

Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi

Pada kurikulum 2013, memiliki tujuan untuk pengembangan kompetensi yang berimbang antara kompetensi sosial, spiritual, pengetahuan dan  keterampilan. Sementara pada kurikulum merdeka dikembangkan softskill dan karakter dengan proyek penguatan profil pelajar pancasila, fokus pada materi yang esensial dan mendalam,  keleluasaan bagi guru  untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan masing-masing peserta didik. Kebutuhan tersebut dapat berupa pengetahuan yang ada, gaya belajar, minat, dan pemahaman terhadap mata pelajaran. 

Siswa kelas 12 SMA Negeri 1 Boyolali merupakan siswa yang terakhir menggunakan pembelajaran kurikulum 2013, sementara kelas 10 dan kelas 11 menggunakan pembelajaran kurikulum merdeka. Setelah ikut mempelajarari pembelajaran berdiferensiasi melalui PMM (Platform Merdeka Mengajar) penulis merasa tertarik untuk menggunakan pembelajaran berdiferensiasi pada siswa kelas 12 MIPA 3. 

Mengingat kondisi siswa kelas 12 MIPA yang beragam kemampuan dan pengalaman belajarnya, pada materi tertentu, misalnya materi reproduksi sel siswa lebih tepat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi.. Bagian dari hal di atas,  guru memetakan area kebutuhan : kognitif, sosial, afektif dan psikomotor. Mengenal kebutuhan kognitif siswa, guru perlu mempertimbangkan kemampuan awal berpikir mereka sehingga memudahkan untuk membimbing dan memberi bantuan yang tepat. 

Hal pertama yang dilakukan pada pembelajaran berdiferensiasi adalah memetakan kemampuan siswa dilakukan dengan menggunakan assesmen minat belajar dan kemampuan secara umum. Langkah untuk memetakan kemampuan kognitif siswa kelas 12 MIPA 3 SMA Negeri 1 Boyolali salah satunya adalah dengan asesmen diagnostik kognitif sebagai  prasyarat untuk mempelajari pelajaran selanjutnya, dilakukan untuk memodifikasi modul ajar yang sesuai dengan kemampuan karakteristik dan kebutuhan siswa. Dalam hal ini bisa dilakukan dengan melihat hasil ulangan harian pada materi KD sebelumnya, tentang substansi genetika. KD substansi genetika bertanggungjawab terhadap pewarisan sifat-sifat genetik dari induk kepada keturunannya, salah satunya melalui pembelahan sel. Pemahaman tentang KD substansi genetika merupakan prasyarat untuk materi KD selanjutnya, yaitu Reproduksi Sel. Hasilnya  adalah kategori 1 beberapa siswa sudah sangat bagus memahami materi substansi genetika, kategori 2 beberapa siswa bagus memahami materi substansi genetika, kategori 3 beberapa siswa kurang bagus memahami materi substansi genetika. 

Dari hasil 3 kategori tersebut kemudian guru memanajemen kelas yang baik. Harapannya siswa dapat belajar efektif, menyenangkan juga terarah  untuk motivasi belajarnya. Salah satunya adalah dengan pendekatan konstruktivisme, upaya untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa secara bertahap. Cara lain yaitu dengan  memperlibatkan siswa secara aktif agar merasa saling memiliki dan berdisiplin, penataan ruang dan peralatannya, hubungan yang positif antara guru dengan siswa, membuat kesepakatan kelas (piket, cara bicara pengaturan meja dll), dan membuat kelompok kelas. Pembuatan  kelompok kelas bisa dengan kelompok besar, kecil, berpasangan dan individu. Strategi pengelompokan kelas 12 MIPA 3 dibuat homogen sesuai kemampuan kognitif, yaitu kelompok tinggi (sudah sangat bagus memahami materi substansi genetika), sedang (bagus memahami materi substansi genetika) dan rendah (kurang bagus memahami materi substansi genetika) untuk pembelajaran reproduksi sel,

Pengembangan Kecakapan Berpikir Siswa

Strategi mengembangkan kecakapan berpikir siswa SMA bertujuan agar kita dapat merancang pembelajaran yang dapat mengembangkan kecakapan berpikir siswa melalui membaca. Untuk menumbuhkan minat literasi salah satunya adalah memantik dengan beberapa pertanyaan atau memberikan penugasan kepada kelompok yang telah terbentuk. Pertanyaan pemantik pembelajaran reproduksi sel yang meliputi materi pembelahan mitosis, meiosis, gametogenesis pada tumbuhan, dan gametogenesis pada hewan dapat berupa LKPD. Pembuatan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) digunakan untuk membantu menyelesaikan pembelajarannya. 

Setelah dibuat kelompok homogen, pemberian tugas untuk kelompok dilakukan. Setiap kelompok diberikan peran yang berbeda pada anggota kelompok. Misal ketua berperan memastikan anggota fokus dan berperan dalam pengerjaan tugasnya, narasumber berperan memastikan semua anggota paham dalam mengerjakan LKPD, Juru tulis/notulis berperan menuliskan hasil kerja kelompok pada LKPD, Juru bicara berperan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Pembelajaran diferensiasi di sini tidak berfokus pada konten/materi saja namun pada proses dan produk pembelajaran. Kelompok kemampuan tinggi dengan sumber belajar dari internet secara mandiri akan menyelesaikan LKPD. Kelompok kemampuan sedang dengan sumber belajar dari buku paket dan modul materi secara mandiri juga akan menyelesaikan LKPD. Sedangkan untuk kelompok kemampuan rendah dengan menggunakan sumber belajar dari buku paket biologi dengan pendampingan dari guru juga menyelesaikan LKPD. Pelibatan aktif siswa merupakan pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa. 

