Edisi: Vol. 3 No. 1 September - Desember 2022
(Guru PPKn SMKN 2 Surakarta - Jawa Tengah)
Implementasi dari kurikulum merupakan bagian dari persiapan yang akan dihadapi dalam tantangan zaman di masa yang akan datang. Masa yang akan datang dunia pekerjaan akan dipenuhi oleh para pelaku pendidikan yang saat ini sedang belajar meraih cita-citanya, mereka adalah para peserta didik (Indar, 1995). Oleh sebab itu, kurikulum merupakan cerminan dari pembentukan pendidikan karakter yang berkontribusi penuh terkait masa depan bangsa. Pola kehidupan terjadi semakin dinamis seperti tidak ada batasannya, hal ini dibuktikan dengan perkembangan dunia teknologi yang semakin berkembang pesat dan memiliki peran penuh dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, bahwa apapun yang menjadi kebijakannya kurikulum harus selaras dengan tujuan yang memiliki pengaruh pada pembangunan bangsa, hal ini dikarenakan pendidikan bukan dijadikan sebagai entitas yang terjadi atas dasar berdiri sendiri, melainkan pendidikan merupakan sebuah pilar utama bagi pembangunan, dan erat kaitannya dengan sektor-sektor lain (Koentjaraningrat, 1985). Diantaranya adalah kesejahteraan ekonomi, dinamika politik dan sosial-budaya yang menjadi stabilitas keamanan untuk negara dan begitu besar pengaruhnya terhadap bagaimana arah perkembangan pendidikan.
Untuk itu, maka diperlukan adanya kebijakan kurikulum yang memiliki sifat adaptif dan fleksibel dalam menghadapi situasi dan kondisi terhadap keadaan yang seharusnya seperti apa perkembangan dan pendekatan untuk dilakukan agara mendapat pola kebijakan. Kurikulum merdeka menerapkan program Merdeka Belajar yang merupakan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, yang fokus pada asas kemerdekaan dalam menerapkan materi yang esensial dan fleksibel sesuai dengan minat, kebutuhan dan karakteristik dari murid.
Implementasi Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka akan mengganti metode belajar yang awalnya dilaksanakan di ruang kelas menjadi pembelajaran di luar kelas. Model pembelajaran abad ke 21 juga menekankan peserta didik untuk membentuk keterampilannya secara mandiri. Guru dapat menggunakan model pembelajaran abad ke 21 dalam penerapan kurikulum merdeka belajar di sekolah. Pendidikan di era ini juga menuntut pengetahuan (knowledge) dan teknologi (technology) dalam perkembangan murid yang akan menjadi sumber daya manusia di masa depan. Maka peserta didik diharapkan memiliki keterampilan 4C yang terdiri dari critical thinking, communication, collaboration, dan creativity untuk dapat beradaptasi dalam keadaan apapun. Konsep merdeka belajar juga merupakan bagian dari Society 5.0 dimana masyarakat memadukan antara perkembangan kemajuan teknologi dengan permasalahan masyarakat. Hal ini terbukti bahwa teknologi sudah menjadi bagian dari kebutuhan sosial hidup individu. Oleh sebab itu, kebijakan merdeka belajar yang diharapkan mampu membuat dunia pendidikan tanpa beban, dalam kaitannya dengan konsep masyarakat 5.0 dengan berbagai permasalahan, untuk menanggulanginya yaitu adanya peran teknologi dalam mempengaruhi penyelesaian masalah kehidupan sosial. Hal ini berdampak pula dalam dunia pendidikan dan pengaruhnya dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Demikian juga dengan guru PPKn harus bisa juga mengaplikasi dan meng-combine model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan, dengan pemanfaatan kamajuan teknologi dalam pembelajaran di kelas.
