Jumat, 27 Mei 2022

PENGUATAN KARAKTER PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6 SEMARANG PADA PEMBELAJARAN TIK MELALUI MEDIA SOSIAL

Oleh : Joko Sulistiyono, S. Kom, M. Pd.
(Guru TIK SMA Negeri 6 Semarang - Jawa Tengah)

Edisi: Vol. 2 No. 3 Mei - Agustus 2022

Menarik untuk mencermati perkembangan media sosial yang memiliki dampak luar biasa dalam menentukan hitam putihnya karakter pendidikan anak bangsa. Sebagian kita beranggapan bahwa media sosial pada era digital ini diyakini menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas karakter siswa. Berbagai kejadian negatif yang menimpa dunia pendidikan kita berawal dari pemakaian tak terbatas terhadap penggunaan media sosial. Keunggulan dan kelebihan dari media sosial yang seharusnya digunakan untuk membangun fondasi keilmuan disekolah, seakan sirna manakala kita melihat anak bangsa justru terseret dalam berbagai problematika yang berawal dari penggunaan media sosial yang tidak terkontrol. Pergaulan bebas, pemakaian obat terlarang, bahasa alay, dan budaya acuh seakan menjadi hal biasa dan lumrah dikalangan pelajar kita. 

Berawal dari problematika diatas, maka pembelajaran TIK di SMA Negeri 6 Semarang mengkolaborasikan semua materi pelajaran TIK dengan media sosial dalam bentuk “Smansix Learning System”, dengan demikian peserta didik akan terkontrol dalam penggunaan media sosialnya. Mengapa, ini dilakukan semaksimal mungkin oleh sekolah ?, karena kita mengetahui bahwa media sosial sangatlah berpengaruh pada pendidikan karakter peserta didik, sebab lebih banyak peserta didik fokus pada media sosial (facebook, instagram, twitter, serta sejenisnya) dibandingkan mata pelajaran yang dipelajarinya di sekolah. Media inilah yang sangat berpengaruh pada pendidikan karakter peserta didik sehingga banyak diantara mereka yang sudah tidak mementingkan lagi mata pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah, dan akibatnya prestasi belajar mereka menurun.

Harus diakui bahwa moral suatu bangsa sebenarnya juga ditentukan oleh pergerakan media sosial di dalamnya. Apabila diibaratkan, media sosial itu adalah sebuah sumber mata air yang jernih dan masyarakat diibaratkan sebagai kelompok yang haus akan air, seketika masyarakat itu meminum air yang jernih maka mereka dapat menghilangkan dahaga mereka dengan tenang. Sebaliknya apabila air keruh yang mereka minum maka hidup mereka sudah tidak sehat lagi.

Pendidikan karakter dan kepribadian adalah salah satu cara untuk mengubah bangsa ini menjadi sebuah kekuatan dalam upaya membangun negeri ini untuk menjadi lebih bermartabat. Kemajuan teknologi informasi internet seharusnya dimanfaatkan sebagai bentuk sistem pendidikan karakter untuk bangsa ini. Bangsa Indonesia dalam satu dekade ini menjadi bangsa yang sangat aktif dalam media sosial. Menduduki peringkat ketiga sebagai negara pengguna media sosial Facebook maupun Twitter. Sebagai negara yang sering menggunakan media sosial, maka kesempatan untuk memperkuat pendidikan karakter dan kepribadian harus segera dibangun melalui perkembangan teknologi informasi.

Lantas, apakah kita langsung memvonis bahwa media sosial harus dilawan dan dilenyapkan untuk menghindari semakin pudarnya nilai karakter siswa. Bukannya justru sebaliknya kita sebagai insan pendidikan untuk masuk kedalam lingkaran media sosial tersebut dalam rangka memperkuat dan menyemai benih-benih pendidikan karakter anak bangsa.

Setidaknya ada 6 (enam) peran dan fungsi dari media sosial saat sekarang ini, yaitu sebagai fungsi informasi, fungsi mendidik, fungsi mempengaruhi, fungsi perkembangan mental, fungsi adaptasi lingkungan, dan fungsi memanipulasi lingungan. Melihat fungsi media sosial yang memiliki peran penting ini, maka sudah sepantasnya kita sebagai insan pendidikan harus mengeksplore media sosial sebagai penguat karakter anak bangsa. Usaha ini tentunya bukan tanpa alasan, karena filosofi untuk merubah suatu keadaan, maka kita harus masuk kedalam lingkungan itu. Hal inilah yang menjadikan guru harus mencoba masuk dalam dunia siswa untuk memperbaiki karakter melalui media sosial yang dalam era sekarang ini menjadi sebuah trend di kalangan pelajar kita. 

Sapaan dan untaian kata positif guru setiap hari di media sosial akan berdampak pada psikologis siswa untuk mengikuti alur pikiran guru yang dituangkan dalam media sosial. Secara tidak langsung, interaksi ini akan menjadikan hubungan guru dan murid menjadi sebuah kekuatan untuk membangun sebuah fondasi karakter yang kuat. Andai semuanya berjalan secara konsisten, maka tidak begitu sulit bagi guru untuk sedikit demi sedikit masuk dalam kehidupan psikologis siswa untuk menyemai benih-benih kebaikan. Begitupun sebaliknya guru dapat memantau dan mengontrol karakter siswa dalam interaksi keseharian lewat media sosial.  

Pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter juga upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, emosional, dan pengembangan etik para siswa. Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia dari peserta didik dengan mempraktikan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya.

Guru harus mampu menjadi attack and defense dalam proses pendidikan, dimana disatu sisi guru dituntut untuk melakukan transfer of knowledge tapi disisi lain guru juga dituntut untuk melakukan filter dan perbaikan karakter siswa akibat terkontaminasi arus globalisasi dan modernisasi. Cara guru untuk masuk dalam lingkungan media sosial siswa merupakan sebuah keharusan untuk memberikan peran lebih besar dalam proteksi sikap siswa dalam beraktifitas lewat dunia maya. Semua informasi terkait dengan proses pembelajaran dikaitkan semua pada media sosial sehingga mau tidak mau siswa harus selalu masuk dalam grup media sosial yang telah disepakati bersama sehingga memudahkan guru untuk melakukan pemantauan terhadap aktifitas siswa.   

Membimbing karakter anak bangsa melalui media sosial merupakan titik awal untuk melahirkan Indonesia berkarakter. Media sosial selayaknya mampu menjadi fasilitator untuk mengembangkan karakter individu dan membangkitkan semangat nasionalisme sehingga muncul pribadi-pribadi yang memiliki integritas tinggi terhadap cita-cita bangsa. Merubah karakter siswa melalui sebuah apa yang disenangi oleh siswa akan terasa lebih mudah, karena siswa akan selalu menggunakan media tersebut dalam menumpahkan seluruh ekspresinya. Ibarat suatu keluarga, media sosial seharusnya mampu menjadi ibu untuk membimbing anak-anaknya melalui jalan yang benar.

Setiap generasi memiliki generasinya sendiri dan setiap zaman memiliki zamannya tersendiri. Kita tidak dapat merubah generasi yang kemarin dengan cara kita karena mereka juga memiliki generasinya sendiri. Sekarang saatnya kita membina anak-anak sesuai dengan cara-cara masa kini, mengingat anak-anak lebih mudah memahami sesuatu dari apa yang ia lihat dan rasakan sendiri. Kita dapat mengantisipasi perubahan karakter bangsa yang negatif melalui peran media sosial untuk jangka panjang kedepan, apabila anak-anak dibekali dengan pendidikan karakter lewat penggunaan media sosial secara positif, maka  akan terlahir generasi yang kuat dan tangguh yang memiliki visi yang kuat kuat dalam membangun pilar-pilar bangsa.

Tantangan globalisasi melalui terpaan media internet berdasarkan intensitas dan aktivitas penggunaan internet memiliki korelasi positif dengan upaya pembinaan karakter siswa, artinya semakin tinggi intensitas penggunaan media internet tanpa disertai bimbingan dan pengarahan baik guru, orang tua maupun tokoh masyarakat dan tokoh agama maka tuntutan terhadap upaya pembinaan karakter siswa juga akan membesar. Dengan kata lain, perkembangan internet yang cukup besar disertai minat yang benar dapat memberikan hasil yang baik atau buruk tergantung dari aktivitas yang dipergunakan sewaktu mengakses internet. 

Tingginya intensitas penggunaan media internet membutuhkan kesadaran untuk mengatur penggunaan media terutama di tengah maraknya terpaan media internet yang semakin murah dan mudah di dapat sehingga menghentikan terpaan media tidaklah mungkin tetapi membatasi dengan selektif memilih media sebagai langkah awal menuju literasi media dan membentengi diri dari terpaan media yang sangat mungkin dilakukan melalui fungsi dan peran  pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan karakter di sekolah yang bertujuan untuk membina potensi peserta didik SMA Negeri 6 Semarang secara utuh dan bulat, layak, manusiawi, dan  berbudaya (civilized) serta membina nilai-nilai moral luhur budaya/kepribadian  bangsa Indonesia sebagai jati diri/kepribadian yang diyakini nalar, serta membudaya/membaku pada diri dan kehidupan generasi penerus.


Daftar Referensi

  • Chusna, Puji, Asmaul, 2017. Pengaruh Media Gadget Pada Perkembangan Karakter Anak. Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan. Volume 17 Nomor 2.
  • Fahlepi, Doni, Roma, 2017. Perilaku Penggunaan Media Sosial Pada Kalangan Remaja, Journal Speed Sentra Penelitian Engineering Dan Edukasi. Volume 09 Nomor 2.
  • Putri, dkk, 2016. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Remaja, Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Volume 03 Nomor 1.
  • Rifqi Agianto, Rifki, dkk.2020. Pengaruh Media Sosial Instagram terhadap Gaya Hidup dan Etika Remaja. Jurnal TI, Volume 07. Nomor 2.
  • Ziveria, Mira, 2017. Pemanfaatan Media Sosial Facebook Sebagai Sarana Efektif Pendukung Kegiatan Perkuliahan di Program Studi Sistem Informasi Institut Teknologi dan Bisnis Kalbe. Jurnal Sains dan Teknologi. Volume 4, Nomor 2.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...