Dampak Revolusi Industri 4.0 yakni dengan adanya ‘digitalisasi sistem’, menuntut para pendidik dan peserta didik untuk mampu dengan cepat beradaptasi terhadap perubahan yang ada. Terlebih disinergikan dengan mencekamnya dunia akibat Pandemi Covid 19 seolah menuntut urgensi percepatan digitalisasi pendidikan agar dunia pendidikan tidak terpuruk (Asmuni, 2020). Dari segi manfaat, diberlakukannya pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah menjejakkan proses pendidikan di tanah air ke arah digitalisasi. Baik peserta didik maupun pendidik semakin melek akan teknologi dan berlomba-lomba dalam meningkatkan kemampuan Ilmu Teknologi (IT). Namun di sisi lain, hal tersebut juga menimbulkan hambatan. Bagi daerah yang mengalami kendala akses internet dan ketiadaan gawai akibat rendahnya tingkat ekonomi masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah melakukan terobosan baru melalui program sekolah penggerak sebagai upaya pengembangan hasil belajar siswa secara holistik dan mengoptimalkan percepatan digitalisasi pendidikan (Khadijah & Gusman, 2020).
Program Sekolah Penggerak sebagai wujud realisasi merdeka belajar yang mulai dilaksanakan pada tahun pel ajaran 2021/2022 di 111 kabupaten/kota ini didasarkan pada 5 bagian yang saling terkait satu sama lain, yaitu adanya program kemitraan antara Kemendikbud dan pemerintah daerah, penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) sekolah, pembelajaran yang berorientasi pada penguatan kompetensi dan pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan pembelajaran di dalam maupun luar kelas, perencanaan berdasarkan refleksi diri sekolah, dan penggunaan berbagai platform digital dalam manajemen sekolah maupun kegiatan pembelajaran (Harian Kompas, 2021). Dengan menerapkan Program Sekolah Penggerak, diharapkan dapat meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) sekolah, menjadikan kegiatan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, mempercapat peningkatan mutu pendidikan, adanya percepatan digitalisasi sekolah, serta adanya pendampingan yang intensif untuk sekolah (Kemdikbud, 2020).
Sekolah penggerak memiliki kurikulum khusus dalam mewujudkan Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P3K). salah satunya yaitu merealisasikan pendidikan kesetaraan yang berkualitas dan bermartabat melalui kurikulum berbasis projek penguatan Profil Pelajar Pancasila (P3K). Terdapat 7 tema proyek yang diusung diantaranya :
- Perubahan Iklim Global
- Kearifan Lokal
- Bhineka Tunggal Ika
- Bangunlah Jiwa dan Raganya
- Suara Demokrasi
- Berekayasa dan Berteknologi
- Kewirausahaan
Pendekatan yang relevan dalam pelaksanaan pembelajaran masa pandemi sesuai dengan program sekolah penggerak adalah pembelajaran bermakna melalui model Project Based Learning (PjBL). Project Based Learning (PjBl) merupakan salah satu model pembelajaran konstruktif yang berpotensi memberdayakan kemampuan kognisi tingkat tinggi. Dalam artikelnya, Kokotsaki (2016) yang berpendapat bahwa Project Based Learning adalah pendekatan kolaboratif untuk belajar dan mengajar yang menempatkan peserta didik dalam situasi di mana mereka menggunakan bahasa otentik untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai bagian dari proses, siswa merencanakan proyek, bekerja dalam tugas yang kompleks, dan menilai kinerja dan kemajuan mereka. Sebuah proyek dirancang di sekitar isu-isu, pertanyaan atau kebutuhan yang diidentifikasi oleh peserta didik.
Model pembelajaran Project Based Learning (PjBl) mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
- Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar siswa mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
- Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada, maka disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
- Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
- Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Siswa mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
- Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
- Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.
Manfaat Model pembelajaran Project Based Learning (PjBl) menurut Wilujeng (2017: 213) sebagai berikut:
- Memperoleh Pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran
- Meningkatkan kemampuan penalaran dan analisis peserta didik dalam pemecahan masalah
- Proyek yang dibuat secara otentik dalam menghasilkan produk nyata
- Mengembangkan dan meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola sumber/bahan/alat utnuk menyelesaikan tugas.
- Mengebangkan kemampuan kemandirian dan gotong royong untuk saling berkolaborasi
Model pembelajaran berbasis Project Based Learning (PjBL), proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. Project Based Learning (PjBL) merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran berbasis proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang juga dikembangkan di Sekolah Penggerak menuju tren merdeka belajar.
