SLAMET MULYADI, S.Pd |
NIP. 196702152006041004 |
(Guru Mapel Bahasa Indonesia SMAN 8 Surakarta - Jawa Tengah) |
Problematika bahasa sebagai bahasa pengantar pembelajaran di sekolah saat pendemi covid 19 sangat variatif. Mungkin masalah ini sedikit terlewatkan di bandingkan kesibukan pembagian kuota, teknis pembelajaran, dan peralatan-peralatan yang di persiapkan demi keberlangsungan proses belajar mengajar. Pilihan utamanya hanyalah PJJ. Memang kita sadari model pembelajaran PJJ banyak sekali menggali permasalahan permasalahan di tingkat satuan pendidikan.
Seperti kita ketahui bersama Pandemi covid 19 ini sungguh merusak tatanan yang sangat luar biasa, Dampak-dampak yang ditimbulkan pun sangat luar biasa. Hampir segala sektor terkena imbasnya. Sektor ekonomi,dan pendidikan yang paling menonjol terdampak covid-19.Indonesia sudah sangat sering menghadapi bencana,dari Stunami, banjir, tanah longsor,kebakaran hutan,serta krisis-krisis sosial lainnya. Namun Bangsa Indonesia masih kelihatan tangguh sigap dan terarah dalam menanggulanginya. Ekonomi segra pulih, infra struktur segera dapat dibangun kembali, bahkan pendidikanpun dapat berjalan lagi hanya dalam hitungan hari. Dengan program-program yang nyata dan terarah semua bisa segera dipulihkan. Hal ini karena bencana yang nyata kelihatan mata,dan dapat dihitung secara matematis, berapa korbannya, apa saja yang rusak, semua bisa segera tertangani dengan baik. Kenapa begitu? Yah karena sifat bencanannya yang jelas, nyata dan sangat tampak di mata kita, Kebetulan penulis adalah seorang relawan yang sudah sering ikut menangani berbagai bencana, sehingga tahu persis bagaimana dampak dan peran serta semua komponen baik pemerintah dan elemen masyarakat dalam menanganinya. Mungkin saat inilah saat paling tepat pemerintah dan kita semua memikirkan bencana dengan waktu situasi serta kondisi yang serba tidak menentu dalam program perencanaan yang bersumber pengalaman menghadapi bencana yang disebabkan oleh virus. Indonesia memang pernah menghadapi bencana wabah dari tahun 70 an baik itu malaria, flu burung serta wabah lainnya, namun virus coronalah yang merupakan wabah paling spesial. Kenapa? Yang karena mulai sebabnya tidak nyata, sulit terdeteksi dan dampak-dampaknya yang menjadikan tatanan berbangsa dan bernegara sangat terpengaruu tidak terkecuali sektor pendid
Bahasa Sebagai alat komunikasi
Bahasa merupakan salah satu pintu perubahan, baik dalam pribadi, masyarakat, dan negara, bahkan juga dunia. Manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Terbukti dari penggunaannya untuk percakapan sehari-hari, tentu ada peran bahasa yang membuat satu sama lain dapat berkomunikasi, saling menyampaikan maksud. bukan hanya dalam bentuk lisan, tentu saja bahasa juga digunakan dalam bentuk tulisan dan bahasa tubuh.
Pemikiran,isi hati,,perasaan seseorang maupun kelompok tentunya akan lebih dapat kita pahami apabila diungkapkan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. . Pada dasarnya seluruh kegiatan manusia akan sangat berkaitan erat dengan bahasa. Baik itu hanya bercakap-cakap dengan perorangan maupun kelompok.
Apapun kegiatan tidak akan dapat terlepas dari pemakaian bahasa Banyak filsuf yang justru mengawali pemikirannya dari problem bahasa. Tentunya bahasa disini bukan berarti sekedar mempelajari tata gramatikal bahasa ataupun bahasa asing, melainkan bagaimana pengertian seseorang dapat terpengaruh ‘hanya’ dari penggunaan kata-kata atau ekspresi pemikiran.tentunya yang diharapkan disini adalah pengaruh yang baik. Sangat penting untuk dapat tetap berpikir kritis dalam mengerti ucapan seseorang maupun teks. Namun di masa pandemi ini bahasa seperti terkekang,tidak berdaya dan lemah dalam fungsi alat komunkasi. Kita hanya berharap belas kasihan teknologi. Padahal kalau kita sadari, bahasalah yang menjadi alat utama dari semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia’ Berdagang, berseni, menjalankan ibadah, bersosialisasi semua menggunakan bahasa. Pedagang dan pembeli berinteraksi menggunakan bahasa, main teater,film,drama baca puisi menggunakan bahasa.anjangsana, rapat diskusi semuanya tidak akan terlepas dari bahasa. Ibarat tubuh manusia bahasa adalah jantungnya. Coba kita perhatikan situasi dan kondisi saat ini, jatung kita saat ini mulai berdegup tidak berirama, kadang cepat kadang lambat dan kadang pula tidak berirama ngo ngosan tidak karuan. Ini bukanlah ilustrasi pesimistis tetapi gambaran ini adalah fakta dan nyata kita alami. Tidak jauh dari dunia ekonomi , sosial budaya, sektor pendidikan justru yang paling besar kena dampaknya
Kita tidak bisaan melaksanakan tugas-tugas pendidik sebagaimana mestinya karena memang bahasa sebagai sarana pendidikan sedang terbelenggu penggunaannya.Hal ini disebabkan model pembelajaran jarak jauh yang 90 persen mengandalkan teknologi. Padahal seorang pendidik tidak hanya bertugas menstransfer ilmu pengetahuan tapi juga berfungsi sebagai pengembangan karakter siswa.
Fungsi bahasa sebagai alat transfer ilmu pengetahuan dan karakter siswa
Keberhasilan mengajar guru dalam kaitannya dengan fungsi dan peran guru dalam menciptakan kemampuan dasar mengajar dapat diimplementasikan dalam pengembangan kepribadian guru yang mantap dan dinamis yang meliputi kemantapan dan integrasi pribadi, peka terhadap perubahan dan pembaharuan, berpikir alternatif, adil, jujur dan objektif, disiplin dalam melaksanakan tugas, ulet dan tekun bekerja, berusaha memperoleh hasil kerja yang baik, simpatik, menarik,luwes,bijaksana dan sederhana, bersifat terbuka, kreatif dan berwibawa apakah dengan bermodalkan hal tersebut seakan sudah sangat ideal dan yakin proses pendidikan ini akan berjalan dengan baik? Memang hal-hal tersebut adalah idealnya. Namun di saat yang sesulit ini semua seakan terbelenggu. Bahasa yang sangat diandalkan untuk pembentukan karakter siswa banyak terhalang situasi dan kondisi yang tidak menentu. Kebijakan pemerintah yang berubah-ubah, saat mensiasati model pembelajaran sering menambah permasalahan tersenderi. Memang kita tidak perlu menyalahkan pemerintah semua namun setidaknya bisa mencari terobosan-terobosan yang bersumber dari mendengarkan ide-ide para pendidik di tingkat paling bawah. Wabah merupakan hal yang tidak bisa terdekteksi kapan datang dan kapan berakhir .menambah problematika tersendiri dalam rangka menciptakan model pembelajaran saat ini. Tingkat halangan siswa semakin bertambah untuk menyerap ilmu dan pengembangan karakter . Faktor internal dan ekstenal hambatan siswa semakin besar untuk mencapai keberhasilan proses embelajaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri internal dan eksternal
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri individu yang sedang belajar diataranya sebagai berikut :
1. Faktor jasmaniah / kesehatan fisik
Faktor kesehatan memang tidaklah berkorelasi secara langsung dengan bahasa. Namun jika kita lihat fungsi bahasa yang sangat fleksibel srdikit banyak berpengaruh dengan kesehatan siswa dimasa pandemi. Sebagai contoh saja, seorang guru tidak bisa memberikan himbauan-himbauan yang luas melalui nasehat-nasehat secara langsung dengan siswa. Paling-paling dan itu monoton yang diucapkan guru. “ Anak-anak jaga kesehatan ya dan selalu semangat “ jika kita membuat hitungan matematis barapa banyak tugas siswa yang harus dikerjakan dan sudah pasti tidak akan mengenal waktu.Tugas-tugas guru yang di saat normal bisa dlakukan degan bahasa lisan Langsung yang mau tidak mau harus di ganti dengan bahasa tulis, itupun dengan cara yang sangat ribet bagi siswa.
Biasanya guru bisa mengembangkan tema pelajarannya dengan berbagai hal. Situasi sekarang ini mengharuskan guru menyampaikan dengan bahasa tulis yang sangat minimalis’ Hal itulah yang menyebabkan bahasa menjadi dampak negatif kalau tidak dipergunakan dengan hati-hati dan tepat. Belum lagi harus melewati media elektronik ( HP ) komputer yang kalau terus menerus dipergunakan bisa mengganggu kesehatan siswa. Memang semua ini karena keterpaksaan situasi dan kondisi.
2. Faktor psikologis
(a) Perhatian
Perhatian disini adalah tingkat konsentrasi siswadisaat mengikuti pembelajaran. Jika disekolah memungkinkan secara langsung bisa menegur, memberi nasehat, membuatjok lucu yang bisa mengembalikan perhatian siswa pada pelajaran. Tapi karena model PJJ seorang guru tidak tahu bagaimana tingkah laku anak-anak disaat mengikuti pelajaran . Apakah dengan tiduran, sambil makan, tidak pakai baju atau sambil melihat televisi. Nah disinilah salah stu faktor kelemahan PJJ sedangkan bahasa tidak dapat mengatasi masalah tersebut.
(b) Minat
JIka sudah menghadap HP maka minat siswa untuk selalu menaruh konsentrasi di pelajaran sangat berkurang. Tidak bisa dipungkiri pembelajaran seperti ini monoton dengan merangkai kata-kata yang indah dan tepat. Keberadaan bahasa yang salah satu fungsinya bisa menghasut seseorang, melemah dan tidak maksimal karena adanya sekat yang tinggi dan sulit terdeteksi . Kepiawaian seorang guru menumbuhkan minat siswa melalui nasehat-nasehat seakan tidak ada lagi, yang bisa dilakukan adalah kata-kata mengingatkan yang tidak ketahuan di perhatikan atau tidak oleh siswa.
(c ) Kelelahan
Kelelahan siswa sering menjadi hambatan untuk mengikuti secara maksimal pelajaran . Selain keleahan faktor kejenuhan juga mempengaruhi siswa. Bagaimana tidak. Biasanya ganti pelajaran ganti guru, situasi sekarang ganti pelajaran yang dihadapinya hanyalah HP. Mata pelajaran apapun yang diberikan guru muaranya hanya membaca dan menulis. Tugas dari setiap guru harus segera diselesaikan. Anak selalu mengakhiri keputusasaan pelajaran dengan mengerjakan tugas yang di eksekusi dengan mengarang indah dan copy pastem, yang penting tugas selesai.
2.Faktor Eksternal
(a) Faktor keluarga
Mungkin ada beberapa keluarga yang bisa mengikuti perkembangan pembelajaran siswa dengan ikut membaca, memberi nasehat,memberi larangan,memberi anjuran. Namun jika orang tua tidak mampu mengkomunikasikan maksud yang diucapkan dengan bahasa yang baik justru akan menambah daftar permasalahan pada diri siswa.
(b) Lingkungan
Lingkungan sangat berpotensi besar dalam pengaruhnya di saat siwa mengikuti jam pelajaran. Siswa sedang belajar dengan PJJ. Suara-suara yang tidak terkontrol karena memang lingkungan tidak di desain untuk anak-anak yang sedang belajar seperti di sekolah.Terus apa hubunganya bahasa dengan lingkungan sekitar siswa?. Jawabnya bisa sulit bisa tidak. Bisa sulit di karenakan bahasa yang dipergunakan di lingkungan sekitar siswa tidak terkontrol dengan aturan-aturan kebahasaan, tidak ada pengawasan seorang guru di dalam penggunaan bahasa dilingkungan siswa. Berbeda jika berada di sekolah. Guru bisa menegur anak-anak yang menggunakan bahasa yang tidak pantas dan kurang etis. Dan akhirnya dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh komunikasi yang didapatkan melalui simbul-simbul kebahasaan yang tepat,benar dan etis sungguh sangat terabaikan. Imbasnya berpengaruh terhadap perilaku karakter siswa dalam mengikuti pelajaran.
Berdasarkan problema-problema pembelajaran jarak jauh terhadap maksimalnya fungsi kebahasaan di dalam mentransfer ilmu dan pengembangan karakter siswa maka penulis mencoba memberikan Alternatif desain pembelajaran tatap muka. Kenapa tatap muka?
- Anggaran yang diberikan pemerintah untuk mengelola pembelajaran tatap muka dengan disain minimalis cukup besar sehingga memungkinkan sekolah membeli peralatan yang dianjurkan untuk pertemuan berkelompok.
- Siswa lebih terkontrol dalam kegiatan sehari - hari
- Sedikit ekstrem perlakuan siswa di sekolah dengan mengikuti aturan-aturan yang sangat ketat.
- Orang tua ikut serta menunjang program sekolah yang diterapkan.
- Peran pemerintah adalah membuat program yang sama, di semua tingkat satuan sekolah, secara mendetail dan menyeluruh. Sehingga penerjemahan para pelaku pendidikan tidak bingung menerjemahkan program-program yang diberikan. Artinya sama disini tidak persis, sesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing.
Artikel bapak baik, tapi terlalu banyak sehingga sulit dipahami..
BalasHapus