(Guru Geografi SMAN 1 Weru Sukoharjo - Jawa Tengah)
Sebagai negara yang berada di daerah Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), Indonesia juga berada dalam tiga zona geologi (pertemuan tiga lempeng litosfer), yaitu lempeng Asia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Dasar Samudera Pasifik. Kondisi ini menjadikan Indonesia tidak akan terlepas dari ancaman gempa bumi, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan wilayah di Indonesia yang rawan gempa dan tsunami diantarannya Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jateng, Jogjakarta, Jatim, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku Uatara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan.
Gempa yang berpusat di laut terkadang juga akan mendatangkan bencana lainnya seperti tsunami. Saat ini, Indonesia belum memiliki alat yang bisa memprediksi gempa lebih detail. Peringatan dini tsunami baru akan diaktivasi jika gempa di atas skala 7 Skala Richter dan kedalaman 20 km. Untuk itu, diharapkan masyarakat tetap dapat waspada jika ada tanda maupun peringatan gempa.
Gempa Aceh
Minggu, 26 Desember 2004, kehidupan Masyarakat Aceh berjalan seperti biasa yaitu berlibur dan berkumpul bersama keluarga, bahkan masih banyak umat kristiani di Aceh yang merayakan natal, tetapi hal tersebut berubah seketika pada jam 07.58 Waktu Indonesia Barat tiba-tiba terjadi gempa bumi dasyat. Guncangan berlangsung selama 10 menit dan berhasil meluluhlantakkan Aceh. Belum hilang rasa panik dan takut mereka, masyarakat pesisir dihebohkan oleh surutnya air laut secara mendadak. Ikan-ikan berserakan karena airnya menghilang, karena ketidaktahuan, mereka acuh. Beberapa menit kemudian, terlihat ombak besar yang siap menghantam daratan. ombaknya setinggi belasan meter.
Guncangan gempa tersebut berskala 9.1–9.3 dalam Skala kekuatan momen dan IX (Hebat) dalam Skala intensitas Mercalli. Episentrumnya terletak di lepas pantai barat Sumatra, Indonesia. Gempa bumi Megathrust gempa bumi bawah laut terjadi ketika Lempeng Hindia didorong ke bawah oleh Lempeng Burma dan memicu serangkaian Tsunami mematikan di sepanjang pesisir daratan yang berbatasan dengan Samudra Hindia. Gelombang Tsunami yang tingginya mencapai 30 m menewaskan 230.000 – 280.000 jiwa di 14 negara dan menenggelamkan sejumlah permukiman pesisir. Gempa dan tsunami ini merupakan salah satu Bencana Alam paling mematikan sepanjang sejarah. Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah selain Sri Lanka, India, dan Thailand.Berdasakan catatan pemerintah, dari total 280 ribu korban jiwa di seluruh negara, 130 ribu berada di Aceh. Lebih dari 500 ribu penduduk kehilangan tempat tinggal. Mengutip tulisan Jean-Christophe, dll berjudul "Wave of Peace? Tsunami Disaster Diplomacy in Aceh, Indonesia" (Environmental Economic Geography, 2006), perkiraan kerugian dari bencana tersebut mencapai Rp 41 triliun.
Metigasi Bencana
Sejarah mencatat tragedi kerap melahirkan revolusi. Dalam konteks Tsunami Aceh, revolusinya berupa terbentuknya kesadaran bencana oleh pemerintah. Pada tahun 2007, lahir UU Nomor 27 tentang Penanggulangan Bencana. Setelah bencana gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2004, terbentuk sistem mitigasi bencana. Berbagai alat pendeteksi gempa dan bangunan tahan gempa didirikan di berbagai wilayah rawan gempa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar