Senin, 07 Juni 2021

GURU BAHASA INGGRIS MENYONGSONG PEMBELAJARAN TATAP MUKA TERBATAS

Oleh: ‌Andreana Vita Suwarsanti, S.Pd, 
(Guru Bahasa Inggris SMAN 8 Surakarta - Jawa Tengah)

Edisi: Vol.1 No.3 Mei - Agustus 2021

Pembelajaran tatap muka menjadi hal yang dirindukan guru setelah selama lebih dari satu tahun melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kerinduan ini dapat terlaksana apabila sekolah dapat menjalankan aturan yang telah disampaikan mas Menteri. Aturan itu adalah aturan pembelajaran tatap muka terbatas yang terdiri atas:
  1. Sistem rotasi dan kapasitas 50 %
  2. Izin orang tua
  3. Protokol kesehatan ketat
  4. Prioritas vaksinasi
Apakah setelah memenuhi aturan tersebut sekolah dipastikan mengantongi izin melaksanakan pembelajaran tatap muka? Belum tentu. Ternyata masih banyak hal yang harus dicermati sekolah sehingga saat melaksanakan pembelajaran tatap muka, nantinya justru tidak menjadi bumerang bagi sekolah. Jangan sampai ditemukan positivity rate setelah sekolah melakukan pembelajaran tatap muka. Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) juga meminta agar  Daftar Tilik Kesiapan Sekolah  yang telah dibuat oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) yang berisi 19 item juga harus diperhatikan sebelum pembelajaran tatap muka dilakukan oleh sekolah. 
Mengutip pendapat komisioner KPAI, Retno,  mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan menurun di masa pandemi. Bagaimana tidak, solusi yang diberikan pemerintah dengan memberikan bantuan kuota tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang muncul saat pandemi. Selain itu, walaupun uji coba telah dilaksanakan di beberapa sekolah, hasilnya hanya 16,7 % sekolah yang siap menggelar pembelajaran tatap muka.(https://nasional.tempo.co/read/1458268/)

Lalu bagaimana mengatasi persoalan pendidikan (kualitas pendidikan) di tengah pandemi yang tidak kita ketahui kapan berakhirnya? Banyak guru yang menggunakan aplikasi untuk bertemu dalam pembelajaran secara daring dengan siswanya, namun banyak juga siswa yang mengalami keterbatasan sehingga tidak dapat mengikutinya. Tentu saja hal ini hanya sebuah contoh masalah yang muncul sebagai akibat pandemi yang berkepanjangan. Inilah yang menjadi salah satu alasan sebagian orang tua menginginkan agar pembelajaran tatap muka segera dilakukan. Hal ini tentu saja dapat dimaklumi karena orang tua juga harus berperan sebagai guru, padahal hal ini bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Butuh kesabaran dan ketelatenan dalam mendampingi anak sehingga anak merasa nyaman saat belajar. 

Dalam mewujudkan kenyamanan belajar, sebaiknya setiap guru dapat mempersiapkan dan menyampaikan pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini tentu saja juga dapat dilakukan pula saat pembelajaran tatap muka terbatas. Pada pembelajaran tatap muka terbatas ketika  pembelajaran bahasa Inggris guru dapat menggunakan lagu (song). Peserta didik yang mengikuti pembelajaran tatap muka maupun daring diharapkan tetap dapat mengikuti pembelajaran dengan lebih mudah dan menyenangkan. Guru dapat meminta peserta didik yang berada di kelas untuk membaca (reading) ataupun menyanyikannya agar peserta didik dapat melatih kemampuannya. Sedangkan peserta didik yang berada di rumah dapat diberi tugas untuk mendengarkan (listening). Harapannya adalah peserta didik dapat meningkatkan kemampuan  berbahasa Inggris dan perbendaharaan kosakatanya (vocabulary). Lirik lagu yang dimainkan dengan suara (bernada) diharapkan dapat merangsang otak sehingga informasi (kosakata) itu nantinya dapat tersimpan di sana. Guru tetap dapat memantau peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta didik saat pembelajaran tatap muka terbatas melalui tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik.

Butuh peran aktif orang tua dan peserta didik sehingga masalah-masalah baru yang timbul pada saat pembelajaran tatap muka terbatas, dapat diselesaikan dengan duduk berdampingan bersama pihak sekolah. Alangkah indah jika pendidikan menjadi tanggung jawab bersama bagi pendidik maupun orang tua. Pendidikan yang memberikan kenyamanan bagi semuanya tentu saja memudahkan kita dalam mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya yaitu mendewasakan manusia. 
Pembelajaran tatap muka terbatas dengan   protokol kesehatan ketat tampaknya akan dilakukan oleh beberapa sekolah yang telah mengantongi izin dari pemerintah. Yang belum mendapatkan izin tentu saja tetap akan melakukan pembelajaran daring. Kita semua berharap dan berdoa agar pandemi segera berakhir sehingga pembelajaran tatap muka dapat kembali dilakukan oleh semua lembaga pendidikan.

12 komentar:

  1. Tulisan yang inspiratif Bu Vita. Semoga pandemi segera berlalu sehingga normal kembali. Go profesional.

    BalasHapus
  2. Semoga selalu mjd guru yg inovatif dan inspiratif ... tetap semangat ...

    BalasHapus
  3. Semoga pandemi segera berakhir sehingga para murid dapat belajar secara tatap muka lagi. Amin..

    BalasHapus
  4. Semangat dan sukses selalu untuk menjadi pendidik yang inspiratif dan inovatif.. tulisan yang sangat komunikatif.. 🙏

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Setuju bu, tulisannya sangat menginspirasi. Semoga pandemi ini segera berakhir. Aamiin.

    BalasHapus
  7. Sangat inspiratif bu vita, semoga penerapan protokol kesehatan bisa terus berjalan optimal di sekolah-sekolah di Indonesia sehingga pembelajaran tatap muka bisa segera terlaksana..amiinn

    BalasHapus
  8. Mantap bu Vita! Semoga pendidikan Indonesia segera pulih

    BalasHapus
  9. Semoga pandemi segera berakhir dan kegiatan pembelajaran dapat berjalan normal seperti sedia kala. Panjang umur semangat pendidik!

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Mantap bu vita,sangat inspiratif. . . . Semoga pandemi segera berakhir sehingga peserta didik dapat belajar secara tatap muka lagi. Aamiin. . . .

    BalasHapus
  12. Mantap mrs Vita, semangat untuk terus berkarya di tengah pandemi menjadi guru inspiratif dan inovatif

    BalasHapus

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...