Senin, 01 Februari 2021

Strategi Pembelajaran Online yang Humanis di SMAN 5 Surakarta dimasa Pandemi Covid-19

Edisi: Vol.1 No.2 Jan-Apr 2021

Penulis: Joko Sarono, S.Kom
NIP : 197811062010011014

(Guru TIK, Wakil Kepala Kurikulum SMA N 5 Surakarta - Jawa Tengah)

Pendidikan adalah salah satu hak setiap warga negara Indonesia yang tercantum dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945  Sedangkan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Tujuan Pendidikan Nasional merupakan hal yang mutlak harus terpenuhi didalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia.  Menciptakan manusia Indonesia yang memiliki keseimbangan kompetensi pada bidang ilmu pengetahuan teknologi (imtek) serta keimanan dan ketaqwaan(imtaq). Indikator kompetensi ini dapat dilihat dari tiga aspek penilaian yaitu penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ketiga penilaian ini terdapat dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Menurut (Permendikbud No. 66 Tahun 2013) yang dimaksud Penilaian sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar Peserta Didik. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa standar penilaian pada kurikulum 2013 lebih menekankan pada pada prinsif-prisif kejujuran, yang mengedepankan aspek-aspek berupa knowledge, skill dan attitude. Salah satu bentuk dari penilaian itu adalah penilaia otentik. Penilaian otentik disebutkan dalam kurikulum 2013 adalah model penilaian yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung berdasarkan tiga komponen di atas. Diantara teknik dan isntrumen penilaian dalam kurikulum 2013 sebagai berikut.

  1. Penilaian kompetensi sikap. Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian iri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian Diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan  pendidik.
  2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan, menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
  3. Penilaian Kompetensi Keterampilan, Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

Dalam kondisi masa pandemic Covid-19 seperti ini proses pembelajaran hanya bisa dilaksanakan secara online sesuai dengan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Dalam surat edaran tersebut salah satu isinya adalah  Mendikbud menekankan bahwa pembelajaran dalam jaringan (daring)/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Pemerintah mengajurkan bagi daerah yang sudah melakukan belajar dari rumah agar dipastikan gurunya juga mengajar dari rumah untuk menjaga keamanan guru, itu sangat penting.

Pembelajaran daring/jarak jauh difokuskan pada peningkatan pemahaman siswa mengenai virus korona dan wabah Covid-19. Adapun aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk dalam hal kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah. Bukti atau produk aktivitas belajar diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif. Walaupun banyak sekolah menerapkan belajar dari rumah, bukan berarti gurunya hanya memberikan pekerjaan saja kepada muridnya. Tetapi juga ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu muridnya dalam mengerjakan tugasnya. Walaupun bekerja dari rumah, Bapak Ibu Guru diharapkan mampu membimbing  peserta didik jika mengalami kendala dalam proses pembelajaran.

Dengan terbitnya surat edaran tersebut secara otomatis kemampuan kompetensi guru dalam mengajar menjadi kunci terhadap keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan pedagogik, penguasaan materi dan penguasaaan teknologi merupakan kompetensi wajib yang harus dikuasai oleh guru dalam mengajar. 

Sesuai dengan teori Abraham Maslow dan Carl Rogers yang merupakan dua orang pakar dalam Teori Humanistik. Dalam teorinya Maslow berpendapat bahwa manusia itu didasari oleh kerangka kebutuhan, yang kemudian disebut dangan teori kebutuhan Maslow. Maslow mengajukan suatu teori kebutuhan yang berdasarkan kepada kirarki, dimana kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Dari pendapat Maslow dapat disimpulkan proses pembelajaran dapat berjalan baik apabila dalam proses pembelajaran tertanam kondisi yang nyaman pada peserta didik dengan Guru. Sedangkan menurut Carl Rogers menyebutkan orang yang sehat secara psikologis adalah mereka yang memiliki konsep diri yang luas, yaitu mampu memahami dan menerima berbagai perasaan dan pengalaman. Control diri yang berasal dari dalam diri seseorang adalah lebih baik dari pada control yang dipaksakan dan berasal dari luar.  

Dari kedua teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter peserta didik dapat diwujudkan dengan sebuah pendekatan kepada peserta didik berupa pelayanan yang baik. Sehingga peserta didik merasa nyaman dalam mengikuti pembelajaran Jarak jauh. Pendidikan karakter dalam kondisi pembelajaran jarak jauh banyak sekali kendala dan tantangan yang harus dihadapi oleh satuan pendidikan. SMA Negeri 5 Surakarta menjawab tantangan tersebut dengan memberikan pelayanan prima bagi peserta didik. Dalam rangka membentuk karakter peserta didik yang baik maka SMA Negeri 5 Surakarta (Smaliska) melaksanakan Program Smaliska menyapa  yang diwakili dengan sub program BK menyapa dan Walas (Wali Kelas Menyapa). 

