Jumat, 04 Desember 2020

IMPLEMENTASI MODEL DIRECT INTRUCTIONS PADA PELAJARAN PRODUKTIF AKL

Oleh: Dra. Sri Lestari

(Guru Produktif AKL SMK Negeri 1 Banyudono - Boyolali Jawa Tengah)

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran produktif program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga adalah kurangnya perhatian dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Banyak siswa yang menghindari mengerjakan tugas dan tidak fokus mengikuti pembelajaran sehingga pemahaman mereka sangat kurang. Selain itu pemakaian model pembelajaran yang kurang bervariasi dan pengaturan jadwal pelajaran yang terlalu siang menyebabkan proses belajar mengajar menjadi kurang kondusif. Hal ini menyebabkan guru menghadapi masalah dalam membangkitkan minat dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi.

Dalam pelajaran produktif mulai dari kelompok C2 dan C3 siswa dituntut untuk dapat memahami sebuah konsep sehingga diperoleh pemahaman yang bersifat tahan lama dan menguasai konsep-konsep akuntansi, bukan hanya menghafal teori. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membuat siswa lebih mudah memahami konsep atau materi. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalam kegiatan pembelajaran produktif AKL adalah model pembelajaran Direct Instruction.

Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) adalah metode mengajar yang berfokus pada produksi hasil pembelajaran dengan menerapkan pemodelan keterampilan dan perilaku serta pemodelan berfikir. Hal ini melibatkan peran serta guru untuk memberikan bimbingan secara terstruktur dan mendemonstrasikan proses untuk siswa. Menurut Arends (1997) model pembelajaran secara langsung menitikberatkan pada suatu bentuk pembelajaran yang membantu siswa mempelajari kemampuan dasar dan perolehan informasi yang diajarkan dalam bentuk tahap demi tahap. Sedangkan menurut Joice, Weil, Calhaun (2000) model pembelajaran langsung telah digunakan untuk menjelaskan suatu konsep atau kemampuan baru kepada kelompok besar siswa, memberikan ujian pemahaman materi dengan berlatih di bawah bimbingan guru (latihan terbimbing/ terkontrol) dan mendorong merekan melanjutkan latihan di bawah pengawasan guru (latihan terbimbing). Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode Direct Instruction merupakan cara mengajar di mana guru berperan sebagai fasilitator dalam menanamkan suatu konsep atau kemampuan baru kepada siswa secara bertahap dan terkontrol. Dengan menerapkan model ini, siswa dapat lebih mudah menyerap dan memahami konsep, pengetahuan, kemampuan baru dengan cara bertahap, sedikit demi sedikit, dan didukung oleh peran serta guru dalam mengembangkan kemampuan pemahaan siswa.

Model pembelajaran Direct Instruction terfokus pada kegiatan guru dan pengorganisasian kelas. Tetapi, fokus utama pembelajaran ini terletak pada belajar, dan penekanan pada keterlibatan siswa di dalam mengerjakan tugas akademik dengan pengaturan waktu yang telah disesuaikan agar siswa mencapai prestasi belajar yang tinggi. Fokus utama model pembelajaran Direct Instruction, antara lain adalah:

  1. Menitikberatkan pada prestasi belajar yang tinggi (the most prominent features are an academic focus)
  2. Adanya arahan dan bimbingan guru yang besar (a high degree of teacher direction and control)
  3. Adanya harapan yang besar untuk kemajuan siswa (high expectations for pupil progress)
  4. Adanya sistem pengolahan waktu belajar yang baik (a system for managing time)
  5. Suasana lingkungan yang alami (atmosphere of relatively neutral affect)

Model pembelajaran langsung (Direct Instruction ), terdapat 5 (lima) fase yang penting yaitu (1) fase menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, (2)fase demonstrasi tentang keterampilan tertentu, (3)fase pelatihan, (4)fase memberi umpan balik terhadap keberhasilan siswa, (5)fase pelatihan lanjutan. Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara detail seperti berikut :

1. Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa

  • Menjelaskan ujuan para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa–siswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi tahap- tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu
  • Memotivasi Siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang lalu.

2. Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif.

  • Menyampaikan informasi dengan jelas. Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah.
  • Melakukan demonstrasi. Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain. Tingkah laku orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu diingat bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar. Oleh karena itu, agar dapat mendemonstrasikan suatu keterampilan atau konsep dengan berhasil, guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen- komponennya.

3. Memberikan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru atau yang penuh tekanan. 

4. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-kadang disebut umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa. 

5. Memberikan (Kesempatan) Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri. 

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah yang dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran Direct Instruction adalah sebagai berikut:

  1. Guru menciptakan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, kemudian memberikan materi yang akan dibahas dengan didahului pemberian apersepsi yang menyangkut materi sebelumnya agar siswa dapat mengingat kembali,
  2. Guru menjelaskan materi lanjutan dari materi sebelumnya secara bertahap dan mendalam,
  3. Guru mendemonstrasikan materi yang dipelajari dan siswa diberi kesempatan untuk memahami materi yang telah diberikan,
  4. Guru memberikan latihan terbimbing kepada siswa kemudian bersama- sama membahas jawaban dari latihan yang sudah diberikan. Dalam hal ini diharapkan terjadi interaksi aktif antara siswa dengan guru,
  5. Dalam latihan terbimbing, siswa diarahkan untuk mengerti dan dapat memahami serta menganalisis permasalahan yang ada. Dari permasalahan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk megemukakan pendapatnya dan bertanya. Ide-ide atau permasalahan yang muncul direkonstruksi bersama- sama kemudian guru memberikan soal latihan untuk dipecahkan oleh siswa secara individu ataupun kelompok.
  6. Siswa diberi latihan mandiri dari materi yang telah diberikan kemudian dipresentasikan di depan kelas. Dalam presentasi tugas, pikiran siswa akan terangsang untuk mengemukakan pendapat dan mempertahankan hasil pekerjaanya. Dalam proses ini, guru bertindak sebagai fasilatator jalannya presentasi. Dalam fase ini, akan terjadi interaksi aktif antar siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru.
  7. Guru memberikan latihan/ tugas rumah yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
  8. Penilaian terhadap pembelajaran ini meliputi penilaian proses dalam mengikuti pembelajaran dan penilaian hasil.
  9. Melalui pembelajaran ini diharapkan kontribusi pelaksanaan pembelajaran akan meningkat sehingga belajar yang bermakna akan didapatkan oleh siswa.

Dengan model pembelajaran Direct Instruction guru bisa mengontrol urutan dan keleluasaan materi pembelajaran, dengan demikian dapat diketahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. Model pembelajaran ini membuat siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran, siswa juga bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). Siswa dapat aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan diberikannya waktu untuk latihan mandiri dan diskusi serta kegiatan pendemonstrasian siswa itu sendiri. Pada akhirnya model pembelajaran ini akan membuat siswa mendapatkan pemahaman yang mendalam pada materi yang diajarkan guru melalui pembelajaran yang bermakna dan berkualitas.

REFERENSI:

  • Arends. I. A. 2008. Learning To Teach: Belajar untuk Mengajar. Edisi Bahasa Indonesia. Edisi ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Isjoni. 2013. Cooperative Learning. Bandung. Alfabeta
  • Joyce, B., Marsha Weil., Emily Calhoun, 2011. Models of Teaching. Edisi Kedelapan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...