Selasa, 29 Desember 2020

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN PRODUKTIF BDP


Noer Edi Susanto, S.Pd.

(Guru Program Keahlian Bisnis Daring dan Pemasaran)

Belajar adalah proses atau rangkaian yang dilakukan oleh individu dengan dasar dalam interaksi dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan dalam diri individu tersebut, baik berupa pengalaman, keterampilan, maupun sikap yang diperoleh sebagai hasil pengalaman itu sendiri. Pada kegiatan pembelajaran diperlukan suatu sistem pembelajaran yang baik dan terarah. 

Proses pembelajaran yang baik ditandai oleh adanya interaksi dan interelasi antar komponen. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, guru, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran media dan evaluasi. Seperti contoh, komponen guru berinteraksi dengan komponen siswa, metode, media, perlengkapan peralatan dan lingkungan kelas yang terarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. 
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena guru merupakan penyelenggara dalam kegiatan pembelajaran, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk membelajarkan siswa. Artinya bagaimana mengoptimalkan siswa dalam melaksanakan aktivitas belajarnya agar mereka menguasai materi atau tujuan pembelajaran yang harus dicapainya. Selain itu seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. 

Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan taktik pembelajaran dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pembelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa. Masing-masing perbedaan tersebut dapat mempengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau implementasi pembelajaran. Sehingga guru harus mempunyai kemampuan dalam memilih strategi belajar yang dipandang dapat membelajarkan siswa melalui proses pengajaran dan membantu siswa menguasai strategi belajar. Karena strategi belajar atau strategi kognitif merupakan alat untuk membantu siswa belajar dengan kemampuan sendiri.

Kegiatan pembelajaran Pengelolaan Bisnis Ritel di kelas XII BDP yang selama ini dilaksanakan hanya menekankan aspek kognitif semata dan kurang melibatkan siswa sehingga siswa kurang mandiri dalam belajar bahkan cenderung pasif seharusnya diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar secara aktif, kreatif, baik fisik, mental maupun sosialnya, sesuai yang diharapkan oleh dunia pendidikan. Model pembelajaran yang digunakan guru pun mungkin kurang cocok, minat siswa pada pelajaran produktif dan kurangnya keaktifan mereka selama pembelajaran.

Salah satu upaya yang diharapkan dapat memotivasi siswa belajar pada mata pelajaran Pengelolaan Bisnis Ritel dalam meningkatkan hasil belajar siswa ialah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran karena siswa dapat langsung berinteraksi dan langsung memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar dari siswa lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajar siswa yang lain sehingga kemampuan siswa untuk belajar mandiri dapat lebih ditingkatkan. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe di antaranya yaitu mencari pasangan, peta pikiran, pembelajaran berdasarkan masalah kepada bernomor struktur, talking stik, lingkaran kecil, lingkaran besar, bertukar pasangan, artikulasi, tebak kata, kartu arisan, dan kalimat konsep. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah model pembelajaran mencari pasangan (Make a Match).
Model pembelajaran ialah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman pada pengelolaan pembelajaran di dalam kelas untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Model pembelajaran mencari pasangan atau Make a Match dikembangkan oleh Curran dalam Trianto (2010). Dalam model pembelajaran tipe ini siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya yang dapat mencocokkan kartunya diberi nilai. Senada dengan pendapat tersebut, Isjoni (2009) menyatakan bahwa dalam model pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.  Dari kedua pendapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe mencari pasangan ialah model pembelajaran yang meminta siswa untuk berinteraksi dengan teman sekelasnya dalam mencari pasangan dari kartu yang dimilikinya sebelum batas waktu yang ditentukan dengan suasana yang menyenangkan. 

Langkah-langkah pelaksanaan model mencari pasangan (Make-a-Match) pada kegiatan pembelajaran Pengelolaan Bisnis Ritel adalah sebagai berikut: 
  1. Guru menyampaikan literasi dan materi.
  2. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, yang terdiri dari satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 
  3. Siswa dikelompokkan secara heterogen menjadi 5 kelompok. 
  4. Kelompok siswa berdiskusi untuk memantapkan pengetahuan dan pemahaman mereka pada materi.
  5. Setiap siswa mendapat satu buah kartu dan memikirkan jawaban dari kartu yang dipegangnya.
  6. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi nilai 
  7. Setelah diambil kesimpulan materi pembelajaran diadakan evaluasi individual
Pada model pembelajaran Make a Match ini siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan materi yang di sampaikan oleh guru pada saat pembelajaran, melainkan siswa dapat belajar dari siswa lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa lain. Model ini menciptakan suasana pembelajaran yang melibatkan siswa menjadi aktif didalam suatu kelompok sehingga hal tersebut dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman, partisipatif dan kelas menjadi lebih hidup. 

Kegiatan pembelajaran Pengelolaan Bisnis Ritel dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan daya pikir siswa serta dapat mengurangi kegiatan menghafal materi pelajaran. Metode berkelompok yang diterapkan pada siswa diharapkan dapat mengetahui bahwa berpikir itu jauh lebih baik dibandingkan dengan hanya menghafal, sehingga keinginan yang tinggi akan menumbuhkan rasa motivasi dalam diri siswa agar lebih aktif dalam mengikuti mata pelajaran saat berlangsung.

Penerapan model Make a Match ini apabila tidak diterapkan dan dilaksanakan sesuai prosedur maka tujuan yang akan dicapai tidak terlaksana sesuai harapan karena suatu kendala baik dari pihak guru maupun dari siswa sendiri. Hal tersebut berdampak hasil belajar yang sama dengan metode ceramah, karena suatu penerapan model dan metode pembelajaran yang salah oleh guru akan berdampak terhadap siswa yang diajarnya.

DAFTAR PUSTAKA

  • Isjoni. 2009. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta.
  • Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 
  • Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: FMIPA UNNES.
  • Trianto, 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...