Selasa, 02 Maret 2021

IMPLEMENTASI ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN IPS

Edisi: Vol.1 No.2 Jan-Apr 2021

Oleh: Sri Sulastri, S.Pd.

(Guru IPS SMP Negeri 2 Ngemplak Boyolali - Jawa Tengah)


Peran penting guru dalam mengelola kelas yang diasuhnya. adalah menciptakan kelas menjadikan sebuah tempat belajar yang kondusif, berkesan dan menyenangkan, sehingga siswa benar-benar memperoleh materi pelajaran dan dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat, bersifat dinamis sesuai dengan materi pelajaran dan selaras perkembangan sains dan teknologi serta memahami karakteristik siswa mutlak dilakukan. Agar dalam proses belajarnya siswa merasa “fun”, tidak merasa terbebani dan dapat menguasai kompetensinya. Siswa tidak hanya dijadikan obyek pendidikan, akan tetapi lebih dari itu yaitu menjadi subyek yang aktif untuk mengembangkan kreatifitas dan kemampuannya (skill) dalam proses pembelajaran di kelas.

Metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting di dalam proses belajar mengajar. Selama ini metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah metode pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran ini lebih menonjolkan peran guru dibanding peran siswa. Selain itu metode pembelajaran konvensional  cenderung berorientasi  pada target penguasaan materi. Sehingga metode pembelajaran ini hanya berhasil dalam pengembangan “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pembelajaran akan lebih menyenangkan bila didukung oleh seorang guru yang aktif. Strategi pembelajaran yang digunakan guru yang aktif itu sangat bervariasi, dinamis, tidak monoton, senantiasa disesuaikan dengan materi pelajaran, situasi, kondisi, serta proses pembelajarannya. Pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan dengan berbagai model dan metode.

Penggunaan metode Role Playing bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan bagi siswa dengan bermain peran secara sederhana. Permainan peran  ini mulai dari pemeran maupun tokoh sesuai dengan usia anak dan permasalahannya. Dengan demikian siswa akan tertarik, senang, dan bersemangat karena dapat belajar sambil bermain. Metode Role Playing adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Simulasi merupakan suatu istilah umum berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku. 

Metode  simulasi  adalah suatu cara pengajaran dengan  melakukan  proses tingkah laku secara tiruan. Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama adalah sosiodrama yaitu semacam drama sosial berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisa situasi sosial tertentu. Kedua psikodrama yang hampir mirip dengan sosiodrama. Perbedaan terletak pada penekannya. Sosiadrama menekankan kepada permasalahan sosial, sedangkan psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya. Ketiga, Role Playing atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu peristiwa masa lampau.

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan  siswa dilakukan  dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Metode bermain peran adalah metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan  adanya  perilaku pura-pura dari siswa yang terlihat atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh Sejarah sedemikian rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang melibatkan siswa untuk mengembangkan imajinasi dan pura-pura memainkan peran/tokoh yang terlibat dalam proses Sejarah. 

Dari uraian di atas menegaskan metode Role Playing adalah metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari siswa yang terlihat dan/ atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh sejarah sedemikian rupa. Dengan demikian metode Role Playing adalah metode yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran/ tokoh yang terlibat dalam proses sejarah. Dalam pelajaran IPS sejarah, misalnya guru ingin menggambarkan peristiwa proklamasi 17 Agustus. Kisah tersebut tentu amat menarik jika disajikan melalui metode sosiodrama dan bermain peranan. 

Penggunaan metode pembelajaran Role Playing akan efektif digunakan apabila :

  1. Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang
  2. Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan
  3. Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan 
  4. Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak
  5. Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
  6. Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak, terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.

Metode Role playing ini dapat digunakan untuk semua jenis jenjang pendidikan. Kelebihan metode  ini antara lain adalah:

  1. Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara  keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus kuat.
  2. Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan kreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mendapat kesan yang kuat  dalam ingatannya. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
  3. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
  4. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
  5. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
  6. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja.
  7. Mengeemukakan  pendapatnya  sesuai dengan waktu yang tersedia.
  8. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
  9. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
  10. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
  11. 11. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain. 

Langkah-langkah pembelajaran dengan menerapakan metode Role Playing dilaksanakan dengan sintaks sebagai berikut:

  1. Guru menyusun (menyiapkan) skenario yang akan ditampilkan.
  2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan pembelajaran
  3. Guru membentuk kelompok siswa yang beranggotakan beberapa siswa dan memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
  4. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan dan masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
  5. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas atau memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
  6. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya dan guru memberikan kesimpulan secara umum.
  7. Guru mengadakan evaluasi individu untuk mengetahui capaian kompetensi siswa.

Dengan menerapkan model pembelajaran ini dengan benar, diharapkan pemahaman siswa pada materi pelajaran yang disampaikan guru semakin mendalam. Mereka berperan, melakukan dan mengamati drama yang menggambarkan peristiwa yang terkait dengan materi yang diajarkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...