Kamis, 24 Agustus 2023

PENERAPAN MAP KRESNA PADA PEMBELAJARAN PKWU KERAJINAN KELAS XI FASE F

Oleh: KARTIKA YUNITA SAPUTRI, S.Pd
(Guru PKWU SMAN 8 Surakarta - Jawa Tengah)

Edisi: Vol. 3 No. 3 Mei - Agustus 2023


Pembelajaran PKWU merupakan akronim dari pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Prakarya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pekerjaan tangan. Pembelajaran prakarya merupakan usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan tepat melalui pembelajaran kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan dengan menggunakan berbagai macam bahan, alat, teknik, serta ilmu pengetahuan yang dilakukan dengan cara memanfaatkan pelatihan dan pengalaman. Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa (Alma, 2011). Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk menanamkan jiwa, sikap, dan etika wirausaha kepada murid, memberi bekal pengetahuan dan keterampilan tentang kewirausahaan kepada murid. 

Tujuan Pembelajaran PKWU

Pembelajaran PKWU pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan murid dalam menghasilkan produk berupa barang maupun jasa yang mempunyai nilai ekonomis (layak jual). Mata pelajaran PKWU terbagi menjadi 4 bidang yang terdiri dari kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan. Pembelajaran PKWU di kelas XI fase F memilih bagian kerajinan untuk dipelajari murid. PKWU kerajinan mengacu pada konsep hasta karya Ki Hajar Dewantara yang mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dengan menciptakan produk yang berdampak pada diri sendiri serta lingkungan menuju keseimbangan antara alam (nature) dan budaya (culture). Pembelajaran PKWU kerajinan mengembangkan kemampuan dan keterampilan murid untuk menciptakan inovasi produk yang efektif dan efisien. 

PKWU pada Kurikulum Merdeka SMA Kelas XI

Dalam pembelajaran PKWU kerajinan kelas XI Fase F dibutuhkan pemahaman yang menyeluruh bagi murid untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pada fase ini, murid diharapkan mampu mengembangkan dan menciptakan produk kerajinan nusantara maupun mancanegara berdasarkan nilai kewirausahaan, dampak lingkungan, dan teknologi produksinya. Melalui penerapan Map Kresna (Mind Mapping Kerajinan Nusantara) ini dapat mengajak murid untuk menggali potensi diri sehingga capaian pembelajaran dapat terpenuhi. Penerapan Map Kresna (Mind Mapping Kerajinan Nusantara) sangat menekankan pada proses pembelajaran yang berkualitas dan bermakna bagi murid untuk memahami secara menyeluruh tentang kerajinan nusantara. Keseluruhan konsep kerajinan nusantara dapat dirangkum menjadi sebuah peta pikiran yang dapat membantu murid untuk mengingat, memahami, dan memaknai materi PKWU kelas XI Fase F. Pembelajaran PKWU kerajinan dengan menerapkan Map Kresna (Mind Mapping Kerajinan Nusantara) diharapkan dapat memberikan dampak positif kepada murid untuk mampu mengasah pengetahuan dan keterampilan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi murid.

Map Kresna (Mind Mapping Kerajinan Nusantara

Mind map adalah cara mencatat secara kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran kita. Mind mapping merupakan teknik mencatat menggunakan kata-kata, warna, garis, simbol, serta gambar dengan memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang memudahkan seseorang untuk mengingat segala macam informasi (Buzan, 2012). Mind mapping dapat dibuat dengan menggunakan tulisan tangan dengan mengkombinasikan warna, gambar, juga cabang-cabang melengkung sesuai yang dikehendaki sehingga mind mapping menjadi tidak membosankan untuk dilihat secara visual. Catatan dalam bentuk mind mapping memungkinkan otak dapat lebih mudah memahami ulang gagasan dalam wacana secara utuh dan menyeluruh.

Mind mapping merupakan cara belajar yang efektif karena dapat mengubah teknik verbal ke dalam visualisasi gambar. Gambar dapat membantu menyampaikan pesan secara konkret sehingga memudahkan murid untuk memperkuat pemahaman terhadap konsep materi pembelajaran. Gambar lebih realistis menunjukkan pokok permasalahan dibandingkan dengan media verbal semata. Mind mapping juga dapat dibuat dengan menggunakan warna. Warna menjadi media yang sangat kuat tapi seringkali dipandang remeh. Penggunaan warna akan membuat mind mapping lebih hidup, lebih merangsang secara visual, dan menambah energi kepada pemikiran negatif daripada pencatatan secara tradisional yang cenderung satu warna. Menurut  http://ikhs.wordpress.com, manfaat penerapan mind mapping dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

  • Meningkatkan kreativitas dan inovasi;
  • Menyederhanakan ide dan gagasan;
  • Memudahkan untuk mengingat konsep;
  • Mempercepat proses pembelajaran;
  • Mengasah kemampuan kerja otak.

Mengingat manfaat dari mind mapping dapat memudahkan dalam proses pembelajaran, maka dapat digunakan oleh guru pada saat pada pembelajaran PKWU Kerajinan kelas XI fase F, khususnya materi kerajinan nusantara.

Kerajinan nusantara adalah suatu karya yang dihasilkan oleh suatu daerah dengan ciri khas daerah tertentu. Kerajinan nusantara mencerminkan kekayaan budaya negara Indonesia dari sabang sampai dengan Meuroke. Contoh kerajinan nusantara yang sudah terkenal hingga manca negara yaitu Songket (Palembang), Wayang golek (Jawa Barat), Batik Pekalongan (Jawa Tengah), Noken (Papua), dan lain sebagainya. Kerajinan nusantara menjadi bagian terpenting dari kemajuan negara Indonesia khususnya di bidang ekonomi karena dapat menghasilkan produk ekspor yang diakui oleh dunia. Dalam pembuatan produk kerajinan nusantara diperlukan proses yang matang sehingga hasil yang diproduksi nantinya dapat maksimal dan tidak melenceng dari tujuan awal pembuatan serta tidak mengalami hambatan dalam proses pembuatan kerajinan nusantara.

Map Kresna merupakan teknik mind mapping untuk menjelaskan tentang informasi berbagai produk kerajinan daerah di Indonesia. Penggunaan mind mapping oleh guru dalam proses pembelajaran dapat membuat pembelajaran menjadi lebih efektif karena seluruh konsep materi pembelajaran dapat disampaikan secara lebih rinci menggunakan satu gambar, khususnya materi kerajinan nusantara pada pembelajaran PKWU Kerajinan kelas XI fase F.

Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) terdapat 4 strand/bidang yaitu kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan dengan rincian sebagai berikut:

  • Kerajinan dikaitkan dengan nilai pendidikan yang berbentuk prosedur pembuatan. 
  • Rekayasa diartikan sebagai usaha memecahkan masalah kehidupan sehari-hari dengan berpikir rasional dan kritis menemukan kerangka kerja yang efektif dan efisien.
  • Budidaya berpangkal pada cultivation (kerja yang berusaha menambah dan mewujudkan benda menjadi berkembang biak.
  • Pengolahan artinya membuat dan menciptakan bahan dasar menjadi produk jadi agar lebih dimanfaatkan secara maslahat.

PKWU Fase F di SMAN 8 Surakarta

Bidang-bidang yang tersedia tersebut memungkinkan guru untuk memilih bidang yang akan diajar sesuai dengan latar belakang pendidikan. Guru-guru yang mengampu mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) saat ini khususnya di SMA Negeri 8 Surakarta kelas XI Fase F berasal dari guru ekonomi. Hal ini menandakan bahwa pendidikan guru sudah sesuai untuk mengajar mata pelajaran PKWU bidang kerajinan untuk kelas XI Fase F. Pada fase ini, murid mampu mengevaluasi, memberi solusi dan kritik serta saran terhadap pengembangan produk kerajinan nusantara agar mempunyai nilai jual.

Pembelajaran PKWU kelas XI fase F di SMA Negeri 8 Surakarta memilih strand kerajinan sehingga sesuai dengan penerapan Map Kresna (Mind Mapping Kerajinan Nusantara). Map Kresna sebagai teknik mind mapping khususnya untuk materi kerajinan dapat memberikan beberapa manfaat yaitu meningkatkan kreativitas dan inovasi, menyederhanakan ide dan gagasan, dan memudahkan untuk mengingat konsep sehingga capaian pembelajaran murid agar mengevaluasi, memberi solusi dan kritik serta saran terhadap pengembangan produk kerajinan nusantara dapat terpenuhi dengan maksimal. 


Referensi:

  • Alma, Buchori. 2011. Kewirausahaan (edisi revisi). Bandung: Alfabeta
  • Buzan, Tony. 2012. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utamahttp://ikhs.wordpress.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...