Menurut John W. Santrock, pendidikan karakter merupakan pendidikan dengan pendekatan langsung pada peserta didik dengan tujuan menanamkan nilai moral sehingga dapat mencegah perilaku yang dilarang. Pendidikan karakter berhubungan erat dengan psikis individu. Dengan pendidikan karakter, dapat diajarkan pandangan tentang nilai-nilai kehidupan, contohnya kejujuran, kepedulian, tanggung jawab, hingga keimanan. 

Lalu bagaimana agar pendidikan karakter dapat melaksanakan berbagai tujuan dan fungsi yang ingin dicapai berdasarkan nilai-nilai dan faktor yang memengaruhinya?

Dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Kemendiknas 2010, hlm. 15-17) Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan.

Masih dari Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kemendiknas, agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara optimal, pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Sosialisasi ke stakeholders (komite sekolah, masyarakat, dan lembaga-lembaga lainnya)
  2. Pengembangan dalam kegiatan sekolah
  3. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
  4. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar, melalui:
    • Kegiatan rutin 
    • Kegiatan spontan
    • Keteladanan
    • Pengondisian
  5. Kegiatan ekstra kurikuler
  6. Menanamkannya melalui kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat

Kegiatan Pendidikan karakter di SMA Negeri 5 Surakarta dilaksanakan secara terjadwal sehingga proses pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan dari semua pihak yang terlibat. Kegiatan Smaliska Menyapa secara teknis menggunakan aplikasi Teams merupakan aplikasi produk Microsoft berupa aplikasi pengelolaan kelas digital.

Pada aplikasi team ada fasilitas video conference yang merupakan aplikasi memfasilitasi guru untuk melaksanakan kegiatan tatap muka dengan peserta didik. Dalamkegiatan ini peserta didik mengikuti kegiatan dengan tetap menggunakan seragam sekolah. Sehingga peserta didik akan merasa seperti benar-benar sekolah dengan kondisi jarak jauh. Banyak nilai-nilai yang ditanamkan dalam program Smaliska Menyapa ini : 

  1. Menanamkan rasa tanggungjawab kepada peserta didik  untuk selalu mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh 
  2. Mengawal peserta didik dalam melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh sehingga semua permasalahan pada pelaksanaannya dapat terekam oleh satuan pendidikan.
  3. Guru BK dan Walikelas memberikan pembimbingan berupa penguatan mental agar peserta didik tetap semangat mengikuti Pembelajaran jarak jauh dimasa pandemic Covid-19
  4. Satuan Pendidikan berupaya memberikan pelayanan prima berupa solusi atau pemecahan terhadap setiap permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik.

Dengan beberapa nilai-nilai yang ditanamkan pada peserta didik melalui program Smaliska Menyapa ini diharapkan mampu memberikan rasa nyaman dan tenang kepada peserta didik dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh. Dengan adanya rasa aman dan nyaman dalam mengikuti PJJ mampu meningkatkan indikator pencapaian kompetensi atau daya serap peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Setiap tantangan harus dihadapi dengan penuh semangat oleh semua pihak. Peran keluarga, murid, guru dan satuan pendidikan merupakan kunci  keberhasilan dalam proses tranformasi ilmu pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 5 Surakarta. Karakter atau sifat peserta didik tercermin dari sikapnya dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh. Keaktifan dalam belajar, kreatifitas dalam meyelesaikan tugas, berfikir secara sistemik serta mampu menghadapi segala rintangan dalam menjalani pembelajaran jarak jauh merupakan capaian yang luar biasa bagi SMA Negeri 5 Surakarta. Permasalahan dan rintangan pada proses pembelajaran masa pandemic Covid-19 dapat diselesaikan dengan berjalan bersama serta saling melengkapi pada setiap elemen yang terlibat pada proses pembelajaran selama ini. Segala upaya yang dilaksakanan SMA Negeri 5 Surakarta diharapkan mampu meningkatkan peran satuan pendidikan dalam memberikan fasilitas pada proses pembelajaran peserta didik secara maksimal sehingga tujuan pendidikan nasional akan dapat terwujud yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan segala tantangan yang ada.


Referensi:

  • https://pemerintah.net/sistem-penilaian-kurikulum-2013/
  • https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/kemendikbud-terbitkan-pedoman-penyelenggaraan-belajar-dari-rumah
  • https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/school-life/pendidikan-karakter-pengertian-fungsi-dan-penerapan/
  • https://serupa.id/pendidikan-karakter/
  • http://info-konseling.blogspot.com/2012/10/teori-humanistik-menurut-carl-rogers.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...