Senin, 28 Desember 2020

BELAJAR MATEMATIKA MENJADI MUDAH DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TGT

Oleh: Nanang Inwanto, S.Pd. 

(Guru Matematika SMA Negeri 4 Surakarta)

Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran matematika pada siswa kelas X  SMA Negeri 4 Surakarta, guru masih banyak menggunakan model dan metode pembelajaran yang konvensional yang cenderung teacher centered. Guru masih berperan sangat dominan dalam menyampaikan materi pembelajaran seperti penceramah yang melakukan komunikasi satu arah dan hanya memberikan instruksi. Akibatnya siswa menjadi jenuh dan semakin apriori dengan pelajaran matematika. Siswa hanya berpandangan pada guru sebagai sumber utama dalam belajar. Hal tersebut dapat merugikan kedua belah pihak yaitu guru dan siswa itu sendiri, guru dianggap gagal dalam menyampaikan materi pelajaran, yang memberi dampak tingkat pemahaman dan hasil nilai siswa kurang maksimal. Sehingga guru dituntut menciptakan proses pembelajaran yang menarik sehingga memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 

Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap momok atau pelajaran tersulit oleh sebagian besar siswa. Siswa akan berubah anggapan bila dalam penyampaian materi oleh guru dan penerimaan materi yang diterima siswa berjalan dengan lancar. Untuk itu agar pelaksanaan pembelajaran matematika dapat berjalan lancar dan mencapai hasil yang diharapkan, maka perlu diciptakan proses belajar yang efektif. Salah satu solusi untuk menciptakan proses belajar yang efektif yaitu dengan menggunakan model pembelajaranyang menarik dan menjadikan siswa aktif saat pelajaran berlangsung. Model pembelajaran Teams Games Tournaments ini didalam penerapannya akan menjadikan kelas yang aktif dan kreatif.

Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu jenis model pembelajaran kooperatif. TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menggunkan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis serta sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba-lomba sebagai wakil tim mereka denga anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2008). Pelaksanaan pembelajaran dalam Teams Games Tournaments dilakukan siswa dengan memainkan suatu turnamen dengan anggota tim lain untuk memeroleh skor bagi masing-masing kelompok. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang direncanakan. Namun sebagai variasi pertanyaan guru dapat menyusun soal dengan diselingi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan individual masing-masing kelompok seperti hobi, cita-cita, dan lain sebagainya.

Permainan dalam TGT dapat dilakukan setelah guru menyampaikan materi pokok untuk dikembangkan lebih lanjut oleh siswa dalam kegiatan diskusi. Dalam pelaksanaan diskusi aktivitas yang dilakukan tidak terbatas pada aktivitas berbicara saja namun juga aktivitas tertulis. Dengan kata lain, siswa dapat belajar membuat berita, dapat melengkapi materi, ataupun membuat bagan untuk memudahkan mereka memahami materi. Kerja sama mulai terbentuk pada tahapan pra turnamen ini. Siswa yang pandai akan membantu anggota kelompoknya yang mengalami kesulitan belajar. Aktivitas ini sekaligus menambah pengalaman siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata untuk mengenal berbagai masalah dan mencari solusi alternatif. Penjelasan tersebut dikuatkan oleh pernyataan Trianto (2009) yang menyatakan bahwa setelah guru menyajikan bahan pelajaran, tim lalu mengerjakan lembaran-lembaran kerja, saling mengerjakan pertanyaan, dan belajar bersama untuk persiapan menghadapi pertandingan. Setelah kegiatan belajar bersama anggota kelompok maka selanjutnya siswa mulai melakukan turnamen dengan mengerjakan soal-soal yang telah disusun oleh guru.