Pembelajaran Berdiferensiasi pada Materi Reproduksi

Gambar 1. Siswa mempresentasikan materi diskuis dengan Canva
(Sumber pribadi)

Gambar 2. Media pembelajaran reproduksi karya siswa
(Sumber pribadi)


Pembelajaran reproduksi sel yang dilakukan di kelas 12 MIPA 3 SMA Negeri 1 Boyolali, siswa melakukan aktivitas dalam kelompok, di antaranya: diskusi materi, diskusi peran dalam kelompok, membuat media presentasi. Kelompok-kelompok siswa diberikan tambahan penugasan dengan melakukan proyek tertentu. Dalam hal ini adalah dengan membuat media pembelajaran sesuai kesepakatan kelompok. Selesai aktivitas kelompok  dilakukan diskusi presentasi kelas sebagai bentuk tanggung jawab terhadap tugas masing-masing kelompok untuk mengecek pemahaman materi. Diskusinya dengan menggunakan media pembelajaran yang dibuat kelompok. Dari bahan, sumber belajar, cara membuat dan hasil dilaksanakan bebas dan diferensiasi antar kelompok. Produk / hasil karya siswa bermacam-macam, siswa kemampuan tinggi lebih cenderung membuat produk yang berkaitan dengan information technology (IT) seperti video dan presentasi dengan aplikasi canva atau PPT,  siswa kemampuan sedang membuat karya dari piring plastik dan plastisin yang dimodifikasi, dan siswa kemampuan rendah membuat karya berbahan kertas, sterefoam dan spidol. 

Guru Sebagai Fasilitator

Berikutnya presentasi dari kelompok ke kelompok lain secara bergiliran dan diatur dengan waktu tertentu.  Guru selalu berperan sebagai fasilitator dan motivator agar peserta didik berperan aktif dan bertanggung jawab di masing-masing. Guru menempatkan siswa/peserta didik sebagai subyek aktif untuk mencari dan memahami sumber pembelajarannya sendiri dan bukan sebaliknya. Suatu kelompok diberikan kesempatan memberikan penilaian mengenai media pembelajaran dan cara presentasi kepada kelompok lain yang dikunjungi. 

Umpan Balik dan Refleksi

Dan akhir kegiatan ini adalah refleksi atas kunjungan kelompok dengan mengacu dari tujuan awal pembelajaran, misalnya pemahaman materi dan ketrampilannya.  Guru dapat memberikan penguatan materi dan juga memberikan beberapa pertanyaan. Dalam hal ini dilakukan quis dengan beberapa pertanyaan dari guru sebagai refleksi. Umpan balik untuk guru, hasil pelaksanaan ini bisa digunakan untuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berikutnya.

Beberapa tanggapan dari siswa sebagai subyek pembelajaran bermacam-macam, diantaranya : 

  • "Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Namun sistem pembelajaran yang seperti itu kurang maksimal dalam penerimaan materinya dikarenakan terbatasnya waktu". (Wuri Syafa Briliana kelas 12 MIPA 3) 
  •  “Cara belajarnya dengan menggunakan media yang berbeda menjadi pengalaman baru dan untuk pemahamannya lumayan jadi bisa dipahami karena menggunakan media peraga, tetapi yang menjelaskan untuk keseluruhan ada yang kurang persiapan dan kurang memahami materi”. (Bella Putri Ramadhani kelas 12 MIPA 3).
  • “Metode pembelajaran yang cukup efektif untuk meningkatkan pemahaman materi untuk dijelaskan kembali kepada teman teman, namun materi yang disampaikan dapat menjadi bias karena keterbatasan pengetahuan atau kesalahan dalam menyampaikan materi”. (Clairina Deviningrum 12 MIPA 3).
  • “Bagus. Saya semakin belajar tentang bekerja sama, semakin memahami materi yang akan disampaikan, dan belajar menyampaikan di depan publik. Namun karena waktu yang sedikit penjelasan menjadi terburu-buru”. (Farhan Hilal Ramadhani Susilo 12 MIPA 3).
  • “Pembelajarannya jadi lebih asik dan sebagian siswa paham materi. Akan tetapi kurang efisien dari segi waktu", (Nathania Chiquita Dewi 12 MIPA 3).
  • “Seru dan menyenangkan, karena dapat membuat suasana pembelajaran tidak monoton dan tidak membosankan, namun terbatasi oleh waktu”. (Desty Ageng Nitasari 12 MIPA 3)
Dari tanggapan beberapa siswa yang sebagai subyek pembelajaran, secara umum menanggapi positif, perlu beberapa perbaikan terutama mengenai manajemen waktu yang masih kurang dan penguatan dari guru saat penutupan. Materi yang disampaikan perlu pencermatan lebih teliti dari fasilitator, sehingga tidak ada kesalahan konten.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...