Sabtu, 22 Oktober 2022

Mencegah Perundungan Pelajar di Dunia Maya

Edisi: Vol. 3 No. 1 September - Desember 2022

Oleh: Wiji Khurniawati, S. Kom.
(Guru Produktif RPL SMKN 2 Surakarta)

Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022 tentang Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) salahsatu temanya adalah  "Bangunlah jiwa dan raganya menciptakan kesempatan belajar murid untuk membentuk diri sesuai Profil Pelajar Pancasila". Namun demikian fakta dilapangan sering ditemui para pelajar menjadi korban perundungan, tidak hanya didunia nyata bahkan ketika mereka berinternet didunia maya.

Apa itu Cyberbullying?

Tindakan perundungan atau bulliying secara umum adalah suatu perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik, ataupun sosial yang dilakukan bisa di dunia nyata maupun dunia maya yang membuat seseorang merasa tidak nyaman, sakit hati dan tertekan baik dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok. Sedangkan Cyberbullying (perundungan dunia maya) ialah bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini bisa terjadi dimedia sosial, platform chatting, maupun platform bermain game. 

Dijelaskan menurut situs internet Think Before Text bahwa cyberbullying adalah perilaku agresif dan memiliki tujuan yang dilakukan berkelompok maupun individu, menggunakan media elektronik, secara berulang-ulang dari waktu ke waktu, terhadap seseorang yang dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas tindakan tersebut. Jadi, terdapat perbedaan kekuatan antara pelaku dengan korbannya. Perbedaan kekuatan dalam hal ini adalah pada kapasitas fisik dan mental. Secara lebih lanjut Unicef mengkategorikan cyberbullying merupakan perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran di dunia maya.

Perundungan dianggap telah terjadi bila seseorang merasa tidak nyaman dari sakit hati atas perbuatan orang lain. Diibaratkan sebagai benih  dari banyak kekerasan lain. Misalnya: tawuran, intimidasi, pengeroyokan , pembunuhan dll. Bentuk-bentuk perundungan bisa berupa perundungan secara verbal, fisik maupun sosial. 

Perundungan verbal bisa berupa tindakan membentak, berteriak, memaki, bergosip, menghina, meledek, mencela, mempermalukan, dan semacamnya. Perundungan fisik bisa berupa menampar, mendorong, mencubit, menjambak, menendang, meninju, dan semacamnya. Sedangkan perundungan sosial bisa berupa tindakan mengucilkan, membeda-bedakan, mendiamkan, dan semacamnya. 

Saat ini perundungan didunia maya (cyberbullying) marak terjadi seperti memperolok di media sosial mengirimkan berbagai pesan yang menyakiti, menghina, mengancam (pesan teror), menyebarkan kabar bohong, mengubah foto tidak semestinya, perang kata-kata dari dunia maya (flaming), membuat akun palsu untuk merusak reputasi seseorang, memperdaya seseorang untuk melakukan sesuatu  yang memalukan, juga tindakan mengucilkan seseorang dari grup daring. 

Bagaimana mengidentifikasikan Cyberbullying?

Menurut Unicef  menjelaskan bahwa dalam berteman memang suka bercanda antara teman satu dengan lainnya, tetapi kadang-kadang sulit untuk mengatakan apakah seseorang hanya sedang bersenang-senang atau mencoba menyakitimu, terutama saat di internet. 

Kadang-kadang para pelaku Cyberbullying menertawakannya dengan mengatakan “cuma bercanda kok,” atau “jangan dianggap serius dong.” Tetapi bila kita merasa terluka atau berpikir sepertinya mereka ‘menertawakanmu’ bukan ‘tertawa bersamamu’, maka lelucon atau candaannya mungkin sudah terlalu jauh. Kalau itu terus berlanjut bahkan setelah kita meminta orang itu untuk berhenti dan kita masih saja merasa kesal tentang hal itu, maka ini bisa jadi kita mengalami bullying.

Dampak Cyberbullying

Perundungan terhadap pelajar akan sangat berdampak sekali terhadap akademis, sosial, fisik dan emosi. Secara akademis seorang pelajar korban Cyberbullying bisa mengalami penurunan konsentrasi dan tingkat kehadiran di sekolah, berkurangnya minat pada tugas dan kegiatan disekolah, bahkan bisa mengakibatkan drop out. Sementara itu, dampak sosial dari Cyberbullying bisa berupa rasa tidak percaya diri, merasa sering diejek, bahasa tubuh lemah dan tidak ada kontak mata. 

Cyberbullying juga berdampak secara fisik seperti sakit berkelanjutan, pusing, sulit tidur, dan luka pada tubuh. Sementara itu, secara emosi akan berdampak seperti suasana hati yang berubah-ubah, sensitive, was-was, takut, cemas, gelisah karena merasa tak aman, murung, sedih dan mudah menangis.

Dari besarnya dampak negatif yang ditimbulkan karena Cyberbullying maka dipandang perlu untuk diberikan pembelajaran tentang bulliying di sekolah. Diharapkan para pelajar akan menyadari setiap tingkah laku dan sikapnya terhadap teman jangan sampai mengarah pada tindakan Cyberbullying sehingga kedepannya tidak ada lagi kasus bullying terhadap pelajar.


1 komentar:

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...