Senin, 28 Desember 2020

MENSTIMULASI PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK DENGAN BERMAIN PERAN

Oleh: Weike Survianti Mala, S. Pd.

(GURU PAUD IT MUTIARA INSAN SUKOHARJO - JAWA TENGAH)


Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 peraturan pemerintah tentang Anak Usia Dini pasal 1 ayat 14, dinyatakan bahwa: Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disebut PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengembangan yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun baik formal maupun nonformal. 

Perkembangan anak usia dini mencakup, aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani, (moral dan spiritual), motorik, akal fikiran, emosional, dan sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Sebagaimana diterangkan dalam Al-quran Surah Al Lukman ayat 14 yang artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya ; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada kaulah kembalimu. Perkembangan sosial emosional anak adalah kepekaan anak  untuk memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat interaksi anak dengan orang lain di mulai dari orang tua, saudara, teman bermain hingga masyarakat luas. Perkembangan emosi anak harus bersinggungan dengan perkembangan sosial, sebab keduanya terintegrasi dalam bingkai kejiwaan.

Perkembangan sosial emosional anak adalah perkembangan perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial, dimana perkembangan emosional suatu proses melatih anak dengan rangsangan-rangsangan sosial utama yang didapat dari tuntutan kelompok serta belajar bergaul bertingkah laku. Pengembangan sosial emosional meliputi: empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengalokasi rasa marah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai kemampuan menyelesaikan masalah antara pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, kesopanan dan sikap hormat.

Ketika anak memasuki lembaga pendidikan taman kanak-kanak, mengasah kemampuan sosil emosional akan menjadi sangat penting. Anak dalam usia taman kanak-kanak sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang mempunyai karakteristik yang unik. Salah satu karakteristik yang unik yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang besar serta antusias terhadap sesuatu yang ada disekelilingnya serta dapat mengekspresikan emosinya secara wajar. Dikembangkan sosial emosional agar ada penanaman kesadaran bahwa anak adalah penerus, pencipta, pengevaluasi, investasi masa depan yang perlu disiapkan secara maksimal, baik aspek perkembangan emosional maupun keterampilan sosailnya, kemudian perkembangan emosi perlu dikembangkan sejak dini karena anak memiliki masa emas perkembngan sosial emosional sesuai tahap perkembangannya. 

Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak, yaitu faktor pengalaman awal yang diterima anak. Pengalaman sosial awal sangat menentukan kepribadian anak selanjutnya. Sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan sikap sosial anak, karena selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, anak-anak menghabiskan waktu bertahun-tahun disekolah sebagai anggota suatu masyarakat kecil yang harus mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang menegaskan dan membatasi prilaku,perasaan dan sikap mereka. Kompetensi sosial anak juga berhubungan dengan kehidupan emosional orang tuanya contohnya menemukan bahwa orang tua yang mengekpresikan emosi yang positif mempunyai kompetensi emosinya secara wajar.

Perkembangan sosial emosional mencakup; kompetensi sosial (kemampuan dalam menjalin hubungan dalam kelompok sosial), kemampuan sosial (prilaku yang digunakan dalam situasi sosial), kognisi sosial (pemahaman terhadap, tujuan, dan prilaku diri sendiri dan orang lain), perilaku sosial (kesediaan untuk berbagi, membantu, bekerjasama, merasa aman dan nyaman, dan mendukung orang lain), serta penugasan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas (perkembangan dalam menentukan standar baik dan buruk, kemampuan untuk mempertimbangkan kebutuhan dan keselamatan orang lain). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan sosial emosional anak adalah metode bermain peran. 

Metode bermain peran dipelopori oleh Goerge Shafel yang mengatakan bahwa bermain peran pertama, dibuat bedasarkan situasi masalah kehidupan nyata, kedua dapat mendorong anak mengekspresikan perasaanya, ketiga, bermain peran proses psikologis melibatkan sikap, niali dan keyakinan serta mengarahkan pada kesadaran melalui ketertiban spontan yang disertai analisis. Dengan bermain peran anak-anak menemukan kepuasan, kesenangan, sikap sportif, mengerti tentang aturan serta dapat menghilangkan kejenuhan dan kebosanan pada anak. Dalam kegiatan bermain peran anak berperan aktif dalam memaiknkannya dan juga dalam kegiatan bermain peran akan memberikan anak informasi tentang kehidupan sosial dengan orang-orang yang ada disekitar lingkunganya.

Metode bermain peran sangat sesuai dengan karakteristik anak usia dini karena pada saat ini anak berfikir secara simbolik sehingga metode bermain peran dapat mengembangkan anak usia dini secara efektif dalam rangka mengoptimalkan potensi anak bagi perkembangan kemampuan dasar (fisik, bahasa, kognitif, seni, dan sosial emosional). Dengan demikian metode bermain peran ialah seuatu kegiatan yang dipraktekan dengan  cara memaikan berbagai macam peran dari tokoh-tokohtertentu, yang dalam hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosial emosional anak. Pada saat anak melakukan perannya sebagai dokter mengobati orang sakit, pengemudi yang sedang membawa penumpang, penjual dan pembeli yang dipasar.

Dengan memainkan suatu peran, akan tumbuh rasa percaya diri anak, mengenal bentuk-bentuk emosi, seperti berharap, takut, marah, anak menghayati perasaan dirinya dan orang lain, menghargai jasa bersama mengenal kekuatan  dan kelemahan dirinya. Sintaks pembelajaran dengan metode bermain peran adalah sebagai berikut :

  1. Guru mengumpulkan anak untuk diberi pengarahan dan aturan dalam permainan.
  2. Guru membicarakan alat-alat yang akan digunakan oleh anak-anak untuk bermain.
  3. Guru memberi pengarahan sebelum bermain dan mengabsen serta menghitung jumlah anak bersama-sama.
  4. Guru membagikan tugas peran kepada anak sebelum bermain menurut kelompok, agar tidak berebut saat bermain.
  5. Anak bermain sesuai tempatnya dan perannya.
  6. Guru hanya mengawasi mendampingi anak dalam bermain, apabila dibutuhkan anak guru dapat membantu, guru tidak banyak bicara dan tidak banyak membantu anak.

Penerapan metode bermain peran sangatlah membantu perkembangan anak yaitu konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri dan ingatan. Anak mengulangi ingatan yang menyenangkan saat anak pergi ke pasar dengan ibunya ia melihat penjual dan pembeli yang ada di pasar. Hal ini menunjukan bahwa bermain peran muncul pada anak usia 1 tahun dan bisa diterapkan pada anak usia 5-6 tahun yang usianya lebih matang. Metode bermain peran ini memiliki manfaat yang besar dalam meningkatkan keterampilan sosial anak karena mereka belajar bertanggung jawab terhadap yang diperankanya, serta adanya komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, saling berbicara, mengungkapkan pendapat, bernegoisasi, dan menyelesaikan masalah yang muncul antara satu dengan yang lain.


2 komentar:

  1. Materi yang bagus dan menambah wawasan kami bunda weike👍🏻👍🏻🙏🙏

    BalasHapus

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...