Jumat, 20 November 2020

BELAJAR FILLING SYSTEM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Oleh: Drs. Suprapto

(Guru OTKP SMK Negeri 6 Surakarta - Jawa Tengah)


Mata pelajaran Kearsipan merupakan salah satu pelajaran kelompok C1 yang diajarkan pada siswa kelas X program keahlian Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran. Materi pada pelajaran ini membutuhkan tingkat penalaran yang tinggi pada suatu masalah dan ketelitian dalam pengerjaannya. Salah satu materi yang diajarkan adalah menerapkan penyimpanan arsip (filling system) sistem abjad, kronologis, geografis, nomor, dan subjek. Materi ini mempunyai karakteristik tersendiri dan membutuhkan kemampuan menalar yang tinggi (Higher Order Thinking Skill) dari siswa untuk memahami dan mempraktekannya.  

Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan pembelajaran kearsipan, salah satu di antaranya adalah model mengajar yang digunakan guru. Model mengajar sangat mempengaruhi prestasi belajar Kearsipan siswa. Kenyataan ini terlihat dalam materi-materi pelajaran yang menuntut pola pemikiran yang melibatkan seluruh aspek kognitif dan afektif bahkan psikomotorik. Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar Kearsipan baik luring maupun daring adalah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (MPBP).

Model Pembelajaran Berbasis Proyek (MPBP) atau Project Based Learning adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Model pembelajaran berbasis proyek ini sebenarnya bukanlah model baru dalam pembelajaran, model ini masih banyak digunakan dan terus dikembangkan karena dinilai memiliki keunggulan tertentu dibanding dengan model pembelajaran lain. Salah satu keunggulan tersebut adalah bahwa MPBP dinilai merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat baik dalam mengembangkan berbagai keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa termasuk keterampilan berfikir, keterampilan membuat keputusan, kemampuan berkreativitas, kemampuan memecahkan, dan sekaligus dipandang efektif untuk mengembangkan rasa percaya diri dan manajemen diri para siswa.

Abidin (2007) menjelaskan mendefinisikan MPBP sebagai berikut: Sebuah model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu. Model pembelajaran ini lebih jauh dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk mengembangkan percaya diri, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan membiasakan siswa menggunakan kemampuan berpikir tinggi. MPBP dipandang sebagai sebuah model pembelajaran utama yang dapat digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran sebagai saluran dalam mengembangkan mutu proses dan prestasi belajar. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa MPBP adalah proses pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa untuk menghasilkan suatu proyek. Pada dasarnya model pembelajaran ini lebih mengembangkan keterampilan memecahkan dalam mengerjakan sebuah proyek yang dapat menghasilkan sesuatu. Dalam implementasinya, model ini memberikan peluang yang luas kepada siswa untuk membuat keputusan dalam memiliki topik, melakukan penelitian, dan menyelesaikan sebuah proyek tertentu. pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai metoda pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis.

Model Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
  2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
  3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.
  4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
  5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinu.
  6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.
  7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
  8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Tahapan pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:

  1. Pra proyek pada tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru diluar jam pelajaran, pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek, menentukan pijakan proyek, menyiapkan media dan berbagai sumber belajar, dan menyiapkan kondisi pembelajaran.
  2. Fase 1 Mengidentifikasi masalah pada tahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap obyek tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut siswa mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan.
  3. Fase 2 Membuat desain dan jadwal pelaksanaan proyek, pada tahap  ini siswa secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun dengan guru mulai merancang proyek, dan melakukan aktivitas persiapan lainnya.
  4. Fase 3 Melaksanakan penelitian, tahap ini siswa melakukan kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan penelitian tersebut siswa mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang relavan dengan penelitian yang dilakukan.
  5. Fase 4 menyusun draf/prototipe produk Pada tahap ini siswa mulai membuat produk awal sebagaimana rencana dan hasil penelitian yang dilakukannya.
  6. Fase 5 Mengukur, Menilai, dan memperbaiki produk, pada tahap ini siswa melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan, dan memperbaiki produk tersebut. Dalam praktiknya, kegiatan mengukur dan menilai produk dapat dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari anggota kelompok lain ataupun pendapat guru.
  7. Fase 6 Finalisasi dan Publikasi Produk Pada tahap ini siswa melakukan finalisasi produk. Setelah diyakini sesuai dengan harapan, produk dipublikasikan.
  8. Pascaproyek Pada tahap ini guru menilai, memberikan penguatan, masukan, dan saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan siswa.

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam pembelajaran kearsipan akan mampu meningkatkan kemampuan siswa:

  1. Mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan menginterpretasikan informasi (visual dan tekstual) yang mereka lihat, dengar, atau baca.
  2. Membuat rencana penelitian, mencatat temuan, berdebat, berdiskusi, dan membuat keputusan.
  3. Bekerja untuk menampilkan dan mengontruksi informasi secara mandiri.
  4. Berbagi pengetahuan dengan orang lain, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan mengakui bahwa setiap orang memiliki keterampilan tertentu yang berguna untuk proyek yang sedang dikerjakan.
  5. Menampilkan semua disposisi intelektual dan sosial yang penting dibutuhkan untuk memecahkan masalah dunia nyata.

Penerapan MBPB ini memiliki kelemahan yaitu memerlukan banyak waktu dalam proses pembelajaran, guru harus selalu memantau setiap aktivitas siswa jadi aktivitas guru harus lebih extra kerja keras dalam mengawasi pada setiap aktivitas siswa.

Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat kita simpulkan bahwa langkah langkah model pembelajaran Project Based Learning adalah:

  1. Pembelajaran yang dimulai dengan pertanyaan mendasar, yaitu pertanyaan yang dapat merangsang para siswa agar masuk dalam pembelajaran danmengkaitkan materi yang akan diajarkan dengan kehidupan sehari-hari yang diharapkan dapat lebih mudah dipahami siswa.
  2. Mendesain perencanaan proyek yang dilakukan secara bersama-sama antara guru dan siswa yang berunding mengenai aturan main, serta alat dan bahan yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu proyek.
  3. Menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek secara bersama- sama yang berisikan mengenai target waktu pelaksanaan, yang diharapkan mampu untuk tepat waktu dan tepat sasaran.
  4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek yaitu pada tahapan ini guru harus memonitor (memantau) aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek, yang dilakukan dengan cara membimbing dan memfasilitasi siswa pada setiap proses. Guru lah yang menjadi tanggung jawab dalam proses maupun hasil ini.
  5. Menguji Hasil, pada tahapan ini guru melakukan penilaian yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian kriteria ketuntasan minimal yang berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa. 
  6. Mengevaluasi Pengalaman, tahapan ini adalah tahapan akhir dalam kegiatan ini, guru dan siswa melakukan refleksi baik individu maupun kelompok. Pada tahap ini pula siswa diminta mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa melakukan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, yang pada akhirnya akan menemukan temuan baru dan menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama.

Dengan penerapan MPBP pada kegiatan pembelajaran kearsipan diharapkan menjadikan siswa lebih komunikatif dan berani dalam mengemukakan ide maupun pendapatnya di dalam kelompok. Selain itu, pembentukan kelompok secara heterogen dapat melatih siswa bersikap saling menghormati dan toleransi terhadap keragaman misalnya perbedaan latar belakang siswa, agama, suku, budaya, dan sebagainya. Siswa akan tetap bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok dan tidak memandang adanya perbedaan. Siswa dilatih bertanggung jawab dan mandiri menyelesaikan tugas dari guru dengan penuh kreativitas. 


SUMBER PUSTAKA

  • Abidin, Zainal. 2007. Analisis Eksistensial. Jakarta: Raja Grafindo.
  • Made, Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
  • Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...