Jumat, 20 Oktober 2023

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL Di SMA NEGERI 1 BOYOLALI

Oleh: Ana Kristiati Marheni,S. Pd.,
(Guru Bahasa Jawa SMA Negeri 1 Boyolali - Jawa Tengah)

Edisi: Vol. 4 No. 1 September - Desember 2023

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Dalam arti lain Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan peserta didik, maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan(menurut Hernawan ( 2013 :9)

Pembelajaran Bahasa Jawa

Di era ini dalam pembelajaran harus menyesuaikan dengan kemajuan dan tuntutan zaman maka pembelajaran saat ini adalah pembelajaran yang diberi istilah pembelajaran abad 21. Sebagai ciri khas era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat cepat dan makin canggih, dengan peran yang makin luas maka diperlukan guru yang kreatif yang bisa membawa anak untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.Untuk bisa berperan secara bermakna pada era globalisasi di abad ke-21 ini maka setiap warga negara dituntut untuk memiliki kemampuan yang dapat menjawab tuntutan perkembangan zaman. Pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan menuntun sekolah untuk mengubah pendekatan pembelajaran dari teacher centred menjadi student centered. Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan-kecakapan tersebut antara lain kecakapan memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi.

Pada kenyataannya pembelajaran bahasa jawa bagi siswa sangat kurang menarik bagi siswa kalau tidak pandai-pandainya guru mengemas sesuai keinginan siswa dan kemajuan jaman.materi yang ada dianggap kurang sesuai dengan perkembangan zaman di era globalisasi ini.Di SMA Negeri 1 Boyolali dalam pembelajaran bahasa Jawa guru memanfaatkan  media sosial untuk menarik motivasi dan minat siswa dalam materi bahasa jawa yang diajarkan.Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran hendaknya mencari bekal yang memadai untuk menghadapi perkembangan zaman karena sebenarnya guru abad 21 harus punya karakteristik :

  • Life-long learner. Pembelajar seumur hidup. Guru perlu meng-upgrade terus pengetahuannya dengan banyak membaca serta berdiskusi dengan pengajar lain atau bertanya pada para ahli. Tak pernah ada kata puas dengan pengetahuan yang ada, karena zaman terus berubah dan guru wajib up to date agar dapat mendampingi siswa berdasarkan kebutuhan mereka.
  • Kreatif dan inovatif. Siswa yang kreatif lahir dari guru yang kreatif dan inovatif. Guru diharap mampu memanfaatkan variasi sumber belajar untuk menyusun kegiatan di dalam kelas.
  • Mengoptimalkan teknologi. Salah satu ciri dari model pembelajaran abad 21 adalah blended learning, gabungan antara metode tatap muka tradisional dan penggunaan digital dan online media. Pada pembelajaran abad 21, teknologi bukan sesuatu yang sifatnya additional, bahkan wajib.
  • Reflektif. Guru yang reflektif adalah guru yang mampu menggunakan penilaian hasil belajar untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Guru yang reflektif mengetahui kapan strategi mengajarnya kurang optimal untuk membantu siswa mencapai keberhasilan belajar. Ada berapa guru yang tak pernah peka bahkan setelah mengajar bertahun-tahun bahwa pendekatannya tak cocok dengan gaya belajar siswa. Guru yang reflektif mampu mengoreksi pendekatannya agar cocok dengan kebutuhan siswa, bukan malah terus menyalahkan kemampuan siswa dalam menyerap pembelajaran.
  • Kolaboratif. Ini adalah salah satu keunikan pembelajaran abad 21. Guru dapat berkolaborasi dengan siswa dalam pembelajaran. Selalu ada mutual respect dan kehangatan sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan. Selain itu guru juga membangun kolaborasi dengan orang tua melalui komunikasi aktif dalam memantau perkembangan anak.
  • Menerapkan student centered. Ini adalah salah satu kunci dalam pembelajaran kelas kekinian. Dalam hal ini, siswa memiliki peran aktif dalam pembelajaran sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Karenanya, dalam kelas abad 21 metode ceramah tak lagi populer untuk diterapkan karena lebih banyak mengandalkan komunikasi satu arah antara guru dan siswa.
  • Menerapkan pendekatan diferensiasi. Dalam menerapkan pendekatan ini, guru akan mendesain kelas berdasarkan gaya belajar siswa. pengelompokkan siswa di dalam kelas juga berdasarkan minat serta kemampuannya. Dalam melakukan penilaian guru menerapkan formative assessment dengan menilai siswa secara berkala berdasarkan performanya (tak hanya tes tulis). Tak hanya itu, guru bersama siswa berusaha untuk mengatur kelas agar menjadi lingkungan yang aman dan suportif untuk pembelajaran.

