(Guru Sosiologi SMAN 8 Surakarta - Jawa Tengah)
Edisi: Vol.2 No.1 September - Desember 2021
Pada era globalisasi sekarang ini setiap individu dituntut mempunyai prestasi tersendiri yang merupakan senjata untuk terus maju di tengah kompetisi yang tak terhindarkan lagi. Bagi peserta didik persaingan-persaingan tersebut terkadang menjadi beban bila tidak diimbangi dengan pemahaman yang benar dan dukungan moral yang baik serta fasilitas yang memadai.
Di sekolah peserta didik mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan juga dibekali dengan penanaman karakter. Guru sebagai salah satu agen sosialisasi di sekolah mempunyai tugas mengajar dan mendidik peserta didik. Dalam hal ini guru adalah tangan panjang dari orang tua/wali murid yang hanya mempunyai waktu terbatas pada jam kerja saja. Sedangkan orangtua adalah agen utama dalam mendidik anak dan agen sosialisasi pertama dalam menanamkan nilai-nilai sosial. Untuk itu demi suksesnya visi dan misi pendidikan generasi bangsa yang ada di tangan anak-anak kita, marilah kita sebagai orangtua menjalankan peranan kita semaksimal mungkin guna mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Banyak kekurangan dan kelemahan anak yang kita temui dalam proses pembelajaran. Kelemahan anak tersebut terkadang membuat mereka enggan berkompetisi. Sebagai guru yang baik janganlah kita menghakimi dengan kata-kata yang kurang pantas yang justru membuat anak menjadi tidak percaya diri. Sebaiknya sebagai guru yang bijak, kita bisa lebih memilih kata-kata yang memotivasi untuk membesarkan hati mereka. Semua anak mempunyai potensi yang berbeda, sehingga kita mempunyai tugas untuk menjadikan mereka menjadi lebih baik. Karena pada intinya proses pembelajaran adalah menuju perubahan yang lebih baik.
Dalam mewujudkan hal ini, marilah kita sebagai guru maupun orangtua dapat menjalankan fungsi dan peran kita dengan baik, dengan meminta petunjuk kepada Tuhan YME untuk memajukan kehidupan bangsa dan menyelamatkan generasi muda dari ancaman negatif globalisasi terutama di masa pandemi sekarang ini, anak – anak belajar dari rumah dimana teknologi smart phone dan internet tidak bisa lepas dari kegiatan pendidikan yang dilaksanakan jarak jauh yang tidak bisa terjangkau langsung oleh pengawasan guru. Disinilah peranan orangtua sangatlah penting untuk mengontrol putra putrinya dalam mengerjakan tugas – tugas tepat waktu sesuai harapan dan tujuan pembelajaran. Inilah tantangan besar bagi orangtua yang dalam kajian sosiologi tugas orangtua diantaranya adalah menjalankan fungsi edukasi yaitu memberikan pendidikan baik pengetahuan maupun pendidikan karakter yang menjadi pondasi dalam mengenalkan nilai-nilai moral serta etika pertama kali sebelum mereka bergaul dengan lingkungan luar yaitu lingkungan masyarakat dan sekolah. Anak merupakan cerminan dari orangtua, dimana setiap apa yang kita lakukan sebagai orangtua akan ditiru oleh anak. Maka marilah kita bersikap bijak dihadapan anak dan menjadi teladan yang baik. Inilah langkah sederhana yang kita lakukan supaya anak dapat mengambil tindakan yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, semisal berdoa sebelum melakukan sesuatu, mengerjakan pekerjaan dengan disiplin dan bertangtungjawab, menjaga kebersihan dan sikap-sikap sederhana lain yang sudah dibiasakan, sehingga akan terasa ringan pekerjaan tersebut.
Harapan kita bersama bahwa pandemi COVID 19 ini segera berlalu dan kita bisa kembali ke sekolah dengan pembelajaran tatap muka yang menyenangkan dan dengan semangat belajar yang baru kembali menatap masa depan yang penuh tantangan. Kita ambil hikmah dari situasi pandemi ini dengan melihat dari sisi positifnya, yaitu dengan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) menjadikan kita semakin melek teknologi, menghemat kertas, karena materi dan bahan ajar serta evaluasi bisa dilakukan langsung melalui smart phone. Ini secara tidak langsung juga merupakan langkah menyelamatkan bumi kita dengan menghemat penggunaan kertas, di mana produksi 1 rim kertas ukuran A4 (500 lembar) tersebut terbuat dari 1 pohon yang usianya 5 tahun dan menghemat penggunaan air, dimana 1 kertas tersebut membutuhkan 2 gelas air (400 ml) dalam proses pembuatannya.
Selain itu dengan PJJ juga membuat interaksi kita dengan keluarga menjadi lebih intens. Waktu kita bersama keluarga semakin banyak, sehingga kita bisa manfaatkan untuk quality time dan mentransfer nilai norma dan menjalankan fungsi sosialisasi (penanaman nilai dan norma) lebih leluasa. Terlepas dari itu semua tidak dipungkiri bahwa sisi negatif dalam PJJ juga banyak, di antaranya anak memanfaatkan waktu luang mereka untuk main game. Bahkan ada yang sampai kecanduan dan seakan tidak bisa hidup tanpa bermain game. Inilah tantangannya supaya kita sebagai orangtua juga dapat mengontrol mereka dengan bijak, bukan sebaliknya memanjakan mereka. Kita harus memberikan batasan dan aturan yang tegas demi membangun karakter anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar