Jumat, 04 Desember 2020

BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN PETA KONSEP

Oleh: Dra Nurwidhi Handayani

(Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 1 Karanganyar - Jawa Tengah)

Sampai sekarang masih banyak siswa yang memandang bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dihafalkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai bahasa Indonesia siswa di sekolah yang masih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hasil belajar siswa dapat diketahui dari nilai Bahasa Indonesia yang masih menunjukkan kurang berhasilnya kegiatan pembelajaran yang selama dilakukan. Kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan guru ternyata kurang menarik minat dan perhatian siswa, sehingga mereka cepat jenuh dan bosan untuk mengikutinya. 

Kondisi kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif menjadikan suatu masalah yang perlu untuk segera diatasi. Masalah tersebut salah satunya adalah kesulitan belajar yang disebabkan karena model mengajar yang tidak sesuai, penekanan kurikulum yang tidak cocok, atau bahan pelajaran yang luar biasa kompleks. Hal-hal ini mudah dideteksi karena relatif banyak siswa yang mengalami kesulitan yang sama. Sehingga perlu diperhatikan lebih untuk menemukan dan memperbaiki kekurangan dalam model dan bahan pengajaran.

Di dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus benar-benar memperhatikan model mengajar yang akan digunakan. Akan tetapi hal ini sering kali menimbulkan kesulitan, karena guru sudah terbiasa dengan suatu model tertentu. Padahal kurikulum yang terbaik sekalipun tidak akan bermanfaat jika tidak didukung dengan model mengajar yang tepat. Sehingga model mengajar yang baik dan tepat sangat berperan dalam proses belajar mengajar. Kenyataan di lapangan, pengajaran bahasa Indonesia yang dilakukan belum sepenuhnya mendukung guna memantapkan kemampuan siswa dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Banyak guru yang dalam mengajar Bahasa Indonesia dengan menggunakan model konvensional, yaitu suatu cara mengajar yang sudah biasa dilakukan dan bersifat monoton tanpa memperhatikan materi yang disampaikan, sehingga pokok bahasan apapun disampaikan dengan cara yang sama. Hal ini mengakibatkan siswa mudah merasa bosan untuk belajar bahasa Indonesia dan akhirnya menganggap bahwa Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dihafal. Untuk mengatasi kejenuhan siswa, guru dapat menerapakan model pembelajaran Mind Mapping atau peta konsep.

Menurut Trianto (2014) "Konsep atau pengertian merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek- objeknya". Konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang berfungsi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya.

Adapun yang dimaksud dengan peta konsep menurut menurut Sudjana (2014) "Peta konsep merupakan hubungan yang bermakna antara satu konsep dengan konsep lainnya yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit tertentu". Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peta konsep adalah suatu cara atau strategi untuk menyajikan informasi dalam bentuk konsep-konsep yang saling terhubung dalam suatu rangkaian, dimana relasi antar konsep dihubungkan dengan anak panah atau garis lurus. Menurut Isjoni (2014) "Peta konsep merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh peserta didik dalam bentuk retensi pengetahuan sekaligus  menghasilkan proses belajar bermakna". Oleh karena itu pembelajaran yang menggunakan peta konsep memungkinkan siswa terlibat  aktif dalam proses berfikir untuk mengaitkan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki dengan informasi baru yang sedang mereka pelajari.

Fungsi peta konsep dapat membuat jelas gagasan pokok bagi guru dan murid yang sedang memusatkan perhatian pada tugas pelajaran yang spesifik. Manfaat peta konsep diantaranya untuk membuat struktur pemahaman dari fakta-fakta yang dihubungkan dengan pengetahuan berikutnya, dan untuk belajar bagaimana  mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yang baik.

Peta konsep terbagi atas empat macam antara lain:

1. Pohon jaringan (network tree)

Dalam peta konsep pohon jaringan (network tree), ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukkan hubungan antara ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis pada garis memberikan hubungan antara konsep-konsep.

2. Rantai kejadian (events chain)

Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian, pertama-tama temukan suatu kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut kejadian awal. Kemudian, temukan kejadian berikutnya dalam rantai itu dan lanjutkan sampai mencapai suatu hasil. 

3. Peta konsep siklus (cycle concept map)

Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang- ulang.

4. Peta konsep laba-laba (spider concept map)

Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan curah pendapat  ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide dan ini berkaitan dengan ide sentral itu namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. 

Pembuatan peta konsep dilakukan dengan cara membuat suatu sajian visual atau diagram tentang bagaimana suatu ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. Dalam membuat peta konsep, konsep- konsep yang ada di dalamnya harus diurutkan secara hirarkis, mulai dari konsep paling inklusif ke konsep yang lebih khusus. Dengan kata lain, konsep yang paling inklusif berada pada bagian paling atas, sedangkan konsep paling khusus berada pada bagian paling bawah.

Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran peta konsep pada kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

  1. Memilih suatu bahan bacaan
  2. Menentukan konsep-konsep yang relevan
  3. Mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif
  4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan , konsep yang inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung misalnya "terdiri atas", "menggunakan" dan lain-lain.

Dengan menggunakan model pembelajaran peta konsep guru berusaha menghadirkan materi pelajaran dengan cara terbaik, karena siswa dengan mudah melihat, membaca dan mengerti makna yang diberikan. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ingin diharapkan. Pemahaman dan daya ingat siswa pada materi pelajaran semakin dalam, karena mereka terlatih untuk aktif, mandiri dan kreatif dalam berpikir.


REFERENSI:

  • Isjoni. 2014. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
  • Sudjana. Nana. 2014. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 
  • Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,. Progresif dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.

9 komentar:

  1. Konsep pembelajaran bahasa Indonesia yg dirancang oleh Dra. Nurwidi sangat bagus tapi perlu dipikirkan cara belajar yg lain agar siswa tidak jenuh mungkin dibuat kuis atau yg lainnya sehingga siswa tdk mengalami kejenuhan karena bahasa Indonesia adalah bahasa nasional kita.

    BalasHapus
  2. Bagus pembelajaran melalui konsep, membuat anak mendjadi aktif dan kreatif

    BalasHapus
  3. Peta konsep bagus untuk membuat siswa melihat materi pembelajaran secara utuh dan manfaatnya jika siswa mempelajari materi tersebut. yang penting pembelajaran dapat dibuat fun maka akan membuat siswa lebih paham

    BalasHapus
  4. Bagus tulisannya bu guru. Ayo menulis terus. Salam literasi.

    BalasHapus
  5. Mantap ibu guru Dra Nurwidhi,lanjutkan..👍

    BalasHapus
  6. Mantap bu guru Dra Nurwidhi,lanjutkan...👍

    BalasHapus
  7. Gagasannya menarik. Layak dicoba. Agar siswa lebih meminati bahasa bangsanya sendiri.

    BalasHapus

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...