Senin, 23 Mei 2022

IMPLEMENTASI MODEL DIRECT INSTRUCTION PADA PEMBELAJARAN PENJASORKES

Oleh: Elingga Yanuar Tri Prasetyo, S. Pd.
(Guru Penjasorkes SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo - Jawa Tengah)

Edisi: Vol. 2 No. 3 Mei - Agustus 2022

Kegiatan pembelajaran penjasorkes yang selama dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban dirasa kurang memperoleh hasil yang maksimal, terutama untuk olahraga prestasi individu seperti tenis meja, bulu tangkis atau tenis lapangan. Banyak upaya yang dilakukan guru untuk mengatasinya, yaitu dengan menerapkan berbagai strategi pembelejaran. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan di benak mereka sendiri. Belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Dalam proses belajar, anak belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri, secara berkelompok seperti bermain, maka anak menjadi senang, sehingga tumbuhlah minat untuk belajar sesuatu. 

Merujuk penjelasan di atas, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Suasana kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdaskan siswa itu salah satunya dapat tercipta melalui pembelajaran model Direct Instruction. Model pembelajaran langsung atau disebut juga sebagai Direct Instruction merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada bangunan penelitian yang luas dan terutama efektif saat berhadapan dengan siswa bermotif prestasi rendah dan siswa dengan kesulitan belajar. Dalam model pembelajaran ini, diharapkan seorang pengajar tidak hanya akan menjelaskan suatu teori saja, melainkan mengajak siswa langsung menyelami materi yang diajarkan dengan cara praktik atau mencobanya langsung melalui tugas atau kegiatan yang akan dibimbing dan dijelaskan langsung oleh pendidik.

Fathurrahman (2015) menjelaskan model pembelajaran langsung adalah suatu model yang dapat membentuk peserta didik untuk mempelajari serta menguasai keterampilan dasar dan mendapatkan sebuah informasi selangkah demi selangkah. Artinya, model pembelajaran ini membutuhkan tugas belajar yang bertahap serta guru yang memiliki keahlian, keaktifan, dan keterampilan serta kreativitas dalam materi. Pembelajaran langsung tidak hanya menggunakan teknik ceramah saja, tetapi juga bisa menggunakan dalam bentuk demonstrasi, praktik, maupun kerja kelompok. Senada dengan pengertian tersebut, Mashudi (2013) menjelaskan model pembelajaran Direct Instruction merupakan model pembelajaran yang dirancang secara khusus guna menunjang pembelajaran siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah.

Model pembelajaran ini bisa digunakan di bidang studi apa pun, namun yang paling sesuai adalah untuk mengajarkan mata pelajaran yang berarah pada penampilan atau kinerja praktis (praktik) seperti menulis, membaca dan lain-lain. Intinya, apabila informasi yang akan disampaikan terstruktur dengan baik, maka pembelajaran juga dapat diajarkan secara terstruktur yang artinya dapat dilakukan melalui pembelajaran langsung. Pengajaran langsung (Direct Instruction) adalah satu model yang menggunakan peragaan dan penjelasan guru digabungkan dengan latihan dan umpan balik siswa untuk membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan nyata yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih jauh (Eggen & Kauchak, 2012).

Menurut Trianto dalam Fathurrahman (2015) gambaran umum atau ciri dari model pembelajaran langsung dapat dipaparkan sebagai berikut.

  • Adanya pengaruh model pada peserta didik yang termasuk dalam penilaian belajar serta memiliki tujuan pembelajaran.
  • Terdapat tujuan pembelajaran serta pengaruh model pada siswa dan penilaian belajar.
  • Sintaksnya berdasarkan poin-poin atau pola keseluruhan serta alur kegiatan pembelajaran.
  • Sistem pengelolaan dan lingkungan belajarnya disesuaikan untuk menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran.

Pada model pembelajaran langsung (Direct Instruction) terdapat lima tahapan atau fase yang sangat penting untuk dilakukan agar pembelajaran berjalan penjasorkes berjalan efektif. Menurut Fathurrahman (2015) tahapan atau sintak model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut.  Tahapan pertama adalah siswa menerima penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dan pentingnya materi yang dipelajari untuk mereka. Tahap kedua, siswa memperhatikan demonstrasi guru tentang Teknik dasar yang harus dimiliki. Tahap ketiga, siswa diberi bimbingan langsung pada pelatihan awal. Tahap keempat, siswa menunjukkan hasil latihan kepada guru agar dapat diberi umpan balik yang tepat. Tahap terakhir, siswa diberi kesempatan untuk melakukan pelatihan lanjutan dan penerapannya pada permainan.

Penerapan model Direct Instruction pada kegiatan pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Mojolaban didasari oleh pendapat Fathurrahman (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran langsung memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut.

  • Dapat diterapkan dalam kelas besar maupun yang kecil secara efektif.
  • Ceramah yaitu cara yang bermanfaat untuk menyampaikan sebuah materi maupun informasi kepada peserta didik yang tidak menyukai membaca ataupun yang tidak mempunyai keterampilan menyusun serta menafsirkan informasi.
  • Ceramah juga dapat untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi yang tidak tersedia langsung bagi pesera didik.
  • Model pembelajaran langsung yaitu terutama demonstrasi dapat juga memberi peserta didik sebuah tantangan untuk bisa membedakan teori yang seharusnya terjadi serta observasi (kenyataan yang dilihat).
  • Demonstrasi memungkingkan peserta didik untuk berkosentrasi pada hasil dari guru bukan teknik dalam menghasilkanya. Hal ini penting terhadap peserta didik tidak memiliki keterampilan melakukan tugas tersebut.
  • Cara yang cukup efektif untuk mengajarkan informasi serta pengetahuan yang faktual secara terstruktur.

Penerapan model Direct Instruction ini akan semakin efektif, bila guru siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, terstruktur dalam ceramah dan demonstrasi sehingga kekurangan tersebut dapat diatasi oleh guru dalam pembelajaran. Meskipun ceramah adalah metode pembelajaran yang terhitung usang, namun ceramah merupakan cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Sehingga kita dapat menghindari siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak akan merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.


Referensi

  • Fathurrahman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
  • Mashudi. 2013. Desain Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Konstruktivisme. Tulungagung: STAIN Tulungagung Press.
  • Paul. Eggen, P. & Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: Indeks.


8 komentar:

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...