Kamis, 03 Desember 2020

TINGKATKAN KETERTARIKAN PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN ARIAS

(Oleh: Mujiyono, S.Pd.)

Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 1 Banyudono - Boyolali Jawa Tengah

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh guru bahasa Indonesia adalah masalah minat siswa mengikuti kegiatanpembelajaran. Siswa kurang tertarik mengikuti kegiatan belajar karena merasa bahasa yang biasa mereka pakai sehari-hari selain bahasa daerah adalah bahasa Indonesia. Ada sebagian dari mereka menganggap mudah materi pelajaran dan ada sebagian lagi yang merasa kesulitan memahami materi yang disampaikan guru. Sebagian besar guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran teacher-centered yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru berperan sangat dominan dan sebagai subyek kegiatan pembelajaran dan peserta didik sebagai obyek mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. 

Metode pembelajaran yang sering digunakan guru adalah ceramah bervariasi. Pelaksanaan metode ceramah di dalam kelas yaitu guru menjelaskan semua materi dan siswa mendengarkan penjelasan guru. Penerapan metode ceramah yang terus menerus akan menyebabkan kejenuhan pada siswa sehingga keaktifan dan hasil belajarnya juga kurang optimal.Untuk meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar diperlukannya model pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan minat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia adalah model pembelajaran ARIAS. 

Miftahul Huda (2013) menjelaskan bahwa model pembelajaran ARIAS merupakan pengembangan model pembelajaran ARCS dari Keller yang dikembangkan oleh Djamah Sopah yang terdiri dari lima komponen. Model ARCS terdiri dari empat komponen, yaitu attention, relevance, confidence, dan satisfaction, dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang suatu proses pembelajaran yang dapat memengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran ARCS tersebut dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen, yaitu attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS.

Model pembelajaran ARIAS ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur. Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.

Dengan adanya modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan menjadi lima komponen yaitu attention, relevance, confidence, satisfaction, dan assessment. Modifikasi juga telah dilakukan dengan cara penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Dalam kegiatan pembelajaran sangat penting bagi seorang guru untuk menanamkan rasa percaya siswa agar mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/ perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/ perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement).

Model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen, yaitu assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

1. Assurance (percaya diri)

Berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk emengaruhi sikap percaya diri adalah:

  • Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri.
  • Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).
  • Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis kepada siswa untuk diselesaikan/ sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar).
  • Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.

2. Relevance (relevansi)

Berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nila i, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan  tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Ada beberapa cara yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran, misalnya:

  • Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai.
  • Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
  • Menggunakan  bahasa  yang  jelas  atau  contoh-contoh  yang  ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru.
  • Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/ atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.


3. Interest (minat atau perhatian siswa)

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Oleh sebab itu, guru harus mampu membangkitkan minat siswa terhadap suatu pelajaran agar perhatian mereka dapat terpusat pada pelajaran tersebut.


4. Assessment (evaluasi/ penilaian)

Penilaian diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengetahui perkembangan, kemajuan dan/ atau hasil belajar siswa selama program pendidikan. Assesment (penilaian) adalah Suatu istilah umum yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemauan belajar. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:

  • Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
  • Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera meng- informasikan hasil evaluasi kepada siswa.
  • Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
  • Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.


5. Satisfaction (rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai)

Dalam teori belajar satisfaction merupakan reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu pada umumnya mereka akan merasa bangga atau puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan rasa bangga dapat dijadikan sebagai penguat bagi siswa untuk mencapai keberhasilan berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penerapan model pembelajaran ARIAS sintaks pembelajaran yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:

  1. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang mengandung komponen ARIAS
  2. Perencanaan pembelajaran yang dibuat guru harus menggambarkan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengadakan kegiatan yang relevan dengan materi, mampu membangkitkan minat siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga mereka.
  3. Materi disampaikan dengan kosa kata yang jelas, sederhana dan tidak berbelit-belit sehingga mudah ditangkap dan dicerna siswa.
  4. Materi disusun secara urut dan tahap kesulitannya untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan memungkinkan siswa dapat mengadakan evaluasi sendiri.
  5. Guru memberikan evaluasi yang dikerjakan siswa secara individu.

Dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS pada mapel bahasa Indonesia, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa. Siswa menjadi lebih berminat dan percaya diri ketika mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga ia akan mampu menguasai materi. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan evaluasi diri dan siswa merasa dihargai yang dapat menimbulkan rasa bangga pada diri mereka. 


REFERENSI:

  • Huda, Miftahul. 2013. Model-model pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
  • Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
  • Keller, J. M. 1987. Development and Use of The ARCS Model of Motivational Design. Journal of Instructional Development, 10 (3), 2-10. John Keller’s Official ARCS Model Website.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...