Salah satu upaya guru untuk memenuhi tuntutan tersebut dalam pembelajaran yakni memnfaatkan media sosial dalam pembelajaran baik dari materi maupun penugasan atau penilaiannya.Mengapa gurumemanfaatkan media sosial ?Karena lewat media sosiallah siswa akan merasa sesuai dengan dunia dan zamannya.

Memanfaatkan teknologi

Perkembangan media sosial membuat kinerja menjadi lebih cepat, tepat, akurat sehingga  dapat meningkatkan produktivitas yang dihasilkan. Adapun media sosial yang sering digunakan pada saat ini adalah Facebook, Twitter, Instagram, Path, Tumblr, dan media sosial yang lainnya. Salah satu pengguna media sosial sekarang adalah pelajar, karena dengan menggunakan media sosial pelajar dapat dengan mudah berkomunikasi jarak dekat maupun jarak jauh tanpa harus bertatap muka atau bertemu. Media sosial bagi para pelajar merupakan hal yang penting tidak hanya sebagai tempat memperoleh informasi yang menarik tetapi juga sudah menjadi lifestyle atau gaya hidup.

Pemanfaatan media sosial sebagai media belajar telah menunjang sebuah teori klasik mengenai teori pembelajaran sosial. Teori ini mengatakan bahwa proses belajar sosial berfokus pada bagaimana seorang individu belajar dengan menjadikan orang lain sebagai subjek belajarnya (Bandura, 2001)

Salah satu pengguna media sosial sekarang adalah pelajar, karena dengan menggunakan media sosial pelajar dapat dengan mudah berkomunikasi jarak dekat maupun jarak jauh tanpa harus bertatap muka atau bertemu. Media sosial bagi para pelajar merupakan hal yang penting tidak hanya sebagai tempat memperoleh informasi yang menarik tetapi juga sudah menjadi lifestyle atau gaya hidup. Banyak pelajar yang tidak ingin di anggap jadul karena tidak memiliki akun media sosial.Media sosial bagi para pelajar biasanya di gunakan untuk mengekspresikan diri, berbagai segala tentang dirinya kepada banyak orang terutama teman-teman dan media sosial juga bisa di jadikan sebagai tempat untuk menghasilkan uang.

Menurut Wikipedia, media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya (users) bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual.

Bertolak dari hal diatas maka penulis selaku guru berusaha meningkatkan motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran bahasa jawa menggunakan media sosial .Media sosial ada beragam jenisny tetapi penulis baru menggunakan media sosuial youtube untuk memberikan pada siswa dalam pembelajaran dan menggunakan media sosial Instagram dan Tiktok untuh mengunggah tugas siswa.

Penulis pada saat ini mengajar dengan Kompetensi dasar Membaca Geguritan pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Boyolali semester gasal.Pada materi itu siswa lewat youtube siswa bisa mencari contoh contoh video cara membaca geguritan yang baik dan benar.Siswa bisa menyimak dan memilih gaya yang bagus yang bisa dicontoh nantinya saat siswa diberi tugas membaca geguritan.Kemudian siswa diberi tugas membaca geguritan sendiri lalu divideokan setelah selesai di unggah di instagramnya atau di tik toknya. Penulis sudah membuktikan ketika siswa diberi tugas membaca geguritan disepan kelas mereka kurang antusias untuk maju.Bahkan ada yang kalu disuruh maju belum siap.Akan tetapi setelah ditugasi untuk membaca sendiri secara bebas di luar ruang atau nanti dirumah kemudian di unggah di instagram atau Tik Toknya mereka sangat antusias dan hasilnya juga lebih bagus-bagus.Siswa disuruh menfolo instagram atau Tik Tok  penulis / guru sehingga penulis / guru bisa melihat uploud an mereka dan bisa menilainya.

Sebelum guru memberi tugas tidak lupa guru memberi batasan –batasan atau tata cara mengunggahnya. Salah satu syarat mutlaknya yaitu pakaian siswa harus sopan,isi geguritan mendidik dan lain sebagainya okoknya karya siswa harus sesuai dengan nilai-nilai karakter yang telah ditetapkan sekolah.Siswa akan merasa senang bisa mengunggah hasil karyanya dan bisa dilihat oleh banyak orang.Siswa akan merasa bahwa pembelajaran bahasa jawa yang dulu dianggapnya kuna, kini merasa bahwa pelajaran bahasa jawapun bisa mengimbangi zaman yang milenial yang serba digital ini. Mereka bangga karna merasa sudah menjadi bagian kehidupannya yang modern ini.

Dari urain diatas maka nyatalah bahwa pemanfaatan media sosial pada pembelajaran basa jawa pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali sangatlah meningkatkan motivasi dan minat para siswa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...