Kamis, 10 November 2022

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DALAM MEMBANGUN KARAKTER PELAJAR PANCASILA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA

Edisi: Vol. 3 No. 1 September - Desember 2022

Oleh: PURWANI, S. Pd.,  M. Pd.
(Guru PPKn SMKN 2 Surakarta - Jawa Tengah)

Pergantian kurikulum sudah biasa terjadi dalam sistem pendidikan di Indonesia. Setiap kurikulum pendidikan pasti memiliki tujuan yang baik, untuk mencapai cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal utama yang melatarbelakangi pergantian kurikulum ini tentunya perkembangan zaman yang terus mengalami kemajuan. Kemajuan zaman menuntut kita, khususnya dalam pendidikan untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Karena zaman berkembang, maka ilmu pengetahuan pun turut berkembang.

Berbagai macam cabang ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang menghasilkan ilmu-ilmu dan teori-teori baru. Sehingga hal ini yang membuat kurikulum pendidikan kita terus mengalami perubahan. Sekarang ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) mengeluarkan kebijakan baru dalam rangka pemulihan ketertinggalan pembelajaran (learning loss) yaitu Kurikulum Merdeka. Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa inti pokok dari Kurikulum Merdeka adalah Merdeka Belajar. Di mana melalui kurikulum ini siswa dapat mendalami minat dan bakatnya masing-masing.

Perubahan Kurikulum

Pergantian kurikulum ini menarik, baru-baru ini mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menjadi perbincangan hangat, sebab mata pelajaran ini akan digantikan dengan Pendidikan Pancasila. Jika ditinjau kembali, mata pelajaran ini memang sudah beberapa kali mengalami perubahan atau pergantian. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan kewajiban untuk memuat Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum. Secara resmi, mata pelajaran Pendidikan Pancasila akan menggantikan PPKn mulai Juni 2022 atau akan diterapkan mulai tahun ajaran 2022/2023 bersamaan dengan penerapan kurikulum baru, yaitu Kurikulum Merdeka.

Perubahan yang dimaksud adalah cara membangun budaya belajar yang betul-betul berpihak kepada anak, yang betul-betul memberi ruang kepada setiap individu anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya. Karena yang lebih menentukan tumbuh kembang anak adalah kodratnya sebagai manusia yang berpikir. Untuk itu dalam proses pendidikan, konsep merdeka harus diartikan sebagai memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada anak untuk menggunakan pola pikir mereka dengan cara belajar mereka. Sehingga mereka menemukan jati dirinya sejak dini, dan setiap anak pasti memiliki potensi yang berbeda antara anak satu dengan anak yang lainnya. Dengan kemampuan yang berbeda-beda itulah anak-anak akan saling berkolaborasi. Inilah yang dihadirkan dalam Kurikulum Merdeka sehingga secara nasional memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada satuan pendidikan untuk mengelola secara teknis. Pembelajaran berpusat kepada anak itu artinya menghidupkan mesin belajar yang ada di dalam diri setiap anak,

Dukungan berbagai pihak

Banyak dukungan dari berbagai pihak selama menjalankan Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak SMK Negeri 2 Surakarta. Dukungan pertama dari Kemendikbudristek yang memberikan pendampingan ahli untuk para guru dan juga sekolah dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka. Dukungan lainnya yang sangat membantu  adalah platform Merdeka Mengajar. Dari aplikasi tersebut para guru sangat terbantu karena bisa mengunduh dan bisa mengakses bahan ajar, assessment dan sebagainya yang tersedia dalam fitur-fitur di dalamnya. Sehingga para guru dapat belajar dan meng-upgrade ilmu dari platform tersebut.

Dari kepala sekolah juga memberikan dukungan baik secara material maupun moril kepada guru-guru yang dipercaya untuk mengajar di sekolah penggerak ini. Selain itu tidak ketinggalan pula dukungan dari para orangtua siswa di sekolah yang sangat kooperatif dalam mendukung semua kegiatan program sekolah penggerak yang dilaksanakan oleh SMK Negeri 2 Surakarta. Tidak ketinggalan para guru turut mendukung untuk berkolaborasi merancang dan menciptakan strategi pembelajaran agar tetap berinovasi. Pembelajaran yang berpusat pada anak bisa dimaknai bahwa kemampuan dan karakteristik setiap siswa itu berbeda maka capaiannya pun nanti akan berbeda. Pembelajaran yang berpusat pada siswa harus fokus pada kemampuan dan karakteristik siswa, supaya siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara bermakna.

