Edisi: Vol. 3 No. 1 September - Desember 2022
(Guru Pend. Agama Islam SMPN 2 Banyudono Boyolali - Jawa Tengah)
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting yang harus ditangani oleh suatu bangsa, karena pada hakekatnya pendidikan merupakan proses untuk membangun manusia dalam mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala perubahan dan permasalahan yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Pemerintah saat ini menerapkan Kurikulum tahun 2013 (K-13 atau kurtilas) pada sekolah-sekolah sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yang cenderung berpusat pada guru (teacher-oriented) menjadi berpusat pada peserta didik (student-oriented) dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, untuk mengimplementasikan kurtilas diperlukan strategi atau model pembelajaran yang inovatif dalam upaya meningkatkan pola pikir peserta didik serta potensi peserta didik agar berhasil dalam proses belajar mengajar.
Keaktifan peserta didik dan prestasi belajar yang rendah dalam pembelajaran dapat terjadi karena model dan metode yang digunakan kurang melibatkan aktivitas peserta didik secara langsung. Pembelajaran di kelas masih banyak didominasi oleh guru sehingga kurang mampu membangun persepsi, minat, dan sikap peserta didik yang lebih baik. Proses pembelajaran saat ini menyebabkan anak didik mengalami kebosanan dalam mengikuti pelajaran sebagian besar disebabkan oleh metode pengajaran yang berpusat pada guru. Akibatnya kurangnya minat dan sikap peserta didik tersebut berdampak terhadap prestasi belajar yang secara umum kurang memuaskan.
Faktor -faktor yang menyebabkan rendahnya keaktifan dan prestasi belajar yang diraih peserta didik umumnya dikarenakan oleh 1) Kurangnya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran karena masih didominasi oleh guru, 2) Model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai sehingga peserta didik merasa jenuh dalam proses pembelajaran, 3) Motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran rendah ini bisa dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak yang tidak memperhatikan.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI) di SMP Negeri 2 Banyudono pun juga terlihat masih kurang optimal. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru atau sebagian peserta didik. Daya kreasi sebagian besar peserta didik pun terhambat karena gaya mengajar guru kurang sesuai dengan gaya belajar mereka. Kondisi ini memerlukan suatu tindakan perubahan gaya mengajar guru yang mendudukkan peserta didik sebagai pusat perhatian dan peran guru sebagai fasilitator dalam mengupayakan situasi untuk memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Mengingat materi pelajaran PAI erat kaitannya dengan kejadian di kehidupan nyata sekitar peserta didik, maka model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Model Problem Based Learning ini merangsang peserta didik untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawaban-jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah. Dengan kata lain model ini pada dasarnya melatih kemampuan memecahkan masalah melalui langkah-langkah sistematis (Mudjiman, 2007). Pengertian yang serupa juga diungkap oleh Made Wena (2011) bahwa strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan peserta didik pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain peserta didik belajar melalui permasalahan-permasalahan. Kesimpulan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning yaitu merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik dihadapkan pada suatu masalah-masalah, dan guru mengajak peserta didik untuk berfikir kritis dan sistematis dalam memecahkan masalah tersebut.
Efektivitas adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari penerapan suatu model pembelajaran, dalam hal ini diukur dari hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran PBL dikatakan efektif bila hasil belajar peserta didik meningkat. Demikian sebaliknya apabila hasil belajar peserta didik menurun atau tetap (tidak ada peningkatan) maka model pembelajaran tersebut dinilai tidak efektif. Jadi tingkat keefektifan model pembelajaran diukur dari keberhasilan peserta didik memahami materi. Untuk mencapai keefektifannya, menurut Amir (2010) langkah-langkah model pembelajaran PBL dilakukan sebagai berikut:
- Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai da memotovasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
- Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (misalnya : menetapkan topik)
- Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah.
- Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya,
- Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning di SMP Negeri 2 Banyudono mengalami beberapa kendala, baik yang berasal dari guru mapun peserta didik. Kendala-kendala tersebut antara lain adalah:
- Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai dengan tingkat berfikir peserta didik. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan tingkat kemampuan berfikir pada peserta didik.
- Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional.
- Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yag semula belajar mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang disampaikan guru, menjadi belajar dengan cara mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan memecahkannya sendiri.
- Masih ada sebagian peserta didik yang masih belum fokus dan aktif pada saat diskusi, terbukti mereka masih lebih banyak bercanda dan hanya mengandalkan temannya yang pintar saja.
- Guru belum menciptakan kondisi kegiatan pembelajaran yang kondusif di awal kegiatan.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
- Guru membagi peserta didik pada kelompok yang lebih lebih heterogen dengan memperhatikan kemampuan individu sehingga pemerataan kemampuan kelompok dan harmonisasi kerja kelompok dapat terjaga.
- Guru perlu mengatur waktu yang tepat untuk menggunakan model pembelajaran ini agar efektif.
- Guru harus sering berkeliling ke kelompok pada saat peserta didik berdiskusi untuk menjaga kondisi konsentrasi mereka pada saat bekerja kelompok.
- Guru perlu menanamkan mindset tentang pentingnya super team bukan ajang one man show, sehingga pada saat kolaborasi semua peserta didik bersemangat.
- Sebaiknya guru di awal kegiatan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menumbuhkan minat peserta didik dengan sedikit bercanda, bertanya kabar mereka atau ice breaking.
- Sebaiknya guru memperhatikan tingkat kesiapan belajar peserta didik agar konsentrasi mereka dapat terpusat pada materi yang akan disampaikan.
Kesimpulannya bahwa Model pembelajaran PBL ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah dari kehidupan peserta didik, untuk merangsang dan kemauan berpikir. Diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok ini sangat efektif untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan. Prestasi belajar yang dicapai peserta didik di mata pelajaran PAI pun mengalami kenaikan yang signifikan setelah diterapkannya model PBL ini.
REFERENSI
- Amir, Taufik. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problema Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.
- Mujiman, Haris. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
- Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
trs berkarya pak guru
BalasHapus