Senin, 15 Agustus 2022

Menganalisis Promosi Penataan Produk Berbasis Projek

Bekti Yuli Astuti, S. Pd.
(Guru Produktif Pemasaran SMKN 3 Surakarta - Jawa Tengah)

Edisi: Vol. 2 No. 3 Mei - Agustus 2022

Seorang guru mempunyai tanggung jawab untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas yang sesuai dengan karakter peserta didik. Guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran  yang dapat membangun potensi dan motivasi peserta didik.  Dalam penyampaian materi, guru diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang menyenangkan agar dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif di kelas sehingga merangsang critical thinking, creative thinking, reflective thinking dan decision making ke dalam kegiatan belajar. 

Dalam proses pembelajaran terkadang guru menemukan kendala dan tantangan yang dihadapi. Untuk mengatasi kendala dan tantangan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung seorang guru harus mempersiapkan perangkat pembelajaran yang tepat. Selain itu guru harus dapat memaksimalkan penggunaan model, metode, media pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan penggunaan model, metode, dan media pembelajaran yang tepat maka akan tercipta proses pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.

Pembelajaran Project Based Leraning (PjBL)

Dalam proses pembelajaran di kelas masih banyak yang menggunakan model pembelajaran konvensional misalnya cenderung teacher center sehingga peserta didik belum maksimal dalam mengeksplorasi diri. Guru harus mampu menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan materi yang akan disampaikan. Misalnya, dalam proses pembelajaran produktif Bisnis Daring dan Pemasaran pada mata Pelajaran Penataan Barang Dagang yaitu menganalisis promosi penataan produk drink, food, fresh, dan kosmetik di supermarket, fashion, dan sport.

Pembelajaran ini dapat menerapkan model pembelajaran Project Based Learning. Model Project-based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah, dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam sebuah produk untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.(Widiasworo, 2016)

Senada dengan pendapat di atas, Daryanto (2012) dan Fathurrohman (2016:119) pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Proyek sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan yang terdiri atas banyak pekerjaan dan membutuhkan koordinasi serta spesialisasi tenaga penunjang untuk menyelesaikannya. Model pembelajaran ini memiliki kelebihan dan kekurangan seperti dijelaskan dibawah ini:

Kelebihan model pembelajaran Project Based Learning:

  • Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
  • Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
  • Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem kompleks.
  • Meningkatkan daya kolaborasi.
  • Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
  • Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata.


Kelemahan model pembelajaran Project Based Learning:

  • Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks
  • Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.
  • Peserta didik memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
  • Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.


Menganalisis Promosi Penataan Produk Berbasis PjBL

Sintaks model pembelajaran project based learning menurut Widiarso (2016:184) dapat diterapkan atau diaplikasikan melalui langkah berikut ini

1. Penentuan pertanyaan mendasar

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk peserta didik. dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.

2. Mendesain perencanaan proyek

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun jadwal

Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:

  • 1) membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek,
  • 2) membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek,
  • 3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
  • 4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan
  • 5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan.

4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek

Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagiaktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

5. Menguji hasil

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi pengalaman

Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.

Dengan memaksimalkan rangkaian pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dan relevansi dengan materi pembelajaran mengakibatkan hasil belajar peserta didik meningkat. Selain itu, peserta didik dapat mengeksplorasi diri untuk mendapatkan pembelajaran yang sesungguhnya sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari.


Referensi:

  • Daryanto dan Rahardjo, M. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
  • Fathurrohman, M. (2016) Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyayakarta: Ar-ruzz Media
  • Widiasworo, E. (2016). Strategi Dan Metode Mengajar Siswa Diluar Kelas (Outdoor Leaning) Secara Aktif, Kreatif, Inspiratif, Dan Komunikatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...