Oleh: Leni Rohaeningsih, S.Pd.
(Guru SMP Negeri 19 Surakarta - Jawa Tengah
Edisi: Vol.1 No.3 Mei - Agustus 2021
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar peserta didik adalah kurang tepatnya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam menyampaikan materi di kelas. Model pembelajaran yang digunakan selama ini adalah metode ceramah, sehingga para peserta didik hanya diam mendengarkan ceramah dari guru dan mencatat materi yang disampaikan guru. Metode ini memandang peserta didik sebagai kelompok peserta didik didik yang mempunyai kesamaan baik dalam hal kemampuan, minat, kreativitas, kecepatan maupun kesanggupan dalam belajar. Dalam metode ceramah bervariasi guru memegang peranan dominan, pengajaran masih ditekankan pada penghafalan konsep-konsep yang ada sehingga dalam proses pembelajarannya peserta didik menjadi kurang kreatif. Kadang-kadang guru beranggapan bahwa jika para peserta didik duduk diam sambil mendengarkan atau mengangguk-anggukkan kepalanya, berarti mereka telah mengerti apa yang telah diterangkan oleh guru. Hal tersebut berakibat pada kurang maksimalnya perolehan hasil belajar peserta didik yang ditunjukkan dengan rendahnya prestasi belajar peserta didik di kelas pada saat diadakan evaluasi.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah melalui kreativitas yang dimiliki guru dalam memilih model pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan siswa akan menjadi lebih kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran berdasar masalah (Problem Based Instruction) diharapkan dapat mengobati kondisi awal peserta didik yaitu: kurangya peserta didik dalam mengajukan pertanyaan kepada guru, peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran, peserta didik kurang berani dalam menyatakan pendapat, peserta didik tidak mempunyai gagasan/usulan tehadap suatu masalah, peserta didik tidak mempunyai rasa ingin tahu yang mendalam terhadap materi yang diberikan, dan peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik kurang memiliki alternatif dalam menyelesaikan masalah.
Menurut Arends pengajaran berdasar masalah (Problem Based Instruction) merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang otentik dengan mengembangkan inkuiri dan ketrampilan tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berdasar proyek pembelajaran berdasar pengalaman, belajar otentik dan pembelajaran bermakna. Pengajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dengan menghadapkam peserta didik pada permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain peserta didik belajar melalui permasalahan.
Ciri-ciri pengajaran berdasar masalah adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pengorganisasian pertanyaan atau masalah diajukan pada situasi kehidupan yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai solusi.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Masalah yang akan diselidiki dipilih berdasar fakta agar dalam pemecahan masalah peserta didik meninjau masalah dari berbagai mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik
Dalam penyelidikan autentik peserta didik harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesa, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi melakukan ekprimen jika diperlukan, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran ini menuntut peserta didik menghasilkan produk tertentu dalam bentuk nyata yang akan dipaparkan bentuk penyelesaian masalah. Produk dapat berupa hasil peragaan, laporan, dan makalah.
5. Kolaborasi
Peserta didik bekerja sama satu dengan yang lain, dalam kelompok kecil memberikan motivasi secara berkelanjutan terlibat dalam tugas yang bersifat kompleks dan memperbanyak peluang untuk inkuiri.
Pengajaran berdasar masalah dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri. Simpulan dari uraian di atas ciri pokok pembelajaran berbasis masalah adalah proses penyelesaian masalah (sifat otentik) menggunakan langkah-langkah sistematis, berawal dari menganalisis suatu masalah sampai dengan menyimpulkan jawaban.
Pengajaran berdasar masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan peserta didik dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja. Kelima langkah tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap 1, orientasi peserta didik pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan fenomena, atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah.
2. Tahap 2, Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Tahap 3, Membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksprimen, untuk mendapatkan penjelasan, dan pemecahan masalah.
4. Tahap 4, mengembangkan danmenyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagi tugas dengan temanya.
5. Tahap 5, Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti berpendapat bahwa langkah pelaksanaan pengajaran berdasar masalah pada intinya adalah langkah pertama memberikan masalah untuk dijawab oleh kelompok, kemudian masalah dipecahkan dalamkelompok untuk menemukan isu pokok masalah. Alternatif jawaban dirumuskan menjadi hipotesa, sedangkan data dikumpulkan untuk menguji hipotesa, sampai mencapai suatu simpulan. Langkah paling akhir adalah kelompok melakukan refleksi terhadap proses dan hasil kerja bersama.
Keunggulan dari model Problem Based Instruction pada kegiatan pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:
- Menumbuhkan motivasi dari kebermaknaan tujuan, proses, dan keterlibatan peserta didik dalam belajar,
- Melatih peserta didik menemukan masalah yang bermakna secara personal,
- Peserta didik berperan dalam menemukan masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan fakta (apa yang diketahui, apa yang ingin dilakukan) untuk memperoleh makna serta pengetahuan dalam pengaplikasian pemecahan masalah secara kreatif,
- Membantu peserta didik berpikir reflektif,
- Peserta didik berpartisipasi dalam pengembangan serta penggunaan assesment guna evaluasi kemajuan sendiri.
Selain memiliki keunggulan, model Problem Based Instruction pada kegiatan pembelajaran IPA memiliki kelemahan sebagai berikut:
- Persiapan dan pengelolaan pembelajaran harus direncanakan dalam waktu yang cukup yaitu tentang bagaimana menangani peserta didik baik individual ataupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dengan kata lain kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berbeda-beda
- Pengelolaan sejumlah bahan dan peralatan dianggap merepotkan guru misalnya keterbatasan perpustakaan, keterbatasan jumlah ruang belajar yang sesuai untuk diskusi kelompok-kelompok kecil
- Perlunya adanya aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku peserta didik ketika melakukan penyelidikan di luar kelas termasuk penyelidikan di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar