Rabu, 02 Desember 2020

BELAJAR MENATA ARSIP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Oleh: Siti Khoriah Nurhasanah

Guru Produktif OTKP SMK Negeri 1 Sragen - Jawa Tengah 

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang sering dilakukan kurang mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Kegiatan pembelajaran di kelas diarahkan sebatas pada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar teoritis tetapi mereka miskin aplikasi. Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal. Pendidikan nasional diarahkan untuk mengembangkan dan membangun karakter serta potensi yang dimiliki siswa. Proses pendidikan kita sekarang ini belum bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta membentuk manusia kreatif dan inovatif.

Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu mata pelajaran produktik kelompok C1 yang diajarkan pada siswa kelas X kompetensi keahlian OTKP, BDP dan AKL di SMK Negeri 1 Sragen adalah mata pelajaran Administrasi Umum. Materi-materi yang ada dalam pelajaran Administrasi Umum membutuhkan pengamatan, penalaran  hingga pemahaman yang mendalam serta kemampuan yang tinggi (High Order Thinking Skill) untuk menguasainya. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah menata surat atau arsip dengan menggunakan sistem kearsipan tertentu. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran siswa diharapkan mampu untuk menata arsip sesuai dengan sistem kearsipan tertentu. 

Untuk mencapai ketuntasan belajar materi menata arsip, ada banyak faktor yang menyebabkannya di antaranya adalah: 1) kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran karena masih didominasi oleh guru, 2) model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai sehingga siswa merasa jenuh dalam proses pembelajaran, 3) motivasi siswa dalam proses pembelajaran rendah ini bisa dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak yang tidak memperhatikan. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa terlihat kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran ini karena selama ini pelajaran tersebut dianggap sebagai pelajaran produktif yang tidak begitu penting sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar dan tingkat pemahaman siswa di sekolah. 

Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan  suatu upaya yaitu dengan mengimplementasikan suatu model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya KBM yang kondusif. Pendekatan apapun yang digunakan, harus mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian dan peran guru sebagai fasilitator dalam mengupayakan situasi untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasinya adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran PBL ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah dari kehidupan siswa, untuk merangsang dan kemauan berpikir. Prosedur yang digunakan yaitu siswa dibagi berkelompok untuk mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan guru, siswa mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, dan akhirnya menemukan solusi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir secara optimal. Diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan. Penerapan metode berdasarkan masalah dimaksudkan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa karena melalui pembelajaran ini siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dan prosedur pengetahuan mereka pada saat memecahkan masalah dengan anggota kelompoknya. 

H.S. Barrows dalam Agus Suprijono (2009) sebagai pakar PBL menyatakan bahwa “Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru”. Masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya. PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata, lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya sehingga dari ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.

PBL adalah model pendidikan yang medorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran. Model ini dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, banyak kerja sama dan interaksi, mendiskusikan hal- hal yang tidak atau kurang dipahami serta berbagi peran untuk melaksanakan tugas dan saling melaporkan.

Dari uraian tersebut di atas, disimpulkan bahwa PBL merupakan suatu bentuk pembelajaran yang didalam pelaksanaan peserta didik dibentuk dalam kelompok-kelompok yang mempunyai latar belakang yang berbeda dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu masalah melalui kegiatan yang bersifat aktif yaitu mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, dan membuat keputusan secara bersama.

Model pembelajaran Problem Based Learning berpendekatan student centered (berpusat pada siswa). Pelaksanaan model pembelajaran ini sudah berfokus pada siswa, dimana siswa menjelaskan permasalahan dari guru (critical thinking). Tahap berikutnya mereka bekerja sama dengan teman dalam kelompoknya (collaboration dan creativity). Selanjutnya mereka menyimpulkan hasil diskusi dan dikomunikasikan ke depan kelas (communication). Dengan penerapan model pembelajaran ini siswa dapat dengan mudah menangkap esensi dari proses pembelajaran. Keberhasilan dari model pembelajaran ini sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengangkat dan merumuskan masalah. 

Dari uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning dalam kegiatan pembelajaran Administrasi Umum adalah sebagai berikut: 

  1. Guru mengawali pembelajaran dengan salam, berdo’a, mengecek kebersihan kelas dan kemudian melakukan presensi siswa yang hadir.
  2. Guru memberi apersepsi kepada siswa sebelum memulai pelajaran dengan memberi pertanyaan tentang penataan surat. Ada sebagian siswa yang terlihat belum siap mengikuti pelajaran dan terlihat masih melakukan kegiatan lain.
  3. Guru memberikan materi tentang pengertian penataan surat dan macam-macam system penyimpanan surat.
  4. Siswa memperhatikan presentasi yang dilakukan guru dengan menggunakan LCD dan menanyakan hal-hal yang belum dapat dipahami. 
  5. Siswa dibagi menjadi beberapa secara heterogen. Pembagian kelompok ini dilakukan diusahakan terjadi keseimbangan kemampuan antar kelompok agar tercipta harmonisasi kinerja antar kelompok.
  6. Siswa berdiskusi dengan teman-temannya untuk berbagi pengetahuan dan sumber belajar dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Pada saat berdiskusi siswa bebas melakukan curah pendapat dengan teman dalam satu kelompok.
  7. Setelah selesai berdiskusi memecahkan masalah dan mengerjakan tugas, salah satu kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas. Guru menunjuk kelompok yang maju ke depan secara acak untuk menjaga konsentrasi siswa. 
  8. Siswa yang lain diminta untuk menanggapi presentasi teman yang maju ke depan kelas. 
  9. Selesai mengkomunikasikan hasil diskusi ke depan, siswa diminta menyimpulkan materi berdasarkan kegiatan belajar yang telah dilakukan dengan bantuan guru sekaligus memberikan penguatan materi hari ini.
  10. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan latihan sebagai pengayaan yang harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam dalam kegiatan pembelajaran Administrasi Umum diharapkan akanmembawa perubahan yang positif. Perubahan positif tersebut adalah terlihat dari semakin banyaknya siswa yang bersemangat, proaktif dan kreatif ketika mengikuti kegiatan pembelajaran.  Siswa menjadi lebih aktif pada saat diskusi dalam kelompok untuk mengerjakan tugas dari guru dan berbagi informasi. Selain itu, siswa semakin mudah memahami materi pembelajaran karena guru dan teman-temannya mau membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya.


REFERENSI

  • Amir, M., Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
  • Arifin, Zaenal. 1990. Evaluasi Instruksional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
  • Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.
  • Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
  • Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya.
  • Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar. 
  • Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, Zaenal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya.

1 komentar:

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...