Oleh: Agus Priyanto, S. Pd.
(Guru SMA Negeri 1 Semarang - Jawa Tengah)
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari dari tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Matematika mempunyai peranan penting untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama (BNSP, 2006: 139). Kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan agar peserta didik dapat mengolah dan memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Dengan kata lain, matematika adalah suatu alat yang dapat mengembangkan kemampuan cara berpikir peserta didik untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan khususnya pada pendidikan formal baik pada jenjang sekolah dasar maupun sekolah menengah, kemampuan-kemampuan tersebut dapat dilihat melalui hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran Persamaan Lingkaran
Pembelajaran matematika juga harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang dekat dan sudah dikenal oleh peserta didik. Kenyataannya, mempelajari matematika itu tidaklah mudah. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran, baik faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal adalah model pembelajaran dan media yang digunakan oleh guru. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik perlu adanya model dan media pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
Salah satu materi pembelajaran matematika di kelas XI SMA adalah persamaan lingkaran, materi ini merupakan cabang dari ilmu matematika yang mempelajari tentang hubungan antara sisi dan sudut suatu segitiga serta fungsi dasar yang muncul dari relasi tersebut. Persamaan lingkaran memiliki konsep yang terkait dengan kehidupan sehari- hari, konsep persamaan lingkaran memiliki banyak rumus yang digunakan dalam pengaplikasiannya. Hal ini yang terkadang menyebabkan peserta didik masih kesulitan dalam memilih rumus mana yang harus digunakan.
Model Problem Based Learning
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu masalah sebelum memulai proses pembelajaran. Sintaks atau tahapan pembelajaran PBL yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Buku Guru edisi Revisi 2017, yang memuat 5 fase pembelajaran yaitu: (1) Orientasi peserta didik kepada masalah, (2) Mengorganisasikan peserta didik, (3) Membimbing penyelidikan individu dan kelompok, (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Menurut Hnelo-Silver dkk (dalam Eggen dkk, 2012:307) menyatakan bahwa Problem Based Learning adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri.
Sedangkan dalam buku guru (Kemendikbud, 2017: 29) Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim, dimana proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran PBL menurut buku guru matematika (Kemendikbud, 2017: 30) adalah sebagai berikut.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning
Manfaat atau keuntungan guru menerapkan model pembelajaran PBL (Yamin, 2013:63) antara lain: (1) menciptakan pembelajaran yang bermakna, dimana peserta didik dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dengan cara mereka sendiri sesuai dengan pengetahuan dn pengalamannya, kemudian menerapkan dalam kehidupan nyata ; (2) dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan ; serta (3) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Dengan menerapkan pembelajaran dengan model Dl, diharapkan peserta didik dapat memahami materi/konsep yang mereka pelajari sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat lebih baik.
Media LKPD dengan Mnemonic
Media LKPD dengan Mnemonic yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembar kerja peserta didik yang dirancang oleh guru untuk dapat membantu peserta didik untuk membangun pengetahuannya, dengan diawali dengan pemberian cerita yang dibuat oleh guru terkait persamaan lingkaran sehingga peserta didik dapat lebih mudah dalam mengingat rumus-rumus persamaan lingkaran.
Mnemonik menurut Wojowasito dan Wasito (1980) berasal dari kata Mne’monics yang berarti kepandaian menghapalkan. Mnemonic merupakan metode untuk meningkatkan daya ingat yang sistematik. Suharnan (2005) mendefinisikan mnemonik sebagai strategi yang dipelajari untuk mengoptimalkan kinerja ingatan melalui latihan-latihan. Suharnan memandang bahwa untuk mempelajari metode ini perlu banyak latihan untuk menguasainya.
Mnemonik merupakan suatu metode yang digunakan untuk membantu peserta didik dalam mengingat. Dalam penelitian ini, menemonik yang digunakan adalah cerita/kisah yang berkaitan dengan persamaan lingkaran yang dalam hal ini peneliti sebut dengan Trig Story. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh dari hasil tes ulangan. Dalam penelitian ini, hasil belajar peserta didik diperoleh dari tes pada akhir tiap siklus.
Motivasi Peserta Didik
Motivasi dapat disimpulkan sebagai dorongan yang ada dalam diri individu, sehingga menimbulkan perilaku untuk mempertahankannya, memberikan energi serta arah tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan termasuk perilaku belajar matematika. Sedangkan motivasi belajar matematika adalah dorongan baik internal maupun eksternal yang mengubah energi pada individu untuk menggerakkan perilaku serta mempertahankannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Motivasi belajar memegang peran penting dalam pencapaian prestasi belajar matematika. Motivasi yang tinggi dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika peserta didik. Hamzah B. Uno (2007: 27-29) memaparkan empat peran penting motivasi dalam belajar, antara lain: menentukan hal-hal yang dijadikan sebagai penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapainya, menentukan berbagai macam kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan ketekunan belajar peserta didik, sehingga hasil belajar akan menjadi maksimal.
Motivasi peserta didik yang dimaksud adalah faktor emosional peserta didik yang berkaitan dengan minat peserta didik dalam belajar khususnya materi trigonometri. Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran PBL berbantuan LKPD dengan Mnemonic dikatakan meningkat apabila:
- Rata-rata hasil belajar peserta didik lebih dari atau sama dengan 70.
- Persentase peserta didik yang mencapai nilai 70 lebih dari atau sama dengan 70%.
Sedangkan motivasi peserta didik dikatakan meningkat apabila mencapai peserta didik yang memiliki motivasi dengan kriteria tinggi mencapai 70%.
Penelitian Motivasi Siswa
Hasil Penelitian
Adapun kenaikan motivasi belajar
peserta didik, dapat diamati diagram berikut:
Keterangan:
- Rata-rata = rata-rata perolehan nilai motivasi peserta didik tiap siklus
- Persentase = persentase peserta didik yang mencapai kategori motivasi tinggi
Kesimpulan
DAFTAR REFERENSI
- Arifin, Zaenal. 2011. Evaluasi pembelajaran. Bandung: Remaja rosdakarya.
- Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
- Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.
- BNSP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP.
- Eggen, Paul dan Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.
- Hamzah B. Uno. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
- Hudojo, Herman 1988. Mengajar Belajar matematika. Jakarta: Proyek PengembanganLembaga Pendidikan Tenaga kependidikan Dirjendikti.
- Muslich, M. 2009. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu Mudah. Jakarta:Bumi Aksara.
- Oka, Gde Putu Arya. 2017. Media dan Multimedia Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
- Oemar Hamalik. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
- Sadiman, Arief S. dkk. 2007. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: P.T Rajagrafindo Persada.
- Sardiman, A.M. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
- Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Srikandi. Surabaya.
- Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
- Yamin, M. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press Group).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar