Dwi Apri Setyorini, S.Kom., M.Pd.
(Guru TIK SMA Negeri 2 Surakarta)
Pandemi Covid-19 di Indonesia sampai saat ini belum berakhir. Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus COVID-19 pada hari Senin, 02 Maret 2020 . Pada saat itu, Presiden RI Joko Widodo mengumumkan bahwa di Indonesia ada dua orang yang positif terjangkit COVID-19 yaitu wanita berusia 31 tahun dan 64 tahun.Kasus pertama diduga wanita berusia 31 tahun itu berinteraksi dengan warga negara Jepang yang masuk ke Indonesia di sebuah klub dansa di jakarta pada 14 Februari 2020. Saat itu setidaknya sudah ada 50 negara yang memberikan konfirmasi bahwa negaranya memiliki kasus COVID-19.
Untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 maka Presiden Joko Widodo saat itu menghimbau kepada semua masyarakat untuk bekerja dan belajar dari rumah (WFH – Work From Home). Bagi pekerja lapangan yang tidak bisa bekerja dari rumah tetap dihimbau untuk menjaga jarak dengan orang lain dan menghindari kerumunan.
Work From Home (WFH) diberlakukan hampir di semua instansi/lembaga termasuk salah satunya lembaga pendidikan. Untuk mencegah penyebaran COVID-19, Kemendikbud menghimbau agar kegiatan belajar mengajar (KBM) dilaksanakan dari rumah (Belajar Dari Rumah – BDR). Proses KBM yang biasanya dilakukan secara tatap muka di kelas sementara dihentikan dan digantikan dengan KBM secara daring/daring. Proses KBM merujuk pada Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan COVID-19 pada Satuan Pendidikan, dan Surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17 Maret 2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID- 19).
Menyikapi kondisi yang menghentikan sementara KBM tatap muka tentunya bukan hal yang mudah bagi sebagian instansi pendidikan. Kebiasaan KBM dengan tatap muka sudah melekat sejak dulu sebelum adanya pandemi COVID-19. KBM Daring tidak hanya sekedar siswa dan guru memiliki HP, Laptop atau Komputer. Seiring berjalannya waktu ternyata banyak permsalahan yang muncul dengan pelaksanaan KBM Daring ini.
Sebagian besar siswa sudah memiliki HP, beberapa memiliki laptop/komputer akan tetapi beberapa mengeluh memori penuh dan sebagian terkendala karena keterbatasan kuota dan sinyal internet di tempat/rumah mereka masing-masing. Tapi kondisi tersebut sudah segera diatasi oleh pihak sekolah dengan menghimbau kepada siswa yang memori HP penuh agar menghapus aplikasi yang tidak berhubungan dengan pembelajaran, menyimpan file (video, gambar dsb) di Google Drive atau media penyimpanan lain dan tidak disimpan di HP. Untuk keterbatasan kuota, sekolah memberikan bantuan kuota internet kepada semua siswa (sebelum adanya bantuan kuota internet dari Kemendikbud), dan menghimbau agar kuota tersebut digunakan dengan sebaik-baiknya untuk keperluan KBM.
Selain kendala teknis di atas, ada hal yang tak kalah penting untuk dijadikan perhatian adalah guru dan siswa masih belum terbiasa menggunakan aplikasi yang digunakan untuk KBM Daring. Agar pembelajaran tetap berjalan pada kondisi pandemi COVID-19 ini, maka memaksa guru dan siswa untuk bisa menggunakan aplikasi KBM daring. Guru termotivasi untuk belajar dan mencoba bagaimana supaya bisa menggunakan aplikasi daring agar KBM tetap berjalan, begitu pula dengan siswa.
Sebagai contoh pada salah satu sekolah negeri di Surakarta, SMA Negeri 2 Surakarta. Sebelum adanya pandemi COVID-19, guru dan siswa hanya memanfaatkan media daring WhatsApp Group untuk komunikasi, sebagian kecil ada yang sudah menggunakan YouTube untuk upload/download video pembelajaran. Akan tetapi pada KBM daring ini guru dan siswa tidak cukup hanya memanfaatkan media tersebut. Guru dan siswa membutuhkan aplikasi untuk tatap muka secara daring agar tetap terjadi interaksi antara guru dan siswa secara langsung. Selain itu, guru dan siswa juga membutuhkan aplikasi pengorganisasian kelas (membuat kelas, berbagi materi, mengabsen siswa, mendistribusikan tugas, memberi nilai dan mengirim masukan)
Dengan kondisi tersebut maka SMA Negeri 2 Surakarta mengadakan pelatihan bagaimana menggunakan Zoom dan Google Classroom. Guru sangat antusias mengikuti kegiatan ini, dan pada akhirnya guru bisa menggunakan kedua aplikasi tersebut untuk KBM daring. Hampir semua guru menggunakan Google Classroom dan Zoom. Akan tetapi seiring berjalannya waktu terdapat kendala pada penggunaan aplikasi tatap muka daring Zoom, yaitu aplikasi ini (versi free) hanya memberikan durasi waktu maksimal 40 menit untuk tatap muka daring, sedangkan waktu 40 menit kurang efektif (terlalu singkat) jika untuk tatap muka daring. Akhirnya guru mencoba sendiri mencari aplikasi tatap muka daring lain yang durasinya lebih panjang yaitu menggunakan Google Meet, dan seiring berjalannya waktu guru pun sudah terbiasa menggunakan aplikasi tersebut.
Ternyata semangat belajar guru tidak berhenti sampai di sini, seiring adanya kabar bahwa mulai tanggal 01 Oktober 2020 Google akan membatasi fitur Meet dengan hanya 60 menit per sesi (pada saat tulisan ini dibuat Google berubah pikiran. Berdasarkan pengumuman resmi di laman Google, pengguna masih bisa menikmati fitur unlimited Meet hingga Maret 2021). Dengan adanya pembatasan waktu tersebut, sekolah kemudian menawarkan untuk menggunakan aplikasi Office 365. Guru dan siswa pun menyetujui, dan sekolah mengajukan permohonan pembuatan akun identitas digital berbasis Office 365 Provinsi Jawa Tengah (jatengpintar) untuk semua siswa dan guru. Setelah guru dan siswa mempunyai akun Office 365, selanjutnya sekolah menugaskan 15 guru untuk mengikuti ToT menggunakan apliaksi Office 365 dan melakukan diseminasi ke guru-guru yang lain, dan hasilnya sebagian besar guru sudah bisa menggunakan aplikasi tersebut.
Selain menggunakan aplikasi-aplikasi yang disebutkan di atas, guru juga berusaha bagaimana agar pembelajaran menarik dan siswa mudah memahami materi. Salah satu cara adalah guru membuat video pembelajaran dan diupload di YouTube agar siswa mudah mengakses. Bagi guru yang belum terbiasa membuat video pembelajaran, mereka diberikan tutorial (oleh guru TIK) bagaimana membuat video pembelajaran menggunakan Microsoft Powerpoint. Karena semua guru sudah terbiasa menggunakan Powerpoint maka untuk mempraktikkan ini (membuat video pembelajaran), guru tidak mengalami kesulitan. Bagi guru yang belum bisa melakukan upload video di YouTube, mereka didampingi (guru TIK) untuk mempraktikkan bagaimana cara upload video di YouTube, dan pada akhirnya mereka bisa mempraktikkan sendiri.
Untuk memfasilitasi siswa dalam KBM daring, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan berbagai platform menyediakan aplikasi pembelajaran daring. Seperti yang dilansir di halaman resmi Kemendikbud RI terdapat banyak platform yang bisa diakses siswa untuk mendukung pembelajaran diantaranya Rumah Belajar, bahan bacaan dan belajar yang disediakan oleh Sekretariat Nasional SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana), WeKiddo, TVEdukasi, Pahamify, Meja Kita, ICANDO, IndonesiaX, Ganeca Digital, Google For Education, Kelas Pintar, Microsoft Office 365, Quipper School, Ruang Guru, Sekolahmu, Zenius, Cisco Webex. Dengan berbagai macam aplikasi yang disediakan itu membuat siswa lebih banyak pengalaman dan pengetahuan, siswa tidak hanya sekedar mendapat materi dari guru, tapi mereka menjadi lebih melek teknologi.
Jadi kesimpulan yang bisa kita ambil dari paparan di atas bahwa Pandemi COVID-19 memang berdampak pada semua bidang, memaksa kita untuk bisa beradaptasi pada kebiasan baru (new normal), termasuk pada bidang pendidikan. Pandemi membuat guru dan siswa lebih kreatif dan mampu menggunakan berbagai jenis aplikasi dalam pembelajaran daring. Sebelum adanya Pandemi COVID-19 sebagian guru dan siswa belum mengenal Zoom, Google Meet, Google Classroom, Office 365, dan aplikasi-aplikasi pembelajaran daring yang lain, serta belum bisa membuat video pembelajaran. Namun, karena Pandemi COVID-9 ini, guru dan siswa bisa menggunakan atau bahkan menguasai aplikasi-aplikasi tersebut.
Saya sependapat dengan Bu Apri, sebagai pendidik dan sebagai siswa dengan adanya pandemi ini semua dikondisikan untuk bisa IT, bahkan orang tuapun juga dikondisikan melek IT.
BalasHapusDengan adanya pandemi ini, sisi positifnya kita sebagai guru dipaksa untuk lebih melek IT, belajar teknologi yang sebelumnya jarang kita konsumsi, dan mengharuskan belajar bersama di dunia maya....jadi mau tidak mau kita harus mampu beradaptasi dalam segala suasana...semangat bapak ibu guru, semoga selalu sehat dan bahagia...Aamiin
BalasHapusBetul sekali ... dengan adanya pandemi ini saya jadi mengenal aplikasi-aplikasi untuk pembelajaran yang sebelumnya belum pernah saya gunakan
BalasHapusSalute...!!! Bahwa pandemi Covid-19 ternyata tidak hanya menimbulkan dampak negatif dg isu teror mematikannya, tetapi juga memaksa kita utk lebih giat belajar dan menjelajah dunia maya yg tak berbatas jarak, ruang, maupun waktu lewat media teknologi informasi (TI).
BalasHapusSependapat...sebenarnya persoalan PJJ di negeri ini tidak serta merta membuat kita saling menyalahkan. Tetapi, sudah semestinya pandemi ini menjadi sebuah kesempatan atau momentum kebangkitan pendidikan di negeri ini.
BalasHapusMerubah musibah menjadi berkah...Bu Apri memang hebat..
BalasHapusMungkin bisa ditambahkan *pandemi membawa rezeki* ini nyata terjadi pada saya yang berjualan jasa service komputer/pc/hp
BalasHapusSadar atau tidak sadar, Kebijakan pembelajaran melalui metode daring yang sekarang ini sedang berjalan, membawa manfaat dan madlarat. Banyak sisi baik dan ada pula sisi buruknya. Semua peristiwa dan kejadian pasti ada hikmahnya, tinggal bagaimana diri kita masing-masing mensikapi dan mengambil pelajaran besar dari kejadian tersebut. Salam sehat salam sukses... (y)
BalasHapusBetul, dengan kondisi seperti saat ini membuat guru dan siswa makin pintar memanfaatkan teknologi. Tetap semangat dan selalu bersyukur
BalasHapus