Kurikulum Merdeka yang fleksibel

Kurikulum Merdeka yang sebelumnya dikenal dengan kurikulum Prototype ini ditawarkan Pemerintah sebagai salah satu opsi pemulihan pembelajaran akibat pandemi. Kurikulum Merdeka ini dianggap salah satu opsi yang dibutuhkan karena hasil dari berbagai penelitian menyebutkan, untuk mengatasi krisis pembelajaran diperlukan kurikulum yang sangat fleksibel.

Fleksibelnya kurikulum merdeka yang menjadi keunggulannya adalah berfokus pada materi esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik mengacu pada fase atau capaian pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Sehingga belajar lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan. Selain itu Kurikulum Merdeka juga memberikan kemerdekaan, baik kemerdekaan untuk guru, kepala sekolah, ataupun siswa untuk memilih pembelajaran yang sesuai dengan kondisi satuan pendidikan dan karakteristik siswanya. Kemudian keunggulan yang lainnya adalah Kurikulum Merdeka lebih relevan dan interaktif dimana pembelajaran bisa melalui kegiatan proyek, yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasikan Isu-isu aktual. Seperti isu lingkungan, kesehatan dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan penguatan profil pelajar Pancasila. 

Profil Pelajar Pancasila

Masa depan serta kemajuan bangsa Indonesia, tidak hanya terletak dari kecerdasan yang dimiliki oleh generasi muda, namun juga harus diimbangi dengan karakter yang baik. Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung visi dan misi Presiden untuk mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila sendiri, sering kali disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim dalam episode Merdeka Belajar. Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 (enam) ciri/karakteristik Pelajar Pancasila di bawah ini: 

1. Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia

Pelajar Pancasila diharapkan memiliki spiritualitas yang tinggi, sehingga dapat menerapkan segala nilai-nilai baik sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari. Bukan hanya memiliki keimanan dan akhlak beragama, Pelajar Pancasila juga memiliki akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, serta akhlak bernegara. 

2. Berkebhinekaan Global

Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika wajib menjadi nilai yang dipegang bersama oleh seluruh masyarakat Indonesia termasuk para pelajar. Bukan hanya dengan sesama bangsa Indonesia, melainkan juga ketika berhadapan dengan bangsa atau kultur negara lain. Pelajar Pancasila dituntut untuk dapat mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitas, namun tetap berpikiran terbuka ketika berinteraksi dengan budaya Global

3. Gotong Royong. 

Salah satu nilai penting yang juga dijunjung oleh bangsa Indonesia adalah gotong royong. Pelajar Pancasila akan mampu melakukan kegiatan bersama-sama dengan suka rela, agar kegiatan tersebut terasa lebih lancar, mudah, dan ringan. Gotong royong dapat mendorong kolaborasi, kepedulian, serta rasa ingin berbagi kepada lingkungan sekitar.

4. Mandiri

Kemandirian juga merupakan kunci penting dalam menjalani kehidupan. Meski mampu menjalankan sesuatu dengan gotong royong, tetapi Pelajar Pancasila akan mampu menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab secara mandiri. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran dari diri sendiri terhadap situasi yang dihadapi, serta kemampuan menciptakan regulasi diri sendiri. Kedua hal tersebut dapat membentuk pribadi tangguh dan mandiri. 

5. Bernalar Kritis 

Untuk menghadapi kompetisi global seperti saat ini dan masa mendatang, maka kemampuan bernalar kritis sangat diperlukan. Kemampuan berpikir kritis sendiri diartikan sebagai kemampuan secara objektif memproses informasi baik secara kualitatif dan kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisa informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Dengan begitu, diharapkan pelajar akan mampu mengambil keputusan yang tepat.

6. Kreatif 

Untuk menciptakan berbagai penemuan inovatif di masa depan diperlukan kreativitas yang tinggi. Tidak hanya sekadar menemukan gagasan-gagasan baru, sebuah inovasi diharapkan juga bermakna, bermanfaat, dan membawa dampak bagi masyarakat. Pelajar Pancasila akan dapat mengasah kreativitas dengan menerapkan pemikiran kritis yang kemudian diolah menjadi inovasi baru.

Ke-enam karakteristik diatas harus dimiliki semua siswa SMK Negeri 2 saat ini. Jika masih ada poin yang dirasa belum dimiliki, tak perlu berkecil hati, tetap semangat belajar dan berlatih untuk pengembangan diri  agar semua siswa  SMK Negeri 2 Surakarta bisa menjadi sosok Pelajar Pancasila yang hebat. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...