Penerapan pembelajaran dengan pemanfaatan kamajuan teknologi bisa dilakukan secara daring, namun menuntut kesiapan bagi kedua belah pihak, baik itu dari penyedia layanan pendidikan atau dari murid sendiri. Faktanya tidak semua guru berkesempatan mengikuti pelatihan e-learning yang diselenggarakan sebelumnya karena jumlah peserta yang mengikuti pelatihan terbatas. Oleh karena itu, berbagai inovasi pembelajaran harus dilakukan dengan memastikan kegiatan belajar-mengajar tetap dapat berjalan efektif meskipun dilakukan di rumah. Penerapan metode pembelajaran inovatif menjadikan pembelajaran menyenangkan, penuh makna, membangkitkan kreativitas, dan kritis. Kejelian guru dalam membuat desain dan metode yang mampu memikat murid untuk terus bersemangat belajar menjadi hal yang patut diperhatikan.
Model Pembelajaran yang Kolaboratif, Inovatif dan Eksperimental
Kegiatan belajar mengajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya guru harus menguasai materi pelajaran, adanya media pembelajaran, tersedianya sarana dan prasarana dari sekolah, dan model pembelajaran yang digunakan. Faktor tersebut sangat mempengaruhi suksesnya proses belajar mengajar, demikian juga dalam pembelajaran PPKn. Pemberlakuan kurikulum baru menuntut guru untuk bisa berinovasi dan berkreasi merupakan hal yang sangat diutamakan untuk mendukung seluruh capaian pembelajaran yang ada pada Kurikulum Merdeka. Beberapa model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan tujuan dan Kurikulum Merdeka yang tertulis dalam laman gurubelajar.id adalah pembelajaran berbasis project atau Project Based Learning, Problem Based Learning (PBL), model pembelajran Blanded Learning, dan model pembelajaran Flipped Classroom.
Project Based Learning (PBL)
Project Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada murid untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Murid secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan. Adapun manajemen pembelajaran project based leaning yaitu: tetapkan manajemen waktu, persiapkan teknologi yang dibutuhkan, belajarlah dengan serius, dan jaga komunikasi dengan pengajar dan teman kelas. pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan mengembangkan soft skill dan membangun karakter Profil Pelajar Pancasila pada murid.
Model pembelajaran ini menekankan pada proyek atau kegiatan sebagai inti pembelajaran. Dalam proses belajar murid dapat melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis. Model pembelajaran berbasis proyek memiliki keunggulan sangat penting dan bermanfaat bagi murid, namun model pembelajaran berbasis proyek jarang digunakan oleh guru karena dalam pelaksanaannya memerlukan persiapan yang cukup dan membutuhkan waktu yang lama. Keefektifan penggunaan model pembelajaran berbasis proyek sangat cocok diterapkan dalam kurikulum merdeka karena dalam praktiknya banyak proyek-proyek yang harus dikerjakan oleh murid sesuai dengan capaian pembelajaran yang ada. Jadi secara tiak langsung model pembelajaran berbasis proyek melatih murid untuk mengembangkan Profil Pelajar Pancasila dalam diri mereka. Murid akan memiliki banyak pengalaman belajar (experiantial learning) yang sangat penting untuk melatih kesigapan mereka menaklukkan setiap permasalahan dalam hidup mereka di masa yang akan datang.
Pada prakteknya metode pembelajaran ini mengajar dengan fokus pada pemecahan masalah yang nyata, Siswa melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian murid didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pembelajaran dan mengembangkan ketrampilan berfikir kritis. Pembelajaran berbasis masalah ini sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang murid untuk belajar. Saat dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, murid bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Model pembelajaran ini selain bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para murid belajar berfikir kritis, juga melatih keterampilan memecahkan masalah melalui beberapa tahap metode ilmiah sehingga murid diharapkan benar-benar mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus diharapkan akan memilki keterampilan dalam memecahkan masalah.
Blanded Learning
Model pembelajaran Blanded Learning adalah model pembelajaran gabungan antara pembelajaran konvensional (tatap muka) dan pembelajaran virtual (online). Dalam praktiknya murid menjalani proses belajar seperti biasa seperti jadwal pelajaran di kelas bersama guru dan temen-temannya, kemudian dilanjutkan lagi dengan diskusi online. Bisa juga dilakukan guru memberikan tugas yang pengumpulannya secara online, melalui Email, Blog, Moodle, Edmodo, Google Classroom, Whatsapp, Canvas, Kelas Digital Rumah Belajar dan aplikasi lain yang mendukung pembelajaran online sesuai kebutuhan dan kondisi para murid. Menurut Driscoll, ada ada empat konsep dalam Blended Learning yaitu: (1) penggabungan berbagai teknologi berbasis web untuk mendukung capaian pembelajaran, (2) menggunakan pendekatan humanistik, konstruktivisme dan behavioristik, (3) menggunakan media pembelajaran yang modern, dan (4) menggabungkan teknologi dengan pemberian tugas aktual sesuai kondisi terkini.
Dalam menerapkan metode Blended Learning ada langkah-langkah yang harus dilakukan baik sekolah maupun guru. Hal ini bertujuan supaya pembelajaran tetap berjalan lancar dan dapat mencapai tujuannya. Jangan sampai model pembelajaran blended learning dilakukan asal-asalan sehingga proses pembelajaran menjadi berantakan.
- Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pihak sekolah adalah mengidentifikasi urgensi dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode blended learning dan mendata sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penerapan metode pembelajaran campuran ini.
- Langkah kedua adalah merancang teknis pembelajaran dengan metode blended learning. Termasuk didalamnya adalah menentukan platform apa yang akan digunakan sebagai penunjang pembelajaran asinkron/tidak langsung dan aplikasi apa untuk mendukung pembelajaran face to face secara online.
- Langkah ketiga adalah mensosialisasikan kebijakan yang diambil kepada murid dan orang tua. Hal ini sangat penting karena Blended Learning bagi masyarakat awam merupakan hal yang asing. Sedangkan dalam pelaksanaannya, Blended Learning tidak hanya membutuhkan kesiapan guru dan infrastrukturnya saja, melainkan juga kesiapan murid dan juga orang tuanya. Jika diperlukan, sekolah dapat membuat simulasi terlebih dahulu untuk mengetahui kendala apa yang dialami murid sehingga dapat segera dicarikan solusinya. Pelibatan orang tua pada umumnya diperlukan untuk level-level pembelajaran dasar.
Dengan adanya penggabungan berbagai strategi, metode, dan teknik mengajar dalam blended learning diharapkan dapat membantu murid mencapai target pembelajaran yang telah ditetapkan secara maksimal. Blended learning mempunyai tiga komponen yang terdiri dari online learning, pembelajaran tatap muka, dan belajar mandiri.
Flipped Classroom
Model pembelajaran Flipped Classroom hampir mirip dengan pembelajaran Blanded Learning, hanya saja pembelajaran Flipped Classroom menggabungkan antara pembelajaran di kelas (synchronous) dengan pembelajaran mandiri (asynchronous). Dalam praktiknya ada tiga tahap pembelajaran yaitu:
- Sebelum memulai pembelajaran di kelas (pre-class) di mana murid sudah belajar mandiri sehingga murid dapat mengingat (remebering) dan mengerti (understanding) tentang materi yang akan diajarkan;
- Saat pembelajaran di kelas (in-class) siswa sudah dapat menerapkan apa yang dipelajari ketika belajar mandiri dan menganalisis (analyzing) dengan berbagai kegiatan diskusi kelas dengan arahan dan bimbingan dari guru;
- setelah pembelajaran di kelas selesai (out of class), melakukan evaluasi (evaluating) serta membuat tugas berupa proyek (creating).
Dengan model pembelajaran Flipped Classroom diharapkan mampu membuat murid terbiasa berpikir kritis mampu berkomunikasi dengan baik, kreatif dan inovatif serta mampu bekerjasama dengan baik. Kaitannya dengan kurikulum merdeka model pembelajaran Flipped Classroom sangat cocok diterapkan karena model pembelajaran ini mengutamakan kemandirian murid untuk belajar.
Dalam flipped classroom, pemberian materi/ lecturing diberikan di luar sekolah, dan kegiatan pendalaman materi atau konsep yang telah diberikan sebelumnya dilakukan di sekolah melalui diskusi, pemecahan masalah, pemikiran kritis, dan lain sebaliknya. Setelah itu murid diberikan kesempatan untuk memperdalam lagi pengetahuannya di luar kelas melalui rangkaian asesmen dan evaluasi. Flipped classroom memungkinkan murid untuk mengakses berbagai materi pelajaran dengan lebih fleksibel. Strategi ini juga dapat meningkatkan keterlibatan murid dalam belajar sehingga menjadi lebih aktif. Bagi guru, flipped classroom memberi kesempatan guru untuk mendampingi murid lebih baik lagi dan juga memberikan pembelajaran berdiferensiasi bagi murid dengan kebutuhan dan karakteristik yang berbeda.
Peran teknologi dalam penerapan flipped classroom sangat besar. Guru diharapkan mampu menggunakan teknologi dengan baik, misalnya menggunakan learning management system (LMS), menyelenggarakan kuis online, membuat presentasi materi yang menarik, serta membuat media seperti video dan media digital lainnya.
Kesiapan Guru
Kurikulum Merdeka membuat guru lebih leluasa dalam memberikan materi pembelajaran sesuai dengan fase dari setiap murid. Namun untuk mewujudkan capaian pembelajaran yang ideal diperlukan model pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, guru harus memahami materi esensial yang akan diajarkan dan menyesuaikan dengan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan murid. Jadilah guru pembelajar dan mulai membelajarkan murid dengan perasaan suka cita agar setiap proses belajar mengajar jadi lebih asyik dan menyenangkan. Hal ini akan membuat peserta didik lebih nyaman belajar, mampu menerima materi pembelajaran dengan baik, serta akan mendapatkan hasil belajar yang optimal.
References
- Dewantara, J. A., & Nurgiansah, T. H. (2021). Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa Covid-19 Bagi Mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta. Jurnal Basicedu: Research & Learning in Elementary Education, 5(1), 367–375.
- Firdausi, F. U., & Setiani, P. P. (2018). Pengembangan Modul E-Learning Berbasis WEB Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Mahasiswa IKIP Budi Utomo Malang. Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online), 11(2), 1203–1217.
- Japar, M., Fadhilah, D. N., & Syarifa, S. (2020). Pelatihan Penggunaan Google Classroom Dan Kahoot Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru Pendidikan Kewarganegaraan Di Era Digital. Jurnal Karya Abdi, 4(1), 18–27.
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Surat Edaran Kemdikbud No 4 Tahun 2020 mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Jakarta: Kemendikbud.
- Luh Devi Herliandry 1 , Nurhasanah2 , Maria Enjelina Suban 3 , Heru Kuswanto. 65 Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 Jurnal Teknologi Pendidikan http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jtp Vol. 22, No. 1, April 2020
- Mira Marisa. 2021. Inovasi Kurikulum “Merdeka Belajar” Di Era Society 5.0. Vol. 5, No.1 Dadan Darmawan, Rismawati. 2020.
- Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Perguruan Tinggi Di Masa Pandemi Covid-19. Journal Of Universitas Negeri Gorontalo , 69-73. Houtman. (2020).
- Merdeka Belajar Dalam Masyarakat 5.0. Jurnal Ilmiah Pendidikan , 39-45. Putra, P. H. (2019).
- Nasution, A. H. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis E-Learning Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Bidang Studi PPKn di Kelas XII Akuntansi SMK Swasta Panca Dharma Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2019-2020. Jurnal Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7(3), 649–657.
- Nugraheni, A. R. E., & Dina. (2017). Pengaruh Penerapan Pembelajaran E- Learning Terhadap Kemandirian Dan Minat Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Wawasan Dan Kajian MIPA. Jurnal Edusains, 9(1), 111–116. https://doi.org/10.15408/es.v9i1.5458
- Sumber: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/mendikbud-terbitkan-se-tentang-pelaksanaan-pendidikan-dalam-masa-darurat-covid19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar