Senin, 16 November 2020

VIDEO CALL GROUP UNTUK MENGATASI KEJENUHAN SISWA BELAJAR PAI

Oleh: Dica Lanita Affinoxy, S. Pd. I

(Guru SMK Negeri 3 Surakarta - Jawa Tengah)


Pandemi Covid-19 telah merubah tatanan kehidupan masyarakat, tidak hanya menyerang negara Indonesia namun juga melanda dunia. Keberadaan Covid 19 membuat masyarakat untuk memberhentikan aktivitas di luar rumah yang semestinya dilakukan seperti pada hari-hari biasa. Masyarakat harus menjaga jarak aman atau disebut dengan physical distancing, keadaan di mana orang-orang dikarantina dan diisolasi di dalam rumah masing-masing termasuk dalam melaksanakan pekerjaan sehingga setiap individu yang rentan tidak akan tertular virus Covid 19. Apabila masyarakat ingin keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti membeli sesuatu untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat diwajibkan menggunakan masker dan tentu dengan menjaga jarak aman dengan orang lain.

Pelaksanaan karantina dan isolasi mandiri yang dihimbau oleh pemerintah tentu tidak hanya berimbas pada pekerjaan masyarakat saja, akan tetapi juga berdampak pada sistem pendidikan yang mesti tetap berjalan. Wabah virus Covid 19 berdampak pada kegiatan belajar mengajar siswa dan guru. Kegiatan yang mana biasa dilaksanakan di dalam ruang kelas pada lingkungan sekolah kini berubah menjadi dengan belajar di dalam rumah.

Kondisi ini tentu tidak mudah dilalui oleh masyarakat. Orang tua pun ikut berperan sebagai guru atau pengajar ketika belajar di rumah. Siswa diberikan tugas sebagai sarana untuk mengetahui pencapaian atau penilaian kemampuan siswa. Adapun kecemasan pada diri siswa terkait tugas yang diberikan oleh guru sebagai kegiatan memindahkan aktivitas kelas dari belajar di sekolah menjadi belajar di rumah dibebankan pada siswa bahkan lebih banyak. Selain itu, sekolah tetap melakukan kegiatan penilaian untuk kepentingan rapor kenaikan kelas.

Kegiatan belajar dari rumah yang diterapkan oleh masyarakat menyebabkan siswa dan guru kehilangan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain dalam menjalin hubungan sosial, menumbuhkan sikap solidaritas antar sesama manusia, kehilangan rasa peduli dan empati. Kegiatan yang seharusnya siswa dan guru lalui memberikan pembelajaran tidak hanya tentang materi pelajaran namun juga menyampaikan tentang pentingnya bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Keadaan ini belum bisa dilaksanakan karena adanya himbauan physical distancing dari pemerintah guna melakukan pencegahan terhadap penyebaran virus Covid 19.

Belajar dari rumah tentu berbeda dengan kegiatan belajar di sekolah, selain adanya perangkat pembelajaran kegiatan belajar juga didukung oleh media belajar untuk memudahkan siswa dalam memahami materi. Kegiatan belajar dari rumah akan membutuhkan media pembelajaran yang dibutuhkan siswa, agar siswa mudah memahami materi pelajaran. Pada kondisi ini akan sulit memberikan media pembelajaran karena orang tua kurang berpengalaman dalam mengajarkan anak materi dari sekolah dan siswa membutuhkan media pendukung sebagai sarana kelancaran belajar.

Kegiatan pembelajaran baik daring maupun luring (tatap muka) adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sehingga terjadi perubahan perilaku. Proses pembelajaran tidak akan berjalan apabila tidak ada partisipasi dari siswa. Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian, tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal mungkin. Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang belajar.

Keterlibatan atau keikutsertaan siswa secara sukarela dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, selain merupakan salah satu usaha memudahkan siswa untuk memahami konsep yang sedang dibicarakan dan meningkatkan daya tahan ingatan mengenai suatu isi pelajaran tertentu, juga dimaksudkan untuk menjadikan proses belajar mengajar sebagai alat meningkatkan percaya diri, harga diri dan lain-lain. Partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan, serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi siswa  dalam pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran bersifat interaktif dan komunikatif. Interaktif artinya kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang bersifat multi arah antara guru, siswa, sumber belajar, dan lingkungan yang saling memengaruhi, tidak saling mendominasi. Makna komunikatif dimaksudkan sifat bahwa sifat komunikasi antara siswa  dengan guru, sesama siswa, dan sesama guru harus dapat saling memberi dan menerima serta memahami. Suatu proses pembelajaran membutuhkan keterlibatan siswa nya di dalam kelas, hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan atau partisipasi siswa  dalam proses pembelajaran. Melalui peningkatan partisipasi dalam kelas siswa pun juga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang baik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013) mengemukakan ada enam aspek terjadinya keaktifan siswa  dalam proses pembelajaran. Pertama, partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran. Kedua, tekanan pada aspek afektif dalam belajar. Ketiga, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa. Keempat, kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok. Kelima, kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk menghadapi keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah. Keenam, jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah atau pembelajaran.

Dari paparan di atas, dapat dimengerti bahwa partisipasi siswa merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan emosional siswa  sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi nyata dan tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan yaitu tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.

Kegiatan pembelajaran PAI pun mengalami kendala dalam pelaksanaannya secara online. Kebanyakan siswa mulai merasa jenuh dengan materi yang diberikan secara monoton dan tugas-tugas yang harus dikumpulkan setiap minggunya. Kecenderungan ini mengakibatkan partisipasi mereka dalam pembelajaran online cenderung menurun. Untuk menyiasati agar siswa kembali berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan fitur Video Call Group di aplikasi WhatsApp. Pemakaian aplikasi sosial media ini tepat karena selain hemat kuota dibanding platform lain, aplikasi ini juga dapat mengobati kerinduan belajar tatap muka.

Pada pembelajaran PAI khususnya pada aspek keterampilan, guru dapat melatih hafalan Al Qur’an dengan menggunakan fitur Video Call Group. Pada pelaksanaannya, guru dapat melihat kejujuran siswa saat setor hafalan/ bacaan Al Quran dan dapat memanggil siswa lain untuk menyimak hafalan/ bacaan Al Quran temannya. Variasi lain yang dapat digunakan adalah dengan bermain sambung ayat dengan beberapa siswa. Penggunaan fitur ini mampu mengoptimalkan interaksi guru dengan siswa. Partisipasi siswa dalam  mengikuti kegiatan pembelajaran PAI juga meningkat. Hal ini dikarenakan siswa merasa tertarik dengan kegiatan pembelajaran online yang menarik dan menghemat kuota data yang dimilikinya. Dengan meningkatnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran akan berpengaruh pada meningkatnya prestasi belajar PAI mereka. 


REFERENSI:

  • Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Dina Indriana. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press.


1 komentar:

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...