Inti pelaksanaan pembelajaran ini adalah turnamen. Dalam turnamen siswa ditempatkan untuk berlomba dengan teman yang memiliki kemampuan yang sederajat. Siswa yang pandai akan bermain dengan siswa pandai, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah  akan berlomba dengan siswa yang  memiliki kemampuan sama (homogen). Dalam pelaksanaan turnamen siswa diharuskan untuk mengerjakan soal yang telah dipilih melalui undian. Jika siswa yang bersangkutan dapat menjawab maka soal tersebut harus segera dikerjakan tetapi jika menyerah siswa giliran selanjutnya akan mendapat kesempatan untuk menjawabnya. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Pada prinsipnya soal sulit untuk anak pintar sedangkan soal yang lebih mudah untuk anak yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata. Hal ini dimaksudkan agar semua anak memunyai kemungkinan dan kesempatan untuk menyumbangkan skor bagi kelompoknya. Dalam TGT teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam turnamen tidak boleh dibantu oleh teman satu tim. Hal ini untuk memastikan telah terjadi tangung jawab individual pada setiap siswa (Slavin, 2008).

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa secara heterogen. Maksud dari pengelompokkan secara heterogen, tugas setiap kelompok dapat dibuat sama maupun berbeda sesuai kemampuan siswa. Setelah memperoleh tugas setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Dalam  kegiatan kelompok ini harus diusahakan dinamika kelompok terjalin dengan kohesif dan kompak, tumbuh rasa kompetisi  antarkelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (game). Kedudukan guru dalam turnamen tersebut adalah sebagai fasilitator yang bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada disertai dengan sajian humor agar siswa tidak merasa tegang dalam pembelajaran. Setelah selesai kerja kelompok hasil pekerjaan siswa disajikan dalam forum sehingga  terjadi diskusi kelas.

Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Teams Games Tournaments ini didasari oleh lima komponen utama. Menurut Kiranawati (2008) kelima komponen utama tersebut, yaitu: (a) penyajian kelas, (b) kelompok (team), (c) permainan (game), (d) turnamen (tournament), dan (e) team recognize (penghargaan kelompok).

1. Presentasi kelas

Bahan ajar dalam TGT mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dahulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri. Presentasi kelas dalam TGT berbeda dari pengajaran biasa, hanya pada presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokus pada unit TGT tersebut. Dengan cara ini siswa menyadari bahwa mereka harus sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu akan membantu mereka dalam turnamen/pertandingan dengan baik dan skor turnamen mereka menentukan skor timnya.

2. Tim

Setiap tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili heterogennitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, status sosial, dan suku. Petunjuk yang dapat digunakan untuk menetapkan anggota tim adalah sebagai berikut:

  • Meranking siswa. Setelah daftar siswa dalam kelas diperoleh dicari informasi tentang kemampuan siswa yang dapat diperoleh dari skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau raport siswa sebelumnya. Siswa diurutkan dengan meranking dari yang berkemampuan tinggi ke kemampuan rendah. Jika sulit meranking dengan tepat maka digunakan informasi apapun yang dimiliki termasuk pendapat sendiri dan memilih hal terbaik yang dapat diperbuat.
  • Menentukan banyaknya tim. Pedoman yang dapat digunakan dalam menentukan banyaknya tim adalah memperhatikan banyaknya anggota setiap tim dan banyak siswa dalam kelas.
  • Penyusunan anggota tim. Penyusunan anggota tim berdasarkan daftar siswa yang sudah diranking. 
Diupayakan setiap tim terdiri dari siswa yang tingkat kemampuannya tinggi, sedang, rendah sehingga antara tim yang satu dengan tim yang lain rata-rata kemampuannya seimbang. Penyebaran siswa pada setiap tim juga harus memperhatikan jenis kelamin dan kinerja siswa untuk keseimbangan antar anggota tim. 

Fungsi utama tim adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim itu belajar. Secara lebih spesifik untuk mempersiapkan semua anggota tim supaya dapat mempelajari dan mengerjakan soal-soal dalam turnamen dengan baik. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja tim yang sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila anggota tim membuat kesalahan. Aturan dasar yang berkaitan dengan bagian bekerja sama dalam tim adalah sebagai berikut:

  • Siswa tetap berada dalam tim.
  • Mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru.
  • Memberikan umpan balik terhadap ide yang dikemukakan teman satu tim.
  • Berbicara dengan pelan dan sopan. 

3. Permainan

Permainan didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan tim.

4. Turnamen/Kompetisi/Pertandingan 

Turnamen adalah saat dimana permainan berlangsung. Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir setiap minggu atau unit setelah guru memberikan presentasi kelas dan setiap tim telah berhasil dengan lembar kegiatan siswa. Dalam turnamen 3 atau 4 siswa yang setara dan mewakili tim yang berbeda bersaing dalam turnamen. Persaingan ini memungkinkan siswa dari semua tingkatan kemampuan awal menyumbangkan nilai maksimum bagi timnya.

5.Penghargaan

Tim-tim yang berhasil mendapatkan nilai rata-rata melebihi kriteria tertentu diberikan penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan lain.

Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) yang akan diterapkan pada penelitian ini dilaksanaan dalam dua tahap, yaitu tahap presentasi kelas dan tahap kegiatan kelompok. 

Pada tahap pertama yaitu presentasi kelas, guru menekankan pada apa yang akan dipelajari oleh siswa agar lebih siap dalam mempelajari konsep materi sekaligus menekankan pada siswa bahwa pada pembelajaran kooperatif, belajar adalah memahami arti bukannya menghafal. Presentasi kelas dalam model pembelajaran TGT berbeda dengan pengajaran biasa. Dalam hal ini guru hanya beberapa saat memberi penguatan selanjutnya siswa harus penuh perhatian, karena apa yang dipelajarinya akan diterapkan dalam kuis, dan skor kuis mereka akan memberikan skor kelompoknya.

Pada tahap kedua yaitu pembagian kelompok dilanjutkan dengan kegiatan kelompok, empat atau lima orang siswa belajar di dalam kelompok (yang merupakan gabungan dari berbagai tingkat kepandaian, jenis kelamin, dan etnis) setelah guru menyampaikan pelajaran (bahan bacaan). Siswa bekerja di dalam kelompok dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran, disini siswa harus tetap berada dalam timnya, mengajukan pertanyaan kepada tim sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru, memberikan umpan balik terhadap ide yang dikemukakan teman satu tim dan berbicara dengan pelan dan sopan. Selanjutnya dalam turnamen tiga atau siswa yang setara dan mewakili kelompok berbeda bersaing dalam turnamen. Ranking teratas kelompok satu bertanding dengan ranking teratas kelompok yang lain, demikian juga dengan ranking kedua sampai terendah, dengan demikian setiap siswa berkesempatan meraih sukses karena lawan tandingannya sepadan. Dari kompetisi antar kelompok ini masing-masing anggota kelompok dapat menyumbangkan angka kepada kelompoknya. Kelompok yang mengumpulkan skor terbanyak keluar sebagai juara dan berhak mendapatkan penghargaan.

Model pembelajaran Teams Games Tournaments dapat disajikan kapan saja tergantung alokasi waktu dalam pembelajaran. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan atau dalam rangka mengisi waktu sesudah ujian akhir sekolah menjelang pembagian rapor. Sintak pembelajaran dengan model TGT menurut Erman Suherman (2008) adalah sebagai berikut: 

  1. Guru membuat kelompok siswa heterogen sejumlah empat orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.
  2. Siapkan meja turnamen secukupnya, misalnya sepuluh meja. Untuk setiap meja ditempati empat siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
  3. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misalnya tiga menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk setiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, dan medium.

Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) memiliki kelebihan dibandingkan model pembelajaran kooperatif lainnya yaitu mudah divariasikan dengan berbagai media pembelajaran seperti kartun, DVD, kartu bridge, dan sebagainya. Kelebihan yang lain yakni meningkatkan rasa percaya diri siswa, terjalin kekompakan hubungan antar anggota dalam kelompok, waktu kegiatan belajar-mengajar lebih singkat dan keaktifan siswa lebih optimal. Pelaksanaan model pembelajaran ini bila dilaksanakan dengan optimal akan memudahkan siswa  memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar matematikanya.


DAFTAR PUSTAKA

  • Robert. E Slavin.2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:Nusa Media.
  • Kiranawati. 2008. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Media Persada.
  • Suherman, Erman dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
  • Trianto 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Refleksi Pembelajaran Matematika Realistik dengan Geogebra dalam Pembelajaran Fungsi Eksponensial di SMAN 1 Boyolali

Edisi: Vol. 5 No. 1 September - Desember 2024 Penulis : Windi  Hastuti, S.Pd (Guru Matematika SMAN 1 Boyolali - Jawa Tengah) Keprihatinan sa...