Sabtu, 18 Desember 2021

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN JARAK JAUH BAGI SISWA DAN GURU DI MASA PANDEMI COVID 19

Oleh: Dra. RIS PRIHAYANTI
(Guru Sosiologi SMA Al- Islam 1 Surakarta - Jawa Tengah)

Edisi: Vol.2 No.1 September - Desember 2021

Pembelajaran dalam jaringan (daring/e-learning) merupakan suatu sistem rancangan pembelajaran yang penerapannya menggunakan jaringan internet dan dilakukan secara tidak langsung antara guru maupun peserta didik, dengan waktu pembelajaran materi pembelajaran yang sama (Asmuni, 2020) dengan mengirimkan teks, audio, gambar, animasi dan video streaming serta aplikasi yang berbasis website belajar yang digunakan melalui jaringan internet (Sri, 2014). Pemerintah juga menyiapkan beberapa fasilitas untuk menunjang pembelajaran jarak jauh seperti: siaran pembelajaran melalui TV dan radio serta penyediaan kuota gratis/murah (Hamid, 2020). Sedangkan pembelajaran luar jaringan (luring) adalah suatu sistem pembelajaran yang didalamnya ada beberapa metode seperti kunjungan rumah (home visit) dan shift (bergantian) dengan menggunakan media, materi, lembar kerja anak (LKS), alat peraga, media, modul belajar mandiri, dan bahan ajar cetak yang berada disekitar lokasi lingkungan rumah yang telah dipersiapkan oleh pendidik (Suhendro, 2020).

Adanya pembelajaran yang berbeda dengan biasanya yaitu pembelajaran daring dan luring menuntut semua pihak mulai dari guru, orang tua serta siswa saling bekerja sama (Khadijah & Gusman, 2020). Kerja sama yang dilakukan seperti guru sebagai perencana kegiatan dan penilai hasil pembelajaran sedangkan orang tua sebagai pembimbing anak saat di rumah dalam memantau proses pembelajaran (Hewi & Asnawati, 2020). Guru juga harus bekerja lebih kreatif dan ekstra dalam mempersiapkan perencanaan pembelajaran (bahan, materi, metode serta RPPH) pelaksanaan, serta evaluasi yang digunakan saat proses pembelajaran daring yang berbeda dari sebelum terdampak Covid-19, sehingga dapat menarik minat maupun semangat belajar peserta didik (Fahrina et al., 2020). Guru juga harus memperhatikan beberapa hal yang dianggap penting seperti kondisi lingkungan keluarga (Jalal, 2020).

Pada prinsipnya pembelajaran merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya interaksi antar berbagai elemen sistem Pendidikan (Trianto, 2009, hal. 19) meliputi siswa, pendidik, sumber/bahan ajar dengan lingkungan belajar yang mendukung proses tersebut untuk mencapai tujuan dari pembelajaran (Mudjono. Dimyati., 2009). Keberhasilan proses pembelajaran akan terwujud apabila terdapat pengelolaan yang baik semua elemen tersebut melalui sistem manajemen pembelajaran yang standart yang telah ditemukan. Oleh karena itu, di masa pandemi Covid-19 pembelajaran daring dan luring juga harus dapat menjamin manajemen pembelajaran sesuai prinsip tersebut agar tercapai keberhasilan belajar peserta didik (Yuliani, 2020, hal. 33). Prinsip pembelajaran perlu diperhatikan sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional Pendidikaan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran daring dijumpai beberapa kelebihan (Anugrahana, 2020) yaitu (1) praktis dan fleksibel karena dapat memberikan tugas setiap saat dan melaporkan tugas setiap saat, (2) saat mengirimkan tugas dapat dilakukan kapan pun dan dimana pun, (3) penyampaian informasi lebih cepat dan bisa terjangkau banyak peserta didik; serta (4) dalam pengambilan nilai pengetahuan dapat dilakukan melalui aplikasi internet seperti google form, dan jika menggunakan aplikasi google form, siswa langsung dapat melihat nilai tugas yang telah dikerjakan peserta didik. Namun dibalik kelebihan yang telah dipaparkan ada beberapa problematika dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Adapaun kekurangan dari pembelajaran daring meliputi 1) sarana dan prasarana, 2) Kurangnya peran orang tua dalam mengawasi anak selama mengikuti pembelajaran jarak jauh, 3) Ketidaksiapan guru yang ditinjau dari segi media pembelajaran dan komunikasi sehingga membuat pemahaman materi siswa menjadi berkurang, 4) Siswa menjadi pasif dan menunjukkan kurangnya minat dalam belajar, 5) Guru kesulitan dalam melakukan penilaian.

Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran daring adalah teknologi yang berbasis internet. Problematika sarana dan prasarana pembelajaran daring adalah kaitannya dengan ketersediaan laptop dan smartphone. Hasil pengamatan selama dilakukannya pembelajaran jarak jauh, ditemukan bahwa latar belakang ekonomi orang tua siswa mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Bagi orang tua siswa yang berasal dari kalangan menengah ke bawah merasa kesulitan untuk memfasilitasi anak untuk pembelajaran jarak jauh, terlebih jika orang tua siswa tersebut memiliki 3 anak yang sama-sama menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh dan hanya memiliki 1 smartphone. Tentunya hal tersebut, sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran jarak jauh yang berlangsung. Hasil penelitian Omidinia (2011) bahwa problematika dan tantangan dalam penggunaan teknologi yaitu ekonomi (kesulitan dalam memenuhi kehidupan sehari-hari ditambah lagi harus menyediakan sarana dan prasarana dalam pemebelajaran daring) dan masalah budaya (penggunaaan teknologi).

Selain itu, letak geografis negara Indonesia beragam yang menyebabkan tidak semua wilayah memiliki akses cepat dalam layanan jaringan internet, sehingga guru dan orang tua sangat kesulitan saat proses pembelajaran. Kunci utama bahwa untuk melakukan pembelajaran daring harus disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat.

Kurangnya peran orang tua dalam mengawasi anak selama mengikuti pembelajaran jarak jauh menjadi permasalahan yang sering terjadi. Tidak semua orangtua dapat membimbing atau memantau anaknya. Orang tua tetap harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekomoni mereka. Maka dari itu orang tua merasa kesulitan harus membagi waktu antara pekerjaan rumah dan saat membimbing anak saat pembelajaran online.

Ketidaksiapan guru yang ditinjau dari segi media pembelajaran dan komunikasi. Ada beberapa faktor yang membuat guru tidak siap dalam menjalani pembelajaran daring diantaranya media pembelajaran dan masalah komunikasi. Media pembelajaran sangat penting dalam pembelejaran jarak jauh supaya siswa dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan guru. Guru harus menyiapkan media seperti penunggunaan aplikasi zoom, google meet, whatsapp, dan youtube dan juga harus menyiapkan media pembelajaran audio visual lainnya yang dapat dilihat saat anak berada di rumah. Namun, guru memilki problematika yaitu kurang memahami cara penggunaan aplikasi dan pembuatan media pembelajaran audio visual yang diunggah ke aplikasi yang telah ditentukan, hal ini dikarenakan faktor usia guru yang sudah berumur sehingga kurang mengenal teknologi (Herliandry et al., 2020) serta kurangnya keterampilan dan pengetahuan guru tentang media pembelajaran berbasis teknologi. 

Masalah komunikasi juga menjadi problematika antara guru dan siswa, penjelasan guru terkadang kurang detail dan jelas yang membuat pemahaman setiap siswa berbeda.  Pemahaman siswa dalam menyerap materi yang diajarkan guru menjadi berkurang karena adanya faktor komunikasi tersebut. Siswa tidak bisa secara langsung bertanya kepada guru terhadap materi yang belum dikuasai. Begitu pun sebaliknya, guru tidak bisa secara langsung mengecek pemahaman siswa.

Selain itu, siswa menjadi pasif dan menunjukkan kurangnya minat dalam belajar. Hal ini dikarenakan interaksi guru dan siswa berkurang karena pembelajaran jarak jauh. Guru tidak dapat mengawasi proses pembelajaran dan perkembangan siswa dalam menyerap materi yang diajarkan. Karena kurangnya pengawasan tersebut membuat siswa menjadi pasif dalam pelaksanaan pembelajaran dan menunjukkan kurangnya minat dalam belajar. 

Problematika yang terakhir adalah guru kesulitan dalam melakukan penilaian terhadap hasil belajar. Guru memiliki masalah dalam memberi penilaian terhadap tugas yang diberikan kepada siswa, apakah siswa yang mengerjakan sepenuhnya atau mencari jawaban dari internet? Dan juga apakah siswa sudah memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Hal tersebut yang menjadi problematika bagi guru, karena guru harus memperhatikann prinsip-prinsip dalam penilaian yaitu (1) Komprehensif (menyeluruh), (2) Berkesinambungan, (3) Objektif, (4) Penilaian atas dasar alat ukur yang valid dan reliabel, serta (5) Bermakna (Depdiknas, 2002; Sugihartono. Dkk, 2007). Oleh karena itu, guru berinisatif untuk memberi penilaian berdasarkan dari sikap dan keaktifan peserta didik Ketika pembelajaran.

Berdasarakan paparan di atas, pembelajaran jarak jauh memiliki problematika yang harus segera diatasi. Oleh karena itu, terdapat beberapa solusi yang dapat mengurangi problematika pembelajaran jarak jauh diantaranya; 1) Guru, orang tua dan siswa saling bekerja sama dan saling terbuka dalam membangun komunikasi agar pelaksanaan pembelajaran jarak jauh atau daring dapat berjalan dengan baik. Jika ditemukan permasalahan guru bersama orang tua dan siswa mendiskusikan permasalahan tersebut sehingga dapat menemukan pemecahan masalah, 2) Guru dituntut harus kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran agar siswa menjadi lebih aktif dan dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Guru mau tidak mau harus belajar menggunakan media pembelajaran yang berbasis internet. Sekolah sebaiknya memberikan pelayanan dan sosialisasi tentang penggunaan media pembalajaran terkini baik aplikasi yang menggunakan layanan internet maupun yang lainnya kepada guru yang sudah berumur sehingga tidak ada lagi faktor usia yang dapat menghambat jalannya pembelajaran, 3) Kaitanya dengan sarana dan prasarana bagi siswa kalangan menengah ke bawah, sekolah hendaknya memfasilitasi siswa-siswa tersebut untuk belajar di sekolah dengan catatan tetap mematuhi protokol kesehatan. Beberapa solusi pada paparan di atas diharapkan dapat membantu guru, orang tua dan siswa dalam mengatasi problematika pembelajaran jarak jauh. 


Referensi

  • Anugrahana, A. (2020). Hambatan, Solusi dan Harapan: Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 10(3), 282–289. https://doi.org/10.24246/j.js.2020.v10.i3.p282-289
  • Asmuni, A. (2020). Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi Pemecahannya. Jurnal Paedagogy, 7(4), 281. https://doi.org/10.33394/jp.v7i4.2941
  • Depdiknas. (2002). Acuan Menu Pembelajaran Pada Anak Usia Dini: Menu Pembelajaran Generic. Direktorat PAUD Dan Dierjen PLS Dan Pemda.
  • Fahrina, A., Amelia, K., & Zahara, C. rita. (2020). Minda Guru Indonesia: Peran Guru Dan Keberlangsungan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. syiah Kuala University Press.
  • Hamid, M. (2020). Menyiapkan Pembelajaran Di Masa Pandemic: Tantangan Dan Peluang. Kementian Pendidikan Dan Kebudayaan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. JTP - Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1), 65–70. https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15286
  • Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. JTP - Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1), 65–70. https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15286
  • Hewi, L., & Asnawati, L. (2020). Strategi Pendidik Anak Usia Dini Era Covid-19 dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 158. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.530
  • Jalal, M. (2020). Kesiapan Guru Menghadapi Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Covid-19. SMART KIDS: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 2(1), 35–40.
  • Khadijah, & Gusman, M. (2020). Pola kerja sama guru dan orangtua mengelola bermain aud selama masa pandemi covid-19. Jurnal Kumara Cendekia, 8(2), 154–171.
  • Mudjono. Dimyati. (2009). Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta.
  • Omidinia. (2011). Review of E-Learning and ICT Infrastructure in Developing Countries (Case Study of Iran). American Journal of Economics and Business Administration, 3(1), 120–125. https://doi.org/10.3844/ajebasp.2011.120.125
  • Sri, K. U. (2014). E-Learning : Technological Development in Teaching for school kids. International Journal of Computer Science and Information Technologies, 5(5), 6124–6126.
  • Sugihartono. Dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. UNY Press.
  • Suhendro, E. (2020). Strategi Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Golden Age, 5(3), 133–140.
  • Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana.
  • Wilder-Smith, A., & Freedman, D. O. (2020). Isolation, quarantine, social distancing and community containment: Pivotal role for old-style public health measures in the novel coronavirus (2019-nCoV) outbreak. Journal of Travel Medicine, 27(2), 1–4. https://doi.org/10.1093/jtm/taaa020
  • Yuliani, M. J. S. S. S. S. E. M. R. I. S. H. D. E. I. D. P. Y. A. M. & I. Y. (2020). Pembelajaran Daring untuk Pendidikan: Teori dan Penerapan - Google Buku. Yayasan Kita Menulis. https://books.google.co.id/books?id=iuz4DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq= Pembelajaran+Daring+untuk+Pendidikan+:+Teori+dan+Penerapan.&hl=id&sa=X& ved=2ahUKEwiCtZeqgrbsAhWx6XMBHViXCzQQ6AEwAHoECAEQAg#v=onepa ge&q=Pembelajaran Daring untuk Pendidikan %3A Teori


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...