Oleh: Purwanto Hadi, M.Pd.
(Guru PPKn SMK Muhammadiyah 1 Surakarta - Jawa Tengah)
Kegiatan pembelajaran PPKn bertujuan untuk menambah pengetahuan atau wawasan siswa akan segala hal yang terkait dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan benarmelalui berbagai cara dan metode (aspek kognitif). Selain itu juga membina dan membentuk sikap warganegara yang mau dan meyakini akan pengetahuan yang telah diperoleh. Dengan demikian, pengetahuan yang telah dipahami tersebut akan diyakini dan terinternalisasi dalam diri atau mempribadi dalam jiwa siswa, yang akan menjadi sikapnya dalam menanggapi persoalan-persoalan yang ada (aspek sikap). Pembelajaran PPKn diharapkan dapat melatih keterampilan kewarganegaraan kepada siswa untuk dapat menjadi warga negara yang terampil berdemokrasi. Hal ini dilakukan melalui atau dengan cara membiasakan atau membudayakan kepada siswa bersikap dan berperilaku sesuai nilai-nilai serta norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari (aspek psikomotor). Semua hal tersebut di atas nampaknya sejalan dengan tujuan pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yaitu learning to know, learning to be, learning to do and learning to life together.
Untuk itu kegiatan pembelajaran PPKn dikembangkan agar mampu mengarahkan siswa menjadi warga negara yang dinamis dalam rangka menghadapi tantangan di era global dan revolusi industri 4.0. Warga Negara yang diharapkan melalui kegiatan pembelajaran PPKn adalah warga negara yang cerdas, memiliki komitmen dan mampu melibatkan diri atau partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia serta dalam pergaulan internasional. Di era global ini PKn seyogyanya diarahkan lebih fungsional dan dapat membantu siswa dalam memecahkan persoalan serta mampu mengambil keputusan sendiri di dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka kegiatan pembelajaran PPKn di SMK perlu dilaksanakan dengan efektif agar dapat menciptakan lulusan yang berkarakter Nasionalis, Kemandirian, Religiositas, Integritas dan Gotong Royong. Untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran, guru dapat menerapkan model pembelajaran Learning Tournament.
Hamid (2013) berpendapat “Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan para siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun antar siswa dengan pengajar”. Active learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran (mencari informasi, mengolah informasi, dan menyimpulkannya, untuk kemudian diterapkan), dengan menye- diakan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan dan senang melaksanakan kegiatan belajar.
Pembelajaran aktif sangat diperlukan dalam menunjang keaktifan dan hasil belajar siswa, selain itu pembelajaran aktif juga sangat penting untuk mengurangi rasa kebosanan siswa saat belajar. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran aktif di era yang semakin maju sangat diperlukan bagi kemajuan kualitas pendidikan. Ciri-ciri pembelajaran aktif menurut beberapa ahli adalah:
- Pembelajaran berpusat pada siswa
- Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata
- Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill)
- Pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda
- Pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multi arah (siswa- guru)
- Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar
- Penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar
- Guru memantau proses belajar siswa dan memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak
Silbermen (2009) menjelaskan bahwa Learning Tournament merupakan suatu bentuk yang disederhanakan dari “Teams Games Tournaments” yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Teknik ini juga menggabungkan satu kelompok belajar dan kompetisi tim, dan dapat digunakan untuk mengembangkan pelajaran atas macam-macam fakta, konsep, dan keahlian yang luas. Dalam model pembelajaran ini, akan terdapat turnamen atau pertandingan antar kelompok dan turnamen individu.
Langkah-langkah (sintaks) pembelajaran dengan menggunakan model learning tournament adalah sebagai berikut:
- Bagilah siswa dalam tim yang terdiri atas 2-8 orang anggota. Masing-masing tim harus memiliki jumlah yang sama (kalau tidak dapat, anda harus membuat skor rata-rata untuk setiap tim)
- Berikan materi untuk dibahas bersama kelompok masing-masing
- Kembangkan beberapa pertanyaan untuk menguji pemahaman dan mengingat materi pelajaran. Gunakan bentuk yang menggunakan skor mudah, seperti pilihan ganda, soal isian, betul salah, atau istilah untuk didefinisikan.
- Berikan serangkaian pertanyaan kepada siswa, sebagai “babak pertama” untuk turnamen. Setiap siswa harus menjawab pertanyaan secara pribadi
- Setelah pertanyaan-pertanyaan diberikan, sediakan jawaban dan mintalah siswa menghitung pertanyaan yang mereka jawab secara benar. Kemudian suruhlah mereka menyatakan skor mereka kepada anggota lain dalam tim tersebut untuk mendapat skor tim. Umumkan skor masing-masing tim.
- Mintalah tim mempelajari lagi turnamen pada babak kedua. Kemudian mintalah tes pertanyaan yang lebih banyak sebagai bagian “babak kedua”. Mintalah sekali lagi tim menyatakan skornya dan tambahan satu skor kepada fikirannya
- Turnamen dapat dilakukan beberapa ronde seperti yang anda sukai. Akan tetapi, pastikan membolehkan tim memiliki sesi untuk belajar antara ronde (lama turnamen belajar dapat bervariasi, mungkin 20 menit atau beberapa jam).
Kelebihan model pembelajaran learning tournament adalah:
- Dengan strategi belajar aktif learning tournament guru bisa mengontrol urutan dan keleluasaan materi pembelajaran, dengan demikian guru dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasi bahan pelajaran yang disampaikan.
- Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi siswa juga beraktivitas.
- Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
- Meningkatkan kerja sama, kepekaan dan toleransi.
- Siswa termotivasi untuk menyelesaikan masalah-masalah berdasarkan pengalaman sendiri.
- Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
- Menambah motivasi dan percaya diri
- Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman- teman sekelasnya
- Mudah diterapkan dan tidak mahal
Kelemahan model pembelajaran learning tournament adalah:
- Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas serta mengatur skenario pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
- Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Kondisi ini dapat diatasi dengan memberikan penjelasan kepada siswa bahwa keberhasilan kelompok dapat dipengaruhi oleh aktivitas semua anggota kelompok sehingga masing-masing anggota harus berperan aktif terhadap kelompoknya.
- Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam pembelajaran aktif tipe turnamen belajar bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok sehingga pada awal permainan harus menjelaskan hal tersebut terlebih dahulu kepada siswa.
REFERENSI:
- Taniredja, Tukiran. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
- Darmadi, Hamid. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta.
- Silberman, M. 2009. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar