Senin, 01 Februari 2021

SETAHUN MENJAWAB TANTANGAN GURU ABAD 21 DI MASA PANDEMI

Edisi: Vol.1 No.2 Jan-Apr 2021

Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd
(Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah)

Generasi Abad ke-21 disebut dengan generasi Alfa. Generasi ini merupakan generasi yang paling akrab dengan teknologi, generasi ini juga generasi yang terdidik karena peluang mengenyam sekolah lebih luas dibanding generasi era sebelumnya. Mengingat akan hal itu, guru saat ini memiliki tantangan yang lebih besar dan berat dibandingkan guru di masa-masa sebelumnya.

Tantangan Guru Abad-21

Saat ini berbagai upaya perbaikan (inovasi) di bidang pendidikan dilakukan, muncul perubahan baru disana-sini yang harus mulai dibiasakan yang merupakan cara terbaik yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan temasuk juga bidang pendidikan, hal ini dapat dijadikan jembatan memperkenalkan pembaruan-pembaruan tersebut yang lebih efisien dan efektif namun harus disesuaikan dengan perkembangan anak, situasi, kondisi, dan kebutuhan siswa. 

Seiring perkembangan zaman, pendidikan bukan lagi hanya harus mampu menyiapkan siswa agar memiliki ketrampilan yang dapat digunakan di bidang pekerjaannya kelak, melainkan juga harus mampu membentuk intelektualitas tingkat tinggi dan karakter yang unggul para siswanya. Selain itu, tuntutan atas penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, tuntutan internasionalisasi pendidikan, sifat populasi siwa, dan ekspektasi terhadap guru adalah faktor-faktor tambahan yang kemungkinan besar akan berubah drastis menjadi tantangan terbesar bagi guru (Arends, 2012).

Sejalan dengan hal di atas, guru di masa depan mempunyai tantangan yang besar. Minimal ada tujuh tantangan besar bagi guru dalam pendidikan ke depan. Ketujuh tantangan tersebut antara lain guru harus mengajar dengan orientasi pada (1) konstruksi makna, (2) pembelajaran aktif, (3) akuntabilitas, (4) penggunaan teknologi, (5) peningkatan kompetensi siswa, (6) kepastian pilihan, dan (7) masyarakat multikultur (Arends, 2012).

  1. Guru harus mengajar agar siswa mampu mengonstruksi makna. Sadar sepenuhnya bahwa pengetahuan tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk dari individu itu sendiri dalam kemampuan kognitif yang dimilikinya. Oleh karena itu mengajar bukanlah lagi memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu aktivitas yang memungkinkan siswa membangun dan memaknai sendiri pengetahuannya (mengonstruksi makna) berdasarkan pengalamannya. Dengan demikian, proses pembelajaran akan mampu membentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi. 
  2. Guru harus melaksanakan pembelajaran aktif dengan menggunakan model pembelajaran yang aktif sebagai model pembelajaran yang diutamakan. Pembelajaran tidak lagi berbasis pada guru namun harus pada siswa ditandai dengan partisipasi aktif siswa dalam pengalaman yang relevan selama belajar, berdialog,  sehingga makna belajar dapat berkembang dan dikonstruksikan. Sejalan hal tersebut, guru harus melakukan perubahan drastis dalam pembelajaran yang dilakukannya. Guru harus mempelajari dan mengembangkan pembelajaran yang aktif guna mencapai keberhasilan pendidikan.
  3. Guru harus memiliki akuntabilitas yang jelas. Seorang guru harus terus belajar untuk meningkatkan kapabilitas di bidangnya. Kapabilitas guru dapat diperoleh dari melanjutkan kuliah, seminar, webinar, dll. Kapabilitas guru ditunjukkan dari ijasah, piagam dan sertifikat pendidik yang dimilikinya. Di masa yang akan datang, hal itu tidaklah cukup, melainkan guru harus benar-benar mampu mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan dalam pembelajaran di kelasnya. Guru yang professional harus mampu mengambil keputusan situasinal dan transaksional. Keputusan situasional diambil oleh guru ketika merencanakan pembelajaran, sedangkan keputusan transaksional diambil guru ketika melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, seorang guru yang professional tidak akan pernah menganggap bahwa rencana pembelajaran yang disusunnya dapat digunakan seumur hidup. Pemerintah menyikapi tuntutan kapabilitas guru sebagai guru professional tahun ini dengan rekrutmen guru melalui seleksi yang panjang, ketat dan kompleks.
  4. Guru harus menguasai teknologi. Perkembangan masyarakat agraris menjadi masyarakat industri menuntut penerapan teknologi hasil dari pendidikan. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, saat ini komputer dan internet menjadi media pembelajaran terpenting. Kenyataan hal diatas mendorong guru harus mampu menguasai teknologi pembelajaran. Guru yang tidak mau belajar menguasai teknologi pembelajaran akan terkikis oleh zaman dan ditinggalkan siswanya. Pemanfaatan teknologi pembelajaran menjadikan pengalaman belajar siswa menjadi menarik dan siswa dapat belajar setiap waktu.
  5. Guru harus mampu melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa. Kompetensi dalam hal ini bukan hanya pengetahuan hafalan saja seperti yang digaungkan selama ini. Hal ini sejalan dengan AKM (Asesment Kompetensi Minimum) melalui AKM bisa memetakan sekolah-sekolah di daerah berdasarkan kompetensi minimum yang harus dipersiapkan. Kompetensi Minimun adalah kompetensi dasar yang dibutuhkan murid untuk bisa belajar, apapun materinya dan apapun mata pelajarannya. Materi AKM ada dua yaitu literasi atau baca tulis, serta literasi numerasi. Literasi yang dimaksudkan di sini bukan sekedar kemampuan membaca, tapi juga kemampuan menganalisis suatu bacaan serta kemampuan untuk mengerti atau memahami konsep di balik tulisan tersebut. Sedangkan numerasi adalah kemampuan menganalisis menggunakan angka. Serta menekankan literasi dan numerasi bukan tentang mata pelajaran bahasa atau matematika, melainkan kemampuan murid agar dapat menggunakan konsep literasi ini untuk menganalisa sebuah materi.
  6. Guru harus menentukan kepastian pilihan tempat mengajar. Guru bukanlah profesi yang sembarangan. Guru dituntut memiliki banyak ketrampilan seperti ketrampilan bertanya, ketrampilan memberi penguatan, ketrampilan mengadakan variasi dalam mengajar, ketrampilan menjelaskan dan lain sebagainya yang harus dikembangkan mengikuti zaman. Guru yang berkualitaslah yang akan digunakan oleh lembaga pendidikan untuk membina siswanya. Selebihnya, guru yang tidak berkualitas akan terombang-ambing dalam ketidakpastian, dan selalu risau memilih tempat mengajar yang relevan dengan kemampuannya.
  7. Guru harus mampu mengajar dalam situasi masyarakat yang multikultur. Indonesia memiliki berbagai macam budaya sehingga populasi siswanya pun semakin heterogen. Hal ini berdampak pada munculnya banyak keluhan dari guru yang mengalami kesulitan ketika mengajar siswa yang beragam budaya. Guru harus selalu mampu membaca karakteristik siswa dalam membuat rencana pembelajaran sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan di masa depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar dan pengajar sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi. Situasi pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap guru dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan siswanya menjadi kompeten untuk abad ke-21. Keterampilan yang paling penting pada abad ke-21 ialah self-directed learning atau pembelajaran mandiri sebagai outcome dari edukasi. 

Pada masa pandemi ini, proses pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ). PJJ di masa pandemi saat ini memaksa siswa belajar sendiri tidak dengan pengawasan guru secara langsung selama jam pelajaran berlangsung, interaksi keaktifan siswa dialihkan dengan berkomunikasi melalui media internet, WA, dll. Tak terasa sudah hampir setahun guru menjawab tantangan ini dengan mengadakan pembelajaran daring yang bergantung pada akses internet. Banyak sekali pengalaman dan cerita yang dialami selama pembelajaran. Pelaksanaan PJJ untuk mata pelajaran tertentu menjadi sulit sebab menyampaikan konsep materi melalui media berbeda dengan tatap muka. Belum lagi dengan PJJ kita lebih sulit juga mengenal karakter siswa.


Strategi Pembelajaran Abad-21 dikala Pandemi Covid-19 di SMAN 1 Boyolali

Diawal pandemi bahkan sampai saat ini guru SMAN 1 Boyolali (smansaboy) didorong dan di fasilitasi kepala sekolah untuk membuat video pembelajaran sendiri yang di tampung dalam channel youtube yaitu SMAN 1 Boyolali Official Channel. Guru smansaboy mengajar  melalui aplikasi e-school 2020 yaitu media PJJ yang terintegrasi dan terpantau langsung oleh kepala sekolah, sehingga efektifitas dan efisien pembelajaran dapat tercapai. E-school 2020 dapat membagikan informasi, materi, lembar kerja dalam buku unit kegiatan belajar mandiri bahkan mampu menampung hasil tugas, penilaian harian, penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester. Hal ini memudahkan kepala sekolah memantau guru dalam pembelajaran, memudahkan guru memantau siswa dalam belajar, dan memudahkan siswa memantau tugas belajar mereka, hanya dengan satu aplikasi saja. Walau tidak menutup kemungkinan guru masih menggunakan aplikasi pembelajaran yang lain seperti google form, schoology dsb. Dalam komunikasi lebih aktif guru dan siswa berkomunikasi melalui Whatsapp bahkan guru dan orang tua juga memanfaatkan media ini untuk bekerjasama demi keberhasilan pembelajaran putra-putri mereka. Beberapa kali juga mengadakan zoom, khusus untuk guru eksak (Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi) dan ekonomi akuntansi di fasilitasi Wacom (pen tablet) untuk memudahkan guru dalam menjelaskan konsep ke siswanya melalui zoom atau video pembelajaran. Beberapa guru smansaboy juga mengikuti dan telah dinyatakan lulus dalam diklat virtual coordinator online training yang diadakan oleh SEAMEO (Southeast Asia Ministers of Education Organization) yang mempelajari tentang zoho form, fastone capture, cisco webex dsb. Beberapa guru smansaboy juga aktif mengikuti seminar online lainnya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya. Bahkan bulan September 2020 lalu smansaboy terpilih menjadi salah satu sekolah untuk mengadakan simulasi PISA.

Dari uraian diatas terbukti bahwa  guru smansaboy berusaha menjawab ketujuh tantangan guru abad ke-21. Berbagai tantangan pada masa pandemi ini, jelas harus disikapi dengan bijak karena dalam PJJ banyak ditemui kendala antara lain utamanya koneksi internet mulai dari koneksi dan bahkan beberapa siswa tidak terlacak karena mematikan semua media komunikasi jarak jauhnya dengan guru, disini peran orang tua siswa jadi sangat penting karena merekalah yang langsung bertatap muka dengan siswa. Berbagai kendala tersebut harus segera diatasi karena ternyata pandemi masih belum berakhir jadi PJJ masih harus terus berlanjut.


5 komentar:

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...