Sekolah Penggerak sebagai program yang menjadikan institusi sekolah untuk berfungsi sebagai penggerak moda masyarakat dan menjadi agen perubahan. Institusi yang terpilih melaksanakan kurikulum sekolah penggerak menyiapkan lulusan untuk memiliki 6 dimensi kunci profil pelajar Pancasila (P3k), diantaranya :
- Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
- Berkebhinekaan global
- Bergotong royong
- Mandiri
- Bernalar Kritis
- Kreatif
Eliana dan Wilujeng (2016) mengemukakan bahwa Project based Learning (PjBL) menjadi salah satu metode melatih jiwa gotong royong, kemandirian, bernalar kritis, kreatif dan berkolaborasi para pelajar Pancasila. Project based Learning (PjBL) menjadi sarana mengembangkan kemampuan berfikir kreatif sehingga peserta didik mampu merancang dan membuat sebuah proyek yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan secara sistematis. Sehingga model Project based Learning ini membudayakan berpikir tingkat tinggi yaitu Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam mengimplementasikan pembelajaran saintifik, yaitu mengamati, mengasosiasi, mencoba, mendiskusikan, dan mengkomunikasikan serta pembelajaran abad 21 (4C: critical thinking, collaboration, creative, commucation). Harapannya melalui proses pembelajaran Project Based Learning (PjBL), Peserta didik tidak hanya membaca materi dan materi uji saja melainkan juga dapat menghasilkan karya berkualitas yang relevan dengan tema proyek serta 6 dimensi kunci penguatan Profil Pelajar Pancasila (P3K).
Referensi:
- Asmuni, A. (2020). Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi Pemecahannya. Jurnal Paedagogy, 7(4), 281. https://doi.org/10.33394/jp.v7i4.2941
- Christanto, Dicky. (2021). Mempercepat Diigtalisasi Lewat Program Sekolah Penggerak. Diakses dari https://katadata.co.id/ekarina/infografik/614819e0ec282/mempercepat-digitalisasi-lewat-program-sekolah-penggerak pada Hari Minggu 11 Desember 2021, pukul 02.25 WIB.
- Eliana, EDS., Wilujeng Insih. (2016). The effectiveness of project-based e-learning to improve ict literacy. . Jurnal Pendidikan IPA Indonesia Jilid 5(1) halaman 51-55.Harian Kompas. (2021) https://edukasi.kompas.com/read/2021/08/23/180000371/kemendikbud-ristek--sekolah-penggerak-ciptakan-pembelajaran-mengasyikkan?page=all
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Modul Pelatihan Kurikulum 2013, Jakarta:Kemdikbud.
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Buku Saku Sekolah Penggerak 2020. Diakses dari http://repositori.kemdikbud.go.id/20029/1/Buku%20Merdeka%20Belajar%202020.pdf pada Hari Senin 12 Desember 2021, pukul 08.00 WIB.
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Surat Edaran No . 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebjiakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Disease (Covid 19). Diunduh dari https://pusdiklat.kemdikbud.go.id/surat-edaran-mendikbud-no-4-tahun-2020-tentang-pelaksanaan-kebijakan-pendidikan-dalam-masa-darurat-penyebaran-corona-virus-disease-covid-1-9/ pada hari Minggu 11 Desember 2021, pukul 02.15 WIB.
- Khadijah, & Gusman, M. (2020). Pola kerja sama guru dan orangtua mengelola bermain aud selama masa pandemi covid-19. Jurnal Kumara Cendekia, 8(2), 154–171.
- Kokotsaki, D., Menzies, V., & Wiggins, A. (2016). Project-based learning: A review of the literature. Improving schools, 19(3), 267-277. Diakses dari https://doi/abs/10.1177/1365480216659733 pada Hari Senin 12 Desember 2021, pukul 08.10 WIB
- LPMP Lampung. (2020). Project Based Learning Model Pembelajaran Bermakna di Masa Pandemi. Diakses dari https://lpmplampung.kemdikbud.go.id/detailpost/project-based-learning-model-pembelajaran-bermakna-di-masa-pandemi-covid-19 pada Hari Minggu 11 Desember 2021, pukul 02.30 WIB.
- Mulyana, Aina. (2018). Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). Aktual, Inspiratif, Normatif dan Aspiratif. Diakses dari https://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-berbasis-proyek.html pada Hari Minggu, 11 Desember 2021, pukul 02.00 WIB.
- Wilujeng, Insih. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Project-Based Learning Untuk Membekali Foundational Knowledge Dan Meningkatkan Scientific Literacy. Jurnal Cakrawala Pendidikan Jilid 36(1) halaman 34-43.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar