Sri Dwi Retnaningsih, M.Pd.
(Guru Ekonomi SMA Negeri 2 Karanganyar Jawa Tengah)
Dalam proses pembelajaran di sekolah saat ini, hasil belajar ranah kognitif lebih dominan jika dibandingkan hasil belajar ranah afektif dan psikomotor. Ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor ada yang tampak pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan ada pula yang baru tampak kemudian setelah pengajaran diberikan dalam prakteknya kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotoris sifatnya lebih luas dan lebih sulit dipantau namun memiliki nilai lebih bermakna bagi siswa dimana dapat secara langsung mempengaruhi perilaku siswa.
Hasil belajar dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dan juga dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dimana ketiga ranah tersebut saling berhubungan satu sama lain. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya.
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar utamanya ada dua yaitu:
- Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
- Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Dari hasil pengamatan kegiatan pembelajaran ekonomi yang biasa dilakukan di SMA Negeri 2 Karanganyar, ada sebagian siswa terlihat tidak terlalu tertarik mengikuti pelajaran ini karena masuk ke jurusan IPS ini terpaksa. Ada sebagian lagi yang kurang bersemangat karena model pembelajaran yang digunakan guru menurut mereka masih kurang cocok. Guru sebenarnya sudah berusaha menggunakan model pembelajaran kooperatif tapi masih mendominasi jalannya kegiatan pembelajaran, banyak ceramah dan tidak berusaha melibatkan siswa secara efektif. Kegiatan belajar mengajar ekonomi masih terfokus pada guru (teacher centered) dan kurang terfokus pada siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran.
Kenyataan tersebut menuntut guru untuk merencanakan dan meneruapkan suatu strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Ketepatan dalam menggunakan metode dan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan minat ataupun motivasi siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan dan terhadap proses serta hasil belajar siswa. Siswa akan lebih mudah menerima materi yang diberikan guru apabila pendekatan mengajar tepat dan sesuai dengan tujuan pengajarannya. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan di benak mereka sendiri. Belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Dalam proses belajar, anak belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri, secara berkelompok seperti bermain, maka anak menjadi senang, sehingga tumbuhlah minat untuk belajar. Hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Suasana kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdaskan siswa itu salah satunya dapat tercipta melalui pembelajaran model Group Investigation.
Model pembelajaran Group Investigation yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan “Model ini didasari oleh proses demokratis dan pengambilan keputusan secara berkelompok. Guru berperan membantu siswa menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan mengatur kelompok, serta berfungsi sebagai konselor akademik”. “Group Investigation diklasifikasikan sebagai metode investigasi kelompok karena tugas-tugas yang diberikan sangat beragam, mendorong siswa untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi dari beragam sumber, komunikasinya bersifat bilateral dan multilateral, serta penghargaan yang diberikan sangat implisit”. Dalam model Group Investigation, siswa memiliki pilihan penuh untuk merencanakan apa yang dipelajari dan diinvestigasi. Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan masing-masing kelompok diberi tugas dengan proyek yang berbeda-beda.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran mulai dari merencanakan topik-topik yang akan dipelajari, bagaimana melaksanakan investigasinya, hingga melakukan presentasi kelompok dan evaluasi. Model ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan- bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Dalam menerapkan model investigasi kelompok pada pembelajaran diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik antar siswa untuk memperlancar jalannya proses kelompok, sehingga sebelum melakukan investigasi kelompok guru diharapkan memberikan pelatihan-pelatihan berkomunikasi kepada siswa. Keberhasilan pelaksanaan investigasi kelompok sangat tergantung dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai keterampilan sosial lain yang dilakukan sebelumnya”.
Ciri-ciri esensial model pembelajaran Group Investigation adalah sebagai berikut.
- Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru.
- Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan- pertanyaan yang telah dirumuskan.
- Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan.
- Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar.
