Jumat, 15 Oktober 2021

Pencarian Jati Diri dan Prestasi Dimasa Remaja Jenjang SMA

Oleh Endah Noviasari, S. Pd.
(Guru  di SMAN Boyolali 1 - Jawa Tengah)

Edisi: Vol.2 No.1 September - Desember 2021

Masa kelas X SMA, merupakan  masa-masa transisi bagi siswa. Mereka banyak mengalami perubahan dalam hidupnya, mulai perubahan yang ada dalam tubuhnya secara fisik hingga harus menghadapi emosi jiwa yang membingungkan. Selama masa remaja pada umumnya siswa menghabiskan banyak waktu untuk menemukan siapa identitasnya. Mereka banyak melakukan dan mencoba hal-hal yang baru, menemukan komunitas, lingkungan dan tempat yang cocok untuk mereka.

Terkadang, siswa pada masa SMA sering mengalami pertentangan antara dengan guru disekolah. Hal ini membuat guru menjadi sedikit bingung dengan tingkah siswanya karena bisa cepat berubah-ubah. Keduanya merasa benar. Guru merasa benar karena merasa sudah berpengalaman dalam hidupnya. Demikian halnya dengan siswa, mereka juga merasa benar dengan landasan teori-teori yang dia pelajari. Namun demikian, sebagai orang tua  kedua disekolah, tentunya guru juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pencarian jati diri  siswa.

Sebagai siswa  pada usia remaja adalah suatu masa dimana sedang mengalami proses pencarian jati diri. Sebagai guru tentunya harus memahami kondisi yang terjadi pada remaja yang sedang dalam proses pencarian jati diri. Guru harus bisa berperan sebagai partner yang mengerti dan paham dunia remaja sehingga guru bisa mengendalikan siswanya  jika sekiranya perilaku siswa sudah menyimpang.

Guru  harus mengenali tanda-tanda dan cara siswa dalam mencari jati dirinya, diantaranya adalah :
  1. Siswa menjadi pemberontak. Perilaku memberontak merupakan salah satu cara siswa untuk menunjukkan pemisahan dari orangtuanya. Siswa ingin menegaskan siapa dirinya dan ingin menunjukkan dia bisa mengambil keputusan sendiri. Sehingga banyak diantara mereka yang berusaha melanggar aturan sekolah hanya untuk menunjukkan siapa jati dirinya.
  2. Menggunakan simbol status. Siswa berusaha membangun identitasnya melalui simbol status. Mereka akan mengenakan pakaian atau identitas lain yang menunjukkan siapa jati dirinya. Terkadang meraka akan mengenakan atribut-atribut tertentu disekolah untuk menunjukkan jati dirinya.
  3. Memiliki idola panutan. Adalah hal yang lumrah siswa usia remaja mencari idola yang menjadi panutan mereka. Para siswa sedang berada pada usia dimana mereka mencoba untuk menemukan siapa mereka. Mereka bereksperimen dengan peran yang berbeda dengan mengikuti idola yang mereka kagumi. Mereka akan mengidolakan sosok terkenal lalu mencoba untuk menjadi seperti individu tersebut.
  4. Bergabung dalam suatu kelompok. Siswa seringkali membentuk atau bergabung dengan kelompok. Tak heran jika dimasa-masa ini mereka memiliki geng atau kelompok sendiri. Siswa cenderung sangat tidak toleran terhadap teman-teman yang mereka anggap berbeda dan tidak sepaham dengan mereka.
  5. Mengubah penampilan. Sebagian siswa cenderung mengubah penampilan untuk menemukan jati dirinya. Mereka mungkin mengubah cara mereka berpakaian dan mulai bertindak secara berbeda. Setiap  kali siswa berpakaian berbeda, mereka merasa seperti menjadi orang yang berbeda. Jika mereka masih dilingkungan sekolah mungkin belum terlalu kelihatan mencolok perubahan penampilan mereka, tetapi jika sudah diluar jam sekolah, baru kelihatan perbedaan penampilan mereka.
  6. Memiliki hobi dan aktivitas. Siswa akan bergabung dengan kelompok yang menurut mereka cocok  dan berpikiran sama. Beberapa mungkin terlibat dalam kegiatan yang tidak terlalu mereka minati. Mereka melakukan ini sebagai cara untuk menjadi seperti orang yang mereka kagumi.
Sebagai guru yang mempunyai siswa diusia  remaja, guru harus memahami betul bagaimana mendampingi siswanya  agar didalam proses menemukan jati dirinya para siswa mereka tidak terjerumus ke hal-hal yang merugikan. Pada situasi ini diharapkan guru bisa berperan sebagai partner siswa, peran guru diantaranya adalah:
  1. Menjadi sumber informasi utama di sekolah. Guru harus menyiapkan diri dengan berbagai informasi mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan pencarian jati diri siswa.Sehingga jika ada siswa yang mempunyai masalah dalam upaya pencarian jati dirinya, guru bisa memberikan solusi.
  2. Menanamkan  pendidikan agama dan moral disela-sela pembelajaran. Pendidikan agama dan moral merupakan landasan yang penting agar siswa tidak terjerumus ke hal-hal yang kurang baik didalam mencari proses jati dirinya. Sehingga disela-sela guru memberikan materi dikelas, guru bisa menanamkan pendidikan karater sesuai agama dan moral.
  3. Menjalin komunikasi yang baik dengan siswa. Komunikasi yang baik antara siswa  dengan guru sangatlah penting, terutama bagi guru yang mempunyai murid usia remaja. Jalin komunikasi supaya siswa terbiasa jujur dan terbuka dengan gurunya. Dalam hal ini guru  bisa berperan sebagai teman agar siswa yang sedang bermasalah  tidak sungkan untuk bercerita  kepada gurunya. Komunikasi harus dilakukan dua arah, bukan sebagai guru yang memberikan nasehat ke siswanya saja, tetapi guru harus memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga guru bisa mengetahui kemauan siswa dan memberikan jalan keluar terbaik.
  4. Mengajarkan siswa untuk menghormati guru disekolah. Sedekat apapun hubungan antara guru  dengan siswa, guru harus tetap dihormati oleh siswa-siswanya..

Dari ulasan diatas, peran guru  sangatlah penting didalam proses siswa usia remaja mencari jati dirinya. Diharapkan guru bisa menjadi partner dan bertindak sebagai pengendali proses pencarian jati diri siswa disekolah. Siswa yang sudah berhasil menemukan jati dirinya maka akan merasa nyaman dengan apa yang dia lakukan. Dengan kenyaman tersebut maka siswa bisa dengan mudah menuai prestasi sesuai dengan bakat dan keinginannya sehingga Siswa akan terus maju tanpa bimbang dan ragu. Sebaliknya, siswa yang belum berhasil menemukan jati dirinya maka akan terus mencari dan bereksperimen sampai dia menemukan hal yang membuatnya nyaman dan sesuai dengan bakat dan keinginannya.

Mari tetap semangat para guru diseluruh Indonesia, kita cetak generasi emas bangsa kita  dengan tangan-tangan kita dengan penuh cinta. Semoga Allah memudahkan kita para guru untuk mendidik  siswa-siswa kita menuju Indonesia Jaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...