Dalam model pembelajaran Group Investigation memiliki ciri-ciri yang membedakan dari pembelajaran kooperatif yang lain seperti yang telah diungkapkan di atas. Dalam penelitian ini, ciri-ciri model pembelajaran kooperatif group investigation pada pembelajaran ekonomi adalah kelas dibagi menjadi beberapa kelompok belajar dengan topik yang berbeda-beda sehingga siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan kerjasama untuk menyelesaikan tugas kelompok. Selanjutnya dalam penelitian ini kegiatan yang dilakukan siswa lebih fokus pada upaya menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan yaitu bagaimana kelompok menyelesaikan tugas yang ada dalam kelompoknya, sumber apa saja yang akan digunakan (misalnya buku-buku penunjang, koran-koran, dan orang yang bisa dijadikan sumber belajar), dan kemudian siswa secara aktif melakukan berbagai kegiatan dalam upaya untuk menyelesaikan tugas kelompok.
Dalam pembelajaran ekonomi yang menerapkan model pembelajaran Group Investigation menekankan pada kegiatan belajar siswa untuk mengumpulkan sejumlah data dari berbagai sumber yang ada di lingkungan sekitar siswa, kemudian setelah memperoleh informasi siswa berkumpul lagi untuk melakukan diskusi bersama anggota kelompoknya dan berbagi pendapat maupun berbagi pengetahuan mengenai masalah yang dikaji, dan kemudian menganalisis informasi-informasi tersebut sehingga pada akhirnya mencapai beberapa kesimpulan. Selanjutnya dalam menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing kelompok memiliki cara yang berbeda-beda, selain itu model pembelajaran kooperatif Group Investigation menuntut siswa untuk belajar secara mandiri dimana siswa juga membangun dan mengkontruksi pengetahuan dengan caranya sendiri. Hal ini berarti siswa menggunakan pendekatan yang beragam dalam belajar.
Langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok (Group Investigation) meliputi 6 (enam) fase yaitu sebagai berikut.
1. Memilih topik
Siswa memilih sub-subtopik tertentu dalam bidang bidang permasalahan umum tertentu, yang biasanya diterangkan oleh guru. Siswa kemudian diorganisasikan kedalam kelompok-kelompok kecil berorientasi tugas yang beranggota dua sampai enam orang. Komposisi kelompoknya heterogen baik secara akademis maupun etnis.
2. Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.
3. Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber yang berbeda baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila dibutuhkan.
4. Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh sekelas.
5. Presentasi hasil final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru.
6. Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evalusi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
Mengacu pada pendapat di atas langkah-langkah pada model pembelajaran Group Investigation secara ringkas meliputi memilih topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi hasil final, dan evaluasi. Dalam menerapkan model pembelajaran Group Investigation, guru harus memahami dan memperhatikan langkah-langkahnya mulai dari memilih topik hingga melakukan evaluasi. Dalam pelaksanaannya peran guru adalah membimbing dan memfasilitasi siswa pada kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar yang diciptakan guru hendaknya mampu merespon berbagai tuntutan siswa dan segala apa yang menjadi kebutuhan para siswa. Selain itu, guru juga harus mempertimbangkan berbagai kendala dan hambatan yang ada sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Model pembelajaran ini diharapakan akan mampu menumbuhkan kehangatan hubungan antar pribadi, kepercayaan, rasa hormat terhadap aturan dan kebijakan, kemandirian dalam belajar serta hormat terhadap harkat dan martabat orang lain. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa model investigasi kelompok dapat dipergunakan pada seluruh areal subyek yang mencakup semua anak pada segala tingkatan usia dan peristiwa sebagai model inti untuk semua sekolah.
Performa siswa menjadi lebih efektif justru ketika mereka berada dalam kelompok-kelompok kecil (seperti, peer tutoring dan investigasi kelompok) dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam suasana tradisional ruang kelas yang mengikutsertakan seluruh anggotanya. Dalam kelompok-kelompok kecil terdapat hubungan interpersonal yang lebih intens dan lebih kompleks. Selanjutnya siswa-siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil memiliki rasa tanggung jawab lebih besar untuk membantu siswa lain. Selain itu, siswa berada dalam kelompok kecil lebih komunikatif satu sama lain. Tujuan akhirnya adalah pemahaman siswa pada materi pelajaran ekonomi meningkat diiringi dengan naiknya hasil belajar yang mereka capai.
REFERENSI
- Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar.
- Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.
- Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
- Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
- Trianto, 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Hebat, menambah wawasan, ditunggu karya ilmiah berikutnya.